Gregorius Agung Pradipto, S.Pt instagram : greg_pradipto

Kamis, 26 Desember 2013

LAPORAN MAGANG TERNAK POTONG SAPI DI UPTD PEMBIBITAN TERNAK UNGGULMULYOREJO Dusun Duren Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah

LAPORAN MAGANG TERNAK POTONG SAPI
DI UPTD PEMBIBITAN TERNAK UNGGULMULYOREJO
Dusun Duren Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah




Disusun Oleh :
                                    Gregorius Agung Pradipto      : 092199
                                    Agung Setyo Nugroho            : 102207
                                    Stif vanus Dwi Handoko        :102210



AKADEMI PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2012

 


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan magang ternak  potong, serta dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
            Maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah merupakan salah satu syarat dari mata kuliah magang bidang Produksi Ternak Potong di Akademi Peternakan Brahmaputra Yogyakarta.
            Pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak khusnan, selaku direktur Akademi Peternakan Brahmaputra
2.      Bapak Sudarisman, selaku koordinator pembimbing magang bidang Produksi Ternak Potong
3.      UPTD mulyorejo yang telah menyediakan tempat magang
4.      Semua pihak dan rekan rekan yang telah membantu terselesainnya laporan ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharakan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporai ini. Harapan kami semoga laporan inimemberi manfaat bagi mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumya.



Yogyakarta, Oktober 2012





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I . PENDAHULUAN...................................................................
1.1.Latar belakang...................................................................................
1.2.Tujuan dan Manfaat..........................................................................
BAB II.  TINJAUAN PUSTAKA.........................................................
2.1.Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia...............................................
2.2.Metode Penggemukan Sapi...............................................................
2.3.Perkandangan....................................................................................
2.4.Pemilihan Bibit..................................................................................
2.5.Penyakit.............................................................................................
2.6.Pakan.................................................................................................
2.7.Penanganan Limbah..........................................................................
2.8.Reproduksi........................................................................................
BAB III.  METODE PELAKSANAAN...............................................
3.1.Tempat dan Waktu............................................................................
3.2.Metode Magang................................................................................
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................
BAB V. DAFTAR PUSTAKA..............................................................
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah berkembang secara pesat dan telah menyebar di wilayah Indonesi. Untuk keberhasilan usaha penggemukan sapi potong, maka yang harus diperhatikan adalah manajemen pemeliharaan yang terarah dan pengelolah yang professional. Usaha penggemukan sapi potong sangat berkembang pesat karena masyarakat sadar akan kebutuhan hewani, sehingga permintaan akan daging terus meningkat.
Usaha penggemukan sapi potong tidak hanya diusahakan oleh industri-industri besar tetapi juga diusahakan oleh petani peternak meskipun dalam hal manajemen pemeliharannya petani peternak masih relative sederhana. Usaha penggemukan sapi potong berkembang sangat pesat karena sapi potong sebagai ternak yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
Tingginya nilai ekonomis ini ditentukan oleh berat karkas dan kualitas daging. Usaha penggemukan sapi potong memiliki keuntungan ganda, selain pertambahan bobot badan ternak sapi, limbah kotoran sapi dapat diproses untuk dijadikan pupuk.
Manajemen pemeliharaan usaha penggemukan sapi potong harus diperhatikan yang meliputi: perkandangan, pembibitan, pakan dan pemberiannya, pengendalian penyakit, recording, pemanenan hasil atau pemasaran, penaganan limbah dan manajerial. Magang diprogramkan agar mahasiswa dapat secara langsung turun dilapangan untuk membandingkan teori dan keadaan sebenarnya.




                                                                                                                       
2.2.Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari magang ini adalah
1)      Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi potong
2)      Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam usaha penggemukan sapi potong
3)      Untuk membandingkan teori dan kondisi nyata dilapangan
4)      Sebagai salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D3
5)      Manfaat pakan jerami dan konsentrat dalam perkembangan
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari magang di UPTD PTU Mulyorejo sebagai berikut

1.      Mahasiswa mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan kongkrit tentang usaha peternakan sapi potong
2.      Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat secara langsung dilapangan
3.      Pengetahuan mahasiswa tentang usaha peternakan sapi potong dapat meningkat
4.      Mahasiswa berlatih untuk memecahkan masalah yang timbul dilapangan yang tidak mungkin didapat kecuali dengan turun langsung kelapangan
5.      Meningkatkan kreatifitas, kerjasama, tanggung jawab, polapikir bagi mahasiswa




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia
Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat diberbagai daerah yang mengusahakan penggemukan sapi potong. Perkembangan usaha penggemukan sapi ini di dorong oleh permintaan daging yang terus meningkat dari tahun ketahun.
Menurut Anonimus (2004) kebutuhan daging sapi dalam negri pada tahun 1998-2003 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan data kebutuhan daging pada tahun 1998 sebesar 405.000kg sedangkan pada tahun 2003 kebutuhan daging meningkat menjadi 441.000kg.

2.2.Metode Penggemukan Sapi Potong
Di Indonesia sistem penggemukan sapi dikenal dengan sistem kereman. Dalam penggemukan sapi sistem kereman ini sapi yang dipelihara didalam kandang terus menerus dalam periode tertentu. Sapi tersebut diberi makan dan minum di dalam kandang, tidak digembalakan ataupun dipekerjakan. 
Menurut Siregar (2003), sistem penggemukan terdiri dari tiga macam penggemukan 1) Dry Lot Fattening yaitu pemberian ransum dengan pemberian biji-bijian atau kacang-kacangan, 2) Pasture Fattening yaitu sapi yang diternakan digembalakan dipadang pengembalaan, 3) Kombinasi anatara Dry Lot Fattening dan Pasture Fattening yaitu system ini dilakuakn dengan pertimbangan musim dan ketersedian pakan. Di daerah tropis pada saat musim produksi hijauan tinggi penggemukan dilakukan dengan Pasture Fattening sedangkan pada saat hijauan berkurang penggemukan dilakukan dengan cara Dry Lot Fattening.

2.3. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006) pembuatan kandang untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
a.    Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara ataupun pekerja kandang.
b.    Memenuhi persayaratan bagi kesehatan sapi
c.    Mempunyai ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
d.   Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya
e.    Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai
f.     Bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative murah dan mudah didapat didaerah sekitar
g.    Tidak ada genangan ait didalam ataupun diluar kandang.


2.4.Pemilihan Bibit Sapi Potong
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat dibagi menjadi 4 yaitu bangsa Eropa, bangsa India, bangsa yang dikembangkan di Amerika Serikat dan yang terakhir disebut bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada bangsa yang sempurna sebab setiap ternak memeliki sifat-sifat yang cocok untuk keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk keadaan tertentu pula. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat badan.

2.5.Penyakit
Kejadian penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi, yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik (streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan dapat berjalan dengan normal kembali.
Ukuran pedet yang terlalu besar pada waktu partus, menyebabkan kontraksi dinding perut yang kuat, mendorong dinding uterus membalik keluar, sedang serviks masih dalam keadaan terbuka lebar (kendor).
Prolapsus uteri atau pembalikan uterus terjadi sesudah patrus dan jarang terjadi beberapa jam setelah itu, apabila pembalikan uterus paling tinggi hanya mencapai canalis cervicalis keadaan ini disebut inversion uteri.Inversio uteri jarang terjadi tanpa prolapsus uteri oleh karena itu disebut prolapsus uteri, dimana seluruh uterus membalik dan menggantung keluar dari vulva.







2.6.Pakan
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
 Bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna.
Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes.. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada bahan pakan lain yang nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat pakannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat pakan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal.
Pakan adalah bahan yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, yang mengandung kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan ternak. Fungsi pakan utama bagi ternak adalah :
·         Sebagai bahan material untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
·         Sebagai sumber energi.
·         Untuk menjaga keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Adapun fungsi tambahan pakan adalah sebagai sumber energi untuk proses produksi susu, daging, kulit, dan wool. Bahan pakan yang dipilih harus berkualitas dan memenuhi syarat yaitu tidak berjamur dan tidak berdebu. Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji – bijian atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian seperti; bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, tetes dan sebagainya. Biasanya pakan konsentrat mengandung protein yang tinggi.
Dalam menyusun pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tersedianya bahan baku yang akan digunakan, kandungan zat – zat makanan dari bahan baku tersebut dan kebutuhan zat makanannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak karena kebutuhan zat makanan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal.

2.7.Reproduksi
a.Program Induk dan Pedet
Jarak beranak (calving interval) adalah jarak melahirkan induk antara kelahiran yang satu dengan kelahiran berikutnya. Pramono (2003) mengatakan bahwa calving interval sapi PO adalah 14,29 bulan. Talib dan Siregar (1998) menyatakan bahwa berat lahir sapi PO adalah sekitar 25,4 kg.

b.Pelaksanaan Perkawinan
Pejantan sapi potong mampu mengawini 30 – 60 induk dalam sistem perkawinan pasture. Berdasarkan standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan yang digunakan sebagai pemacek harus memenuhi kriteria sebagai berikut: umur 3 – 4 tahun, kesehatan organ reproduksi secara umum baik, libido tinggi, tidak cacat dan bobot badan diatas 300 kg.

c.Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan merupakan salah satu metode untuk mengetahui status reproduksi dan mendeteksi lebih dini kemungkinan terjadi masalah pada saluran reproduksi induk.
Palpasi rectal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera.

d.Gejala-gejala Kelahiran
Pada sapi dan kerbau ligament-ligamen pelvis, terutama ligamen sacroischiadicus sangat mengendur menyebabkan penurunan ligament dan urat daging. Pada kebanyakan sapi pengenduran ligamen-ligamen menandakan bahwa partus akan terjadi dalam waktu 24-48 jam.

e.Tahap-tahap Kelahiran
Tiga tahap kelahiran yaitu:
1.      Adanya kontraksi aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan dilatasi cervix,
2.      pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva, 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah.
3.      Salah satu inisiasi kelahiran adalah faktor hormonal terutama menurunnya hormone progesterone dan disekresikannya oxytocin sehingga induk terus mengejan dan terlihat gelisah.

f.Penanganan Kelahiran
Salah satu upaya untuk meminimalisasi kematian pedet yang baru lahir adalah memberikan disinfektan pada pusar berupa iodium 7% untuk mencegah infeksi.
Pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit.


g.Pemberian Tanda atau Penomoran Pada Pedet
Hal-hal yang dapat dicatat pada recording pedet adalah nomor identifikasi induk, pejantan, nomor identifikasi pedet, waktu lahir, berat lahir dan jenis kelamin. Penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari ternak tersebut.


h.Penyapihan
Perubahan kondisi tubuh induk akan mempengaruhi proses biologis. Induk yang menyusui secara fisiologis akan berusaha memenuhi kebutuhan tubuhnya dan susu pedet.
BAB III
METODE PELAKSANAAN MAGANG
3.1.Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 hari yang dimulai dari tanggal 29 agustus 2012 sampai dengan 1 september 2012, yang dilaksanakan di UPTD Mulyorejo, desa barukan, kecamatan tengaran kabupaten semarang. Adapun beberapa jadwal kegiatan Magang yang dilaksanakan yaitu orientasi dilakukan hari pertama mahasiswa berada di lokasi Magang , observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan industri maupun dilingkungan masyarakat.
Dalam pelaksanaan kegiatan Magang di UPTD setiap mahasiswa Magang didampingi oleh pembimbing dari UPTD. Penulisan laporan dilakukan setelah mahasiswa selesai melakukan kegiatan magang.


3.2.Metode Magang
3.2.1.Orientasi
Orientasi dilakukan setelah mahasiswa Magang telah berada di lingkungan industri untuk mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima mahasiswa untuk kegiatan Magang. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak UPTD, dalam kegiatan ini mahasiswa mempelajari struktur organisasi Lokasi ternak sapi potong, ruang lingkup kegiatan mencakup kegitan penelitian dan manajemen pemeliharaan ternak sapi potong. UPTD juga mempunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium, perumahan karyawan.

3.2.2.Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa Magang untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi Magang.


3.3.Adaptasi
Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan Magang berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing UPTD dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan Magang, masalah-masalah yang terjadi di UPTD dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi juga dilakukan dengan semua karyawan di UPTD yaitu dengan cara ramah terhadap setiap karyawan dan meamtuhi peraturan UPTD, selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut membantu dalam kegiatan sosial atau kemasyarakatan.


3.4.Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan Magang dilakukan pada tanggal 29 agustus 2012 sampai dengan tanggal 1 september 2012. Prosedur kegitan Magang yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang telah diberikan dari pihak UPTD dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja yaitu hari senin sampai dengan hari minggu.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Keadaan Umum Peternakan
            UPTD Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo terletak di Dusun Duren, Desa Barukan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. UPTD ini dibangun pada tahun 2004 dan berdiri pada tanggal 20 Juni 2005 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Semarang No. 027/ 0475/ 2005 dengan dana dari APBN Kabupaten Semarang. UPTD ini pertama kali mendatangkan sapi sebanyak 20 ekor dari BPTU Baturaden.
            UPTD ini dibangun di atas lahan seluas 172.445 m² yang terdiri atas lahan pertanian seluas 90.000 m² dan 82.445 m² sebagai bangunan peternakan sapi perah. Secara geografis lokasi UPTD ini sangat strategis, karena terletak di daerah suhu dingin. Lokasi berada pada ketinggian 1500 m diatas permukaan laut, suhu udara berkisar antara 18-28°C serta kelembaban antara 60-70%. Oleh karena itu  kurang tepat daerah tersebut sebagai alternatif  untuk mendirikan suatu peternakan sapi potong. Selaian bangunan utama berupa kandang, UPTD ini juga dilengkapi berbagai fasilitas lain berupa kantor, rumah karyawan, mess untuk para pekerja kandang, kamar mandi, pos satpam dan tempat parkir untuk kendaraan.







4.2.Struktur Organisasi

            

 



           


Stuktur Organisasi UPTD Mulyorejo

Jumlah pegawai negeri yang terdapat di UPTD dan terjun secara langsung yaitu Bapak Budi Suharto, Amd selaku Kepala UPTD dan Bapak Imam Hariadi, Amd selaku kepala operasional. Terdapat beberapa pegawai yang mempunyai tugas sesuai keahlian masing-masing, yaitu Ibu Dwiretnosari, Spt selaku staff adminitrasi, Ibu Endah selaku kepala kandang sapi perah, Ibu Yana selaku kepala kandang kambing perah dan potong, Bapak Sutikno selaku kepala kandang sapi potong, Bapak Widagdo Amd selaku tenaga kesehatan dan beberapa pekerja kandang. Jumlah semua pegawai yang ada terdapat 25 orang.



4.3.Populasi Sapi Potong di UPTD PTU Mulyorejo
No.
Lokasi (Kabupaten)
Keadaan Awal
Dewasa
Muda
Anak
Jumlah
JMH
Jtn
Btn
Jtn
Btn
Jtn
Btn
Jtn
Btn
1
Januari 2012
0
24
1
12
2
3
3
39
42
2
Februari
0
24
1
12
2
3
3
39
42
3
Maret
0
24
1
13
2
2
3
39
42
4
April
0
24
3
15
1
1
4
40
44
5
Mei
0
24
3
15
1
1
4
40
44
6
Juni
0
24
3
15
1
1
4
40
44
7
Juli
0
22
0
12
2
1
2
35
37
8
Agustus
0
22
1
12
2
2
3
36
39
9
September
0
22
1
12
3
2
4
36
40
            Tabel. Jumlah kepemilikan sapi potong di UPTD PTU Mulyorejo


4.4.Populasi masing-masing kandang
Kandang L O R
NO
NO TEL
KANDANG
CIRI CIRI
1
LB2. 460
Lor
kulit putih besar, tanpa tanduk
2
RL5. 754
Lor
merah, jidat ada benjolan di tengah, tnp tanduk,
3
RL5. 1337
Lor
abu abu dawuh, tanduk 1 mlungker
4
LMP. 367 / 19166
Lor
putih, tanpa tanduk, pantat nyos EKT
5
LB2.268/B27110
Lor
dawuh (ada anting nempel) /  lebih hitam,
6
X.6. 013
Lor
coklat, tanpa tanduk, pendek
7
5 7 1 8
Lor
abang, tanda tanduk, pantat nyos 3
8
RL.5. 1032/ 314
Bawah
Merah bercak bercak putih, tanpa tanduk
9
56,035
Biogas
tanduk panjang kulit putih coklat muda,
10
5723
Biogas
coklat, SAPINDO, tanpa tanduk (kecil),
11
L3. 106
Biogas
putih pantat 82L 3, tanpa tanduk, jidat m




K I D U L
NO
NO TEL
KANDANG
CIRI CIRI
1
Lmp. 280 / EH
Kidul
Coklat / tanduk satu
2
Rl 3. 038/346
Kidul
Coklat / tanpa tanduk/mulus
3
56,064
Kidul
tanduk  panjang, kulit merah keputihan panunan,
4
L 26.150
Kidul
coklat muda / bathuk gosong/punggung ada garis
5
26 90
Kidul
coklat / tanpa tanduk / kacamata
6
36,531
Kidul
merah gemuk
7
26,072
Kidul
Coklat muda, tanpa tanduk, mulus
8
BL3. 1375
Kidul
coklat, tanduk hilang 1, panunan, ada punuk,
9
RL5. 028/ merah
Kidul
merah gosong / tanduk mlungker
10
L.3.033
Kidul
merah rata/pantat di nyos/tanduk kotak pendek
11
LMP.276 / 2227
Kidul
coklat muda / tanpa tanduk / mulus
12
L26.152
Kidul
coklat muda / tanpa tanduk
1
26,148
Bawah
coklat, tanpa tanduk
2
36. 276
Bawah
blirik macan merah
3
LMP.393 / 2312
Bawah
coklat muda / panunen / tanduk satu
4
BL.3.1273 / 341
Bawah
Tanduk kecil kotak / coklat/punuk gosong
            Tabel. Data populasi masing-masing kandang


4.5.Hijauan dan Konsentrat
Ternak
kg./hr
hari
 Jenis Pakan 
 Rumput
 Jerami
Cahaya Suprana
Tossa









Sapi Potong







Induk :



 x



Jerami     
30
30





Konsentrat
5
30



x

Dara



 x



Jerami     
20
30





Konsentrat
4
30



x

Anak







Jerami     
3
30

 x



Konsentrat
2
30



 x










           
Pakan yang diberikan pada sapi potong di UPTD Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo berupa jerami kering. Pemberian  jerami kering pada sapi  potong ini dalam bentuk utuh. Hal tersebut tidak  sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa perlakuan pakan yang dipotong atau digiling dapat meningkatkan konsumsi pakan an kecernaan. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 WIB dan pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Konsentrat diberikan terlebih dahulu sekitar 1-2 jam sebelum diberi jerami. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1993) yang menyatakan bahwa sebaiknya pemberian konsentrat didahulukan sebelum pakan hijauan(jerami) atau pakan kasar denagan tujuan merangsang aktivitas kerja mikroba rumen.
Konsentrat yang diberikan pada sapi potong  di UPTD Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo menggunakan  konsentrat Tossa  feed produksi Kendal.
Tabel . Standar Kebutuhan Nutrien untuk Sapi Potong Lokal BB 171±12,51 kg
Komposisi Nutrien
% BK
PK
11,83
TDN
58,48
Ca
0,53
P
0,31
Berdasarkan Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries, Steers Maintenance and Growth (Kearl, 1982)

Tabel. Hasil Uji Proksimat konsentrat Tossa Feed
Komposisi Nutrien
%
PK
13
TDN
61
Ca
0,8
P
0,6
BK
85

            Berdasarkan perbandingan dari standar kebutuhan nutrien sapi potong lokal menurut Kearl (1982), kebutuhan sapi-sapi potong yang dipelihara di UPTD PTU Mulyorejo sudah memenuhi angka kecukupan nutrien. Kekurangan pakan merupakan kendala besar dalam proses pertumbuhan, terutama pakan yang memiliki kadar protein, mineral dan vitamin yang kurang memadai (Sugeng, 2001).

Pemberian air minum untuk sapi di  UPTD ini adalah 40 liter/hari untuk satu ekor sapi. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1991), yang menyatakan bahwa kebutuhan air bagi seekor ternak antara 20-40 liter/hari atau secara adlibitum, sedangkan jika terjadi pembatasan air minum maka akan mengakibatkan berkurangnya jumlah bahan pakan, terutama dalam kondisi lingkungan panas yang mempercepat hilangnya air. Menurut Siregar (1993), apabila ternak kekurangan air yang terdapat dalam tubuhnya maka akan menimbulkan gangguan kesehatan, sedangkan bila kekurangan air mencapai 20 % maka akan menimbulkan kematian.


4.6.Perkawinan
Sistem perkawinan yang di laksanakan pada UPTD Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo ini adalah dengan inseminasi buatan, semen didapat dari Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Apabila terdapat sapi betina yang menunjukan tanda-tanda birahi pada pagi hari maka pada sore harinya sapi tersebut dikawinkan. Apabila dalam pemantauan terdapat sapi betina yang birahi pada siang atau sore hari maka akan dikawinkan keesokan harinya pada pagi hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syarief dan Sumoprastowo (1984) yang menyatakan bahwa untuk mengawinkan sapi secara tepat adalah bila gejala birahi muncul pada pagi hari saat perkawinan yang terbaik hari itu juga, bila gejala birahinya siang hari maka saat perkawinan yang terbaik sore hari atau esok paginya atau esok siangnya. Tanda-tanda birahi yang sering terlihat dijelaskan lebih lanjut adalah sering berteriak, vulva merah, membengkak, dan keluar lendir.
Perkawinan sapi dara dilakukan pada sapi berumur 2 tahun apabila sudah menunjukan tanda-tanda berahi. Setelah melahirkan sapi dikawinkan kembali 50-60 hari sesudah beranak.
          
            Pemeriksaan kebuntingan dilakukan dua bulan atau tiga bulan setelah tanggal dilakukannya perkawinan. Cara mendeteksi kebuntingan aalah dengan palpasi rektal. Keberhasilan pada sapi ini dapat dilihat apabila sapi tidak menunjukan tanda-tanda minta dikawinkan lagi.

Gambar. perkawinan dengan inseminasi buatan.

                                            





BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
A.    Jerami yang diberikan sebaiknya difermantasi terlebih dahulu
B.     Konsentrat yang diberikan tidak berjamur
C.     Waktu pemberian pakan sebaiknya tepat waktu
D.    Pengamatan sapi birahi lebih teliti





DAFTAR PUSTAKA

Siregar, 2003. Metode Penggemukan Sapi.Gramedia .Jakarta.
Siregar, 2006. Perkandangan Sapi Potong.Gramedia . Jakarta.
Animus, 2006. Penyakit Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.
Animus, 2004. Ternak potong. Kanisius. Yogyakarta










Tidak ada komentar:

Posting Komentar