LAPORAN PRAKTIKUM
TERNAK POTONG NON RUMINANSIA
(BABI)
Disusun Oleh :
Kelompok I
1.Gregorius
Agung Pradipto
: 092199
2. Titik Ningrum : 102202
3. Chesar Westu
Nugroho : 102206
4. Agung Setyo
Nugroho : 102207
5. Stifvanus Dwi
Handoko : 102210
AKADEMI
PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2012
BAB 1
PEDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Peternak babi di indonesia pada umumnya memelihara dengan
tujuan utamanya menghasilkan daging babi yang berkualitas baik dan tinggi.
Tergantung dari lamanya dipiara,babi
yang dibesarkan di golongkan menjadi tipe lemak dan tipe bekon. Dulu di kenal
tiga tipe babi, yaitu tipe lemak bekon dan daging. Kini penggolongan itu hampir
lenyap di negara-negara peternakan babinya telah maju, karena para peternak
para peternak mempunyai tujuan yang sama yakni daging yang berkualitas baik,
babi apapun yang di pelihara.
Meskipun ada kecenderungan akan lenyap penggolongan tipe
babi, seperti tipe lemak dan bekon, variasi untuk menghasilkan daging otot yang
tinggi dengan lemak yang rendah didalam suatu bangsa babi maupun antara bangsa yang berbeda masih
didapati.
Karena dalam sutu bangsa tetap terdapat bervariasi,
sebaik nya bangsa babi digolongkan berdasarkan sifat-sifat fisik yang terlihat
dan asalnya daripada menggolongkanmenurut hasil karkasnya.
1.2 Tujuan
(1) Melakukan penataan sistem budidaya ternak babi dalam upaya meningkatkan
populasi, produksi dan produktivitas usaha budidaya ternak babi melalui
penerapan Good Farming Practice.
(2) Mendorong peran masyarakat pedesaan dalam pelestarian lingkungan dengan
penerapan teknologi pengolahan limbah ternak.
(3) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.
1.3 Sasaran
(1) Peternak yang
berkelompok dalam satu kawasan.
(2) Peternak yang
sudah mempunyai kandang kelompok.
(3) Peternak
individual yang memelihara ternak babi .
(4) Petugas dinas
provinsi/kabupaten terkait
1.4 Pengertian
(1) Penataan
Suatu kegiatan yang mengatur tentang sistem pemeliharaan
ternak (lokasi usaha, sistem perkandangan, dan pengelolan limbah ternak);
(2) Budidaya
babi ramah lingkungan
Adalah kegiatan pemeliharaan babi yang dilakukan oleh
masyarakat/peternak di pedesaan dengan penerapan tata cara budidaya yang baik
(kandang, manajemen pemeliharaan, biosekuriti, vaksinasi, dan pelestarian
lingkungan) dengan penerapan teknologi pengelolaan limbah ternak;
(3) Good
Farming Practice (GFP)
Tata cara pemeliharaan ternak yang baik, dalam pedoman
ini dimaksudkan sebagai cara budidaya ternak babi yang baik berdasarkan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian;
(4) Desinfektan
Adalah bahan penghapus hama;
(5) Desinfeksi
Adalah tindakan pensucihamaan secara tepat dan cermat
terhadap pakan, tempat pakan/air minum, semua peralatan, pakaian pekerja
kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan lain yang tercemar, bak tempat
penampungan kotoran;
(6) Biosekuriti
Adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama
untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan
penyebaran penyakit;
(7) Sanitasi
Adalah suatu penataan kebersihan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan atau
mempertahankan keadaan yang sehat bagi ternak baik di dalam kandang dan sekitar
usaha
peternakan;
(8) Pelestarian
Lingkungan
adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan
lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang
ditimbulkan oleh suatu kegiatan, agar tetap mampu mendukung perkehidupan
manusia dan makhluk hidup lain;
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bangsa-bangsa
babi
1.
Babi liar
Babi liar yang
terdapat di indonesia yaitu:
a.
Babi berjanggut
(sus barbatus)
b.
Babi sulawesi
berkutil (sus celebensis)
c.
Babi jawa
berkutil (sus verrucosus)
d.
Babirusa ( babyroussa
babyrussa)
e.
Babi
alang-alang( sus scorfa)
Babi berjanggut
(sus baratus)
Berbagai sebutan diberi untk babi
berjanggut ini meski sering disebut babi putih, spesies babi ini belum pernah
dijinakkan. babi liar ini tergolong besar, panjang badan 1,00 – 1,60 meter,
tinggi pundak mencapai 1,00 meter dan bobot badan 150 kg. Babi betina relatif
lebih kecil dari babi jantan. Pada babi jantan dewasa terdapat kutil kecil pada
bagian mukanya dan bulu seperti sikat pada pipi sehingga tampak seperti
berjanggut. Wana bulu babi jantan maupun betina bervariasi dari merah atau
coklat pucat sampai kuning kecoklatan atau hitam. Makanan babi liar ini terdiri
dari tumbuhan biji-bijian, buah-buahan, umbi-umbian, akar-akaran,
rumput-rumputan, serangga, dan binatang melata dan hewan liar lainnya
Babi sulawesi
berkutil (sus celebensis)
Daerah penyebaran babi berkutil
adalah sulawesi dan indonesia bagian timur dan pulau simeuleu dibagian barat
pulau sumatra, babi ini telah berhasil dijinakkan dipulau roti babi dewasa
berukuran tinggi pundak sekitar 60 cm, bobot tubuh 40-70 kg. Babi jantan
memiliki gigi taring sepanjang sekitar 10 cm dan 3 pasang kutil pada bagian
muka sedangkan pada betina kurang menonjol bahkan kadang-kadang tidak ada,
sewaktu muda terdapat garis-garis horisontal berwarna coklat dan putih
ditubuhnya dan hilang setelah mencapai dewasa. Kemungkinan babi ini juga telah
menyebar ke filipina.
Babi jawa berkutil
(sus verrucosus)
Sepanjang yang diketahui babi ini
belum dijinakkan untuk diternakkan, warna bulu sus verrucosus umumnya kemerahan
hingga hitam legam dan sekitar perut dan ujung
kaki semakin terang. Panjang badan babi ini mencapai 1,3 m, tinggi pundak
sekitar 0,90 m, bobot badan jantan dewasa 80-120 kg, sedangkan yang betina
hanya separuh bobot jantan, pemukiman yang disukai babi ini adalah lokasi
berketinggian sampai 800 meter DPL,
Babi
alang-alang( sus scrofa)
Babi alang-alang di indonasia
sering disebut babi hutan. Warna spesies babi ini umumnya hitam bercampur
bulu-bulu putih sampai kecoklatan dan sewaktu muda terdapat garis-garis kuning
horisontal.
Babi rusa
(babyrousa babyrussa)
spesies babyrousa babyrussa ini berlainan dari spesies yang lain yakni
puting susunya hanya sepasang. Kakinya panjang, taring atas panjang sekitar 30
cm, melengkug kebelakang dan taring bawah lebih pendek bulunya jarang kasar
pendek dan berwarna kellabu terdapat lipata-lipatan kulit dileher dan perut.
Panjang tubuh ssekitar 105 cm tinggi pundak sekitar80 cm berat badan dewasa
sekitar 100 kg dan panjang ekor sekitar 30 cm ditinjau dari jenis pakannya babi
rusa adalah omnivora, namun tingkah lakunya lebih mirip denagn rusa dibanding
dengan babi sehingga babi rusa dijuluki sebagai babi ruminan. Makanannya adalah
buah-buahan, akar-akaran, daun-daunan, dan hasil unggisan dari dalam tanah
namun babi rusa kuang memakan akar-akaran dan lebih bayak makan hijauan
2.2 PERSYARATAN
LOKASI DAN KANDANG
Usaha peternakan babi seharusnya berada di daerah yang jauh dari penduduk. Hal ini sangat tepat
untuk menghindari babi dari pencemaran
bau dan kebisingan dari peternakan babi.
Limbah ternak babi di daur ulang sebagian besar menjadi pupuk dan sebagian ada
yang mengolahnya untuk menghasilkan biogas. Pupuk yang dihasilkan dipakai untuk
memupuk tanaman yang bermanfaat untuk sumber bahan pakan ternak babi itu
sendiri. Peternakan babi dikelola secara lebih baik sehingga tidak menimbulkan
pengaruh negatif terhadap lingkungan.
Ketika memilih lokasi penampungan limbah ternak perlu dilakukan secara
hati-hati sehingga limbah pembuangan
tersebut tidak mencemari air tanah sekitarnya terutama lokasi pembuangan. Untuk
itu dapat dilakukan pengujian dengan cara menggali satu atau dua lubang untuk
mengetahui ambang air tanah dan kondisi tanah, sehingga mempermudah memilih
lokasi penampungan limbah ternak.
·
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penataan Budidaya Babi :
2.2.1 Jarak kandang
dari pemukiman
Ternak dapat mencemari lingkungan
dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun
bising oleh suara ternak. Oleh karena itu jarak minimumnya kepemukiman harus
diperhatikan.
Bangunan kandang harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk
menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah tempat
tinggal, bangunan-bangunan atau pusat-pusat kegiatan lain.
Pemukiman dapat digolongkan menjadi empat
bagian besar yaitu : golongan
1. pusat-pusat kegiatan pinggir kota, rumah sakit, sekolah, bungalow;
golongan
2. banyak
rumah-rumah pemukiman; golongan
3. Sedikit rumah pemukiman, tempat rekreasi dan industri
4. Daerah pertanian dan peternakan, sedikit rumah pemukiman.
Jarak minimum dari tempat-tempat yang disebut tadi tergantung dari besar
usaha atau banyaknya ternak babi yang dipelihara. Jarak pisah minimum yang
disarankan untuk usaha peternakan babi sesuai dengan banyak ternak yang
dipelihara dengan golongan pemukiman.
2.2.2
Hasil Samping Ternak
Suatu usaha peternakan pasti
menghasilkan limbah, disamping hasil utamanya. Limbah ternak merupakan sisa
buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti limbah padat dan limbah
cair yaitu feses, urine, sisa makanan dll. Volume limbah yang dihasilkan
tergantung dari jenis ternak yang dipelihara, skala usaha, dan sistim
perkandangan.
Manajemen dan penampungan limbah
ternak babi menggunakan teknologi terapan untuk menekan pencemaran usaha
peternakan babi seminimal mungkin, misalnya menangani limbah ternak dengan cara
:
pengomposan, kolam oksidasi
ataupun kocokan, kolam aerob alamiah, kolam anaerob, kolam fakultatif (aerob
dan anaerob), Pencerna anaerob dan membuat biogas, dehidrasi, pensilasean,
pengeringan, pengkonversian elektrokimiawi, penumbuhan simbiotik dengan
ganggang (algae) atau bakteri.
Limbah ternak babi perlu
ditampung di tempat penampungan sementara, misalnya lagun yakni semacam kolam
dengan sistem manajemen limbah yang praktis, mengurangi tenaga kerja dan cukup
waktu menampung sebelum digunakan selanjutnya untuk berbagai tujuan, misalnya
untuk tanaman pertanian.
Tempat penampungan harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. Cukup volume penampungan agar
jangan ada yang tercecer atau berserak.
b.Tempat penampungan harus cukup menampung untuk jangka waktu tertentu dan
jangan sampai limbah nilai haranya kurang.
c. Struktur penampungan harus
menjamin limbah agar jangan mencemari air.
d. Limbah yang ditampung harus
mudah diangkut untuk dipindah ketempat lain.
2.2.3
PERKANDANGAN
1.
Fungsi kandang
Kegunaan
kandang begitu amat besar, baik terhadap hewan ternak yang dipiara ataupun bagi
peternaknya, sebab kadang berfungsi :
a. Untuk menghindarkan terhadap
lingkungan yang merugikan. Misalnya adanya angin langsung, air hujan dan terik
matahari.
b. Untuk mempertahankan
kehangatan dalam kandang di waktu malam atau dingin. Hal ini bisa kita maklumi
karena tubuh hewan itu sendiri mengeluarkna panas, sehingga adanya atap dan
dinding, panas dalam kandang yang hilang lewat atap dan dinding bisa dikurangi.
c. Mempermudah tatalaksana.
Adanya kandang, semua tatalaksana seperti pemberian makan, air minum, memandikan
akan menjadi lebih mudah.
d. Mempermudah melakukan
pengawasan dalam penggunaan makanan. Semua penggunaan makanan untuk
maksu-maksud tertentu seperti untuk tujuan berproduksi, penggemukan. Lebih
mudah diawasi dan dilakukan pencatatan-pencatatan.
e. Mempermudah melakukan pengawasan terhadap pertumbuhan serta kemungkinan
adanya gejala penyakit.
f. Menghemat tempat dan
mengurangi pengotoran di sembarang tempat.
g. Mempermudah melakukan pengawasan terhadap gangguan keamanan seperti
pencurian, gangguan binatang buas ataupun dari sesama kawan yang berbeda unur.
3. Letak
kandang
Lokasi di mana kandang itu hendak dibangun terlebih dahulu haruslah
dipikirkan, terutama terhadap segi-segi higienis dan social ekonomis yang lebih
menguntungkan.
a.
Segi higienis
Agar bisa
diperoleh jaminan kandang serta lingkungan yang hidienis (bebas dari infeksi
penyakit), maka lokasi kandang harus dipilih
• Tempat yang
lebih tinggi dari lingkungan sekitar, tanah yang mudah meresap air.
• Tempat yang mudah dibuat saluran atau pembuangan air.
• Tempat yang terbuka, bukan di bawah pepohonan besar yang rindang. Sebab pohon
yang rindang akan menutup masuknya sinar matahari ke dalam kandang, sehingga
kandang menjadi lembab dan kurang sehat.
Hal ini
kesemuanya dimaksudkan agar air hujan mudah lepas, mudah mengalir atau meresap
ke dalam tanah, sehingga kandang dan sekitarnya di waktu hujan tidak tergenang
air. Sebab keadaan lingkungan yang selalu tergenang air akan menyebabkan
bakteri dan parasit hidup.
b. Sosial ekonomis
Segi sosial ekonomis yang bisa dipakai sehingga dasar pertimbangan untuk
memilih tempat antara lain :
1)
Dekat sumber
air
Ternak babi memerlukan banyak
air, baik untuk keperluan minum, memandikan ataupun untuk kebersihan lantai.
Oleh karena itu hanya kandang yang dekat dengan sumber airlah yang bisa
dibenarkan, sebab secara ekonomis akan bisa dipertanggungjawabkan. Tanpa air,
usaha ini tidak mungkin bisa berkembang. Maka bangunan kandang babi hendaknya
dibangun di tempat yang dekat dengan sumber air.
2)
Dekat sumber
bahan makan
Makanan pokok ternak babi adalah
makanan penguat, seperti katul, bungkil kedelain, bungkil kelapa. Bahan-bahan
tersbut merupakan hasil ikatan usaha pertanian. Oleh karena itu usaha ternak
babi ini akan lebih menguntungkan apabila bisa diusahakan di tempat-tempat yang
letaknya dekat dengan took-toko makanan, atau dekat dengan pabrik penggilingan.
Sebab pabrik rice-mill menghasilkan katul, pabrik gilingan minyak kelapa
menghasilkan bungkil kelapa, sehingga ongkos angkutan bahan makanan tersebut
bisa lebih ditekan. Semua bahan makanan yang sulit diperoleh karena letak
perusahaan begitu jauh dengan sumber bahan makan tentu saja harganya akan
relative lebih mahal.
3)
Mudah dicapai
kendaraan
Tempat-tempat yang mudah dicapai
oleh kendaraan berarti mempermudah komunikasi dan transportasi, baik di dalam
usaha memperoleh bahan makanan ataupun menjual hasil. Sebaliknya adanya
komunikasi dan transportasi yang sulit, menghambat usaha dan secara ekonomis
kurang bisa dipertanggungjawabkan, karena tuntutan ongkos usaha menjadi semakin tinggi.
4) Dekat dengan peternak
Ternak babi memerlukan pengawasan
langsung, baik terhadap kesehatan ternak ataupun keamanan. Untuk bisa menjamin
keperluan tersebut, bangunan kandang ini hanya mungkin bisa teratasi dengan
cepat apabila peternak bisa menangani secara langsung.
5)
Dekat dengan
areal perluasan
Usaha ternak babi yang dipiara
baik-baik akan begitu sangat cepat. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut
harus dibangun kandang baru. Perluasan kandang ini hanya mungkin bisa
dilakukan, apabila pendirian kandang pertama itu dipilih tempat yang sekiranya
masih memungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut. Tentu saja hal ini hanya
dilakukan bagi usaha-usaha besar.
2.2.4
Konstruksi
kandang
Agar ternak babi yang tinggal di dalam kandang merasa nyaman, konstruksi
kandang harus betul-betul memadai. Konstruksi kandang yang perlu mendapat
perhatian terutama.
a. Ventilasi
Ventilasi berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan
menggantikan udara segar dari luar. Adanya ventilasi ini, maka keadaan udara
segar dalam kandang bisa dipertahankan, kelembabab berkurang, dan rasa pengap
pu bisa dihindarkan. Dalam hal ini kiranya tidak diragukan lagi bahwa babi akan
merasa lebih nyaman apabila mereka berada di dalam kandang yang berudara segar.
Untuk memperoleh kondisi semacam itu, kandang harus dilengkapi dengan ventilasi
yang sempurna. Karena ventilasi merupakan jalan keluar masuknya udara ke dalam
kandang, maka ukuran ventilasi tersebut benar-benar sesuai.
1)
Ukuran
ventilasi
Sebagai pedoman di bawah ini dikemukakan mengenai ukuran lubang keluar
masuknya udara• Lubang keluar (outlet) Ukuran outlet bagi setiap ekor babi yang
beratnya 45kg ialah 32 cm², atau babi yang beratnya 90 kg = 64 cm². Jika
kandang itu berkapasitas 100 ekor babi yang beratnya rata-rata 90 kg, berarti
kandang tersebut harus ada outlet yang berukuran 100 x 64 cm² = 6.400 cm² , atau
80 x 80 cm.
• Lubang masuk
(inlet)
Bagi setiap ekor memerlukan inlet berukuran 3 kali lipat besarnya outlet.
Jika setiap ekor babi yang beratnya 45 kg diperlukan outlet berukuran 96 – 100
cm², hal ini berarti bahwa babi yang beratnya 90 kg memerlukan ukuran 200 cm²
atau 10 x 20 cm. Jadi kalau kandang itu berkapasitas 100 ekor, dengan berat
badan rata-rata 90 kg, maka perlu ada inlet yang berukuran 100 x 100 cm.
2)
Berbagai macam
ventilasi
Ada dua macam
ventilasi, yaitu ventilasi alam dan buatan. Ventilasi ala mini pembuatanya
tidak dipersiapkan secara khusus seperti halnya ventilasi buatan. Tetapi pada
ventilasi buatan dibuat dengan suatu rencana secara khusus seperti halnya
ventilasi buatan. Tetapi pada ventilasi buatan dibuat dengan suatu rencana
secara khusus, misalnya yang berbentuk kipas angin. Akan tetapi fungsi serta
kegunaan kedua macam ventilasi tersebut sama, yaitu untuk mempertahankan
keadaan udara dalam kandang supaya tetap segar dan bisa menghindarkan
kelembaban yang terlalu tinggi. Keadaan ruang kandang yang segar ini bisa
dibuktikan apabila :
• Babi-babi
yang ada dalam kandang pada saat sehabis makan selalu bisa enak tidur.
• Ruang kandang tidak berbau tajam.
Sebagai pedoman
di bawah ini diberikan catatan mengenai temperature dan kelembaban optimal yang
diperlukan ternak babi.
Keterangan |
Temperatur º C |
Kelembabab % |
Anak Babi |
21- 27 |
70 |
Babi sapihan |
21 - 24 |
70 |
Induk menyusui |
16 - 21 |
70 |
Babi dewasa |
16 -21 |
70 |
b. Dinding,
atap dan lantai
Dinding, atap dan lantai merupakan isolasi (pembatas) terhadap lingkungan,
terutama untuk menjaga kestabilan udara di dalam kandang. Kandang yang
dilengkapi dengan pembatas ini banyak manfaatnya. Lebih jelasnya, mengenai
pembatas ini akan diutarakan satu per satu.
1)
Dinding
Dinding kandang
sebagai salah satu pembatas (isolasi) berguna untuk :
• Menahan angin
langsung dari luar.
• Menahan
keluarnya panas yang dihasilkan oleh tubuh hewan.
• Menghindarkan
adanya babi yang keluar dari kandang atau saling bermusuhan, apalagi yang
mempunyai sifat kanibalis.
Mengingat ternak babi sangat sensitive terhadap udara panas ataupun udara
yang sangat lembab, maka sekeliling kandang harus dilengkapi dinding semi
terbuka. Dinding semacam ini di waktu siang akan menjamin udara dalam kandang
tetap segar, sebab sirkulasi udara akan cukup lancer. Dan sebaliknya di waktu
malam tidak begitu kedinginan karena babi bisa terbaring dan terlingdungi oleh
dinding. Namun kesemuanya ini pengaturannya tergantung kepada babi yang akan
ditempatkan di dalam kandang. Misalnya untuk babi yang beratnya lebih dari 50
kg, diding kandang bisa diatur sedemikian rupa sehingga temperature dalam
kandang bisa mencapai sekitar 18º C, sedangkan babi yang beratnya kurang dari
50 kg temperatur diatur kurang lebih 23º C dan untuk anak-anak babi memerlukan
temperatur 27º C (suhu kamar). Oleh karena itu ukuran tinggi dinding bisa
diatur. Untuk penggemukan setinggi 1 m, untuk induk setinggi 1,2 m. Bangunan
dinding kadang harus kuat dan mudah dibersihkan. Bahan bisa dibuat dari papan, anyaman
bambu, tembok.
2) Atap
Atap sebagai pembatasan di bagia atas, berguna untuk :
• Menghindarkan
air hujan dan terik matahari.
• Menjaga
kehangatan di dalam kandang pada waktu dingin.
Jadi fungsi
atap sebagai batas bagian atas, kecuali berguna untuk menahan air hujan dan
tering sinar matahari juga sangat bermanfaat untuk menahan panas yan dihasilkan
oleh tubuh hewan itu. Tanpa atap, di waktu malam panas di dalam kandang akan
keluar lewat atas. Atap tersebut hendaknya dibuat meluncur ke belakang,
sehingga air hujan tidak banyak masuk ke dalam kandang. Untuk atap bisa
digunakan genteng, asbes, duan kelapa ataupun alang-alang. Baik konstruksi
dinding maupun atap, keduanya ada kaitannya dengan ventilasi alam. Maka dari
itu perlu dipertimbangkan adanya konstruksi antara dinding dan atap yang tepat,
sehingga waktu panas keadaan udara dalam kandang tetap segar dan di waktu hujan
tidak banyak air masuk.
3)
Lantai
Lantai berguna
untuk :
• Menghindarkan
kelembaban dari dalam tanah.
• Batas antara
tanah.
Leh karena babi banyak berbaring,
lebih-lebih babi fattening 80% darpada waktunya hanya dipergunakan untuk
berbaring, maka lantai harus dibuat selalu bersih, hangat dan nyaman. Untuk
menciptakan keadaan ini, lantai harus keras, dibuat dari bahan-bahan seperti
aspal dan pasir, campuran batu merah atau batu kali, pasir dengan plesteran
semen. Lantai ini dibuat agak miring sehingga air kencing atau air pembersih
lekas bisa mengalir ke saluran pembuangan kotoran dan tidak mengganggu
kebersihan kandang, dan kekeringan lantai lebih terjamin.
Bagi perusahaan-perusahaan yang
telah maju seperti di luar negeri, kandang tersebut dilengkapi dengan isolasi
pada dinding maupun pada atapnya. Tapi di Indonesia yang terletak di daerah
tropis ini atap dan dinding serta lantai dibuat seperti yang dijelaskan diatas.
c. Sinar matahari
Konstruksi kandang yang akan dibangun hendaknya dipikirkan agar sinar
matahari pagi bisa masuk ke dalam kandang. Sebab sinar matahari pagi tidak
begitu panas dan banyak mengandung sinar ultraviolet. Sinar pagi ini sangat
penting karena berguna untuk :
• Untuk membantu proses pembentukan vitamin D.
• Sebagai desinfektan.
• Mempercepat pengeringan kandang sehabis dibersihkan dengan air.
Untuk
memperoleh sinar pagi yang cukup, maka hendaknya kandang tunggal dibangun
menghadap ke timur sedangkan kandang ganda bisa dilengkapi dengan ren seperti
pada gambar.
2.2.5
Alat-alat atau
perlengkapan kandang
Kandang yang sempurna memerlukan perlengkapan-perlengkapan yaitu :
1) Tempat makan dan minum
Tempat makan Ada dua macam tempat makan yaitu yang berbentuk bak dari
pasangan semen dan yang kedua ialah tempat makan berupa kotak yang bahannya
dari papan ataupun seng. Tempat makan yang berbentuk kotak ini bisa dibuat
memanjang ataupun bulat. (Perhatikan pada gambar.) Masing-masing bisa dipakai
secara individual atau kelompok. Demikian juga mengenai tempat minum, ada yang
berupa bak, tabung dan nozzle.
Baik tempat makan ataupun tempat minum ini merupakan perlengkapan kadang
yang mutlak diperlukan oleh babi. Oleh karena itu perlengkapan kandang ini
harus dengan baik dan memenuhi persyaratan.
Persyaratan pembuatan tempat makan/air minum yang perlu diperhatikan antara lain:
• Ukuran tempat makan dan minum hendaknya disesuaikan dengan umur/besar
kecilnya babi.
• Mudah dibersihkan.
• Konstruksi tempat makan dan minum harus dijaga, agar babi tidak bisa
dengan mudah masuk menginjak-injak ataupun berbaring di dalamnya.
• Tempat makan dan minum letaknya lebih tinggi daripada lantai.
• Permukaan bagian dalam mesti keras, rata dan halus agar sisa makanan tidak
bisa tertinggal di sela-selanya, dan mudah dibersihkan.
• Tepi-tepi atau bibir tempat makan dan minum harus dibuat agak bulat
seperti punggung belut, sehingga tidak tajam.
2) Bak air
Seriap kandang hendaknya juga dilengkapi dengan bak air yang terletak di
dekat kandang. Bak ini dimaksudkan untuk menampung persediaan air, sehingga
sewaktu-waktu air itu hendak diperlukan untuk membersihkan lantai, alat-alat
lain, serta memberikan minum selalu siap, tanpa ada sesuatu kesulitan. Ukuran
serta jumlah bak ini bisa disesuaikan dengan jumlah babi yang dipiara.
3) Bak penampungan kotoran
Setiap kandang atau ruangan hendaknya dilengkapi dengan saluran atau parit
yang menghubungkan kandang dengan bak penampungan kotoran, sehingga dengan
letak lantai yang sedikit miring, air kencing dan kotoran dengan mudah bisa
dialirkan langsung kotoran ini ialah bahwa semua kotoran akan tertampung di
dalamnya dan tidak mengganggu sekelilingnya serta bisa dimanfaatkan untuk
usaha-usaha pertanian. Ukuran bak ini tergantung dari persediaan bak yang ada
serta jumlah babi atau luas kandang.
4) Pintu kandang
Khusus kandang induk sebaiknya perlu dilengkapi sekaligus dengan pintu
penghalang, sehingga kematian anak babi akibat tertindih induk bisa
dihindarkan. Tetapi apabila tidak ada perlengkapan semacam ini, anak babi bisa
ditaruh di dalam kotak tersendiri. Hanya pada saat menyusu saja anak-anak babi
tersebut dicampur dengan induknya. Anak-anak babi tersebut harus selalu
diawasi.
2.2.6 Macam-macam
kandang
Ada berbagai macam kandang babi, masing-masing bisa dibedakan menurut konstruksi
dan kegunaannya.
1) Berbagai macam kandang menurut konstruksinya
a. Kandang tunggal, yaitu
bangunan kandang yang terdiri dari satu baris saja.
b. Kandang ganda, yaitu bangunan kandang yang terdiri dari dua baris yang
letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak belakang.
2) Berbagai
macam kandang menurut kegunaannya
Menurut kegunaannya,
kandang babi sisa dibangun sesuai dengan tujuannya, masing-masing dengan ukuran
dan perlengkapan yang berbeda-beda. Menurut kegunaanya, kita kenal :
a.
Kandang induk
Kandang induk
yang efisien ialah jika kandang tersebut nyaman bagi induk dan sekaligus nyaman
bagi anak-anak yang dilahirkan, sehingga anak-anaknya bisa mendapatkan kesempatan
hidup pada kandang tersebut. Pada pokoknya kadang babi induk bisa dibedakan
antara kandang individual dan kelompok.
1.
Kandang individual
Pada kandang induk individual ini satu ruangan hanyalah disediakan untuk
seekor babi. Konstruksi kandang ialah kandang tunggal, di mana kandang hanya
terdiri dari satu baris kandang. Dan kandang tersebut atap bagian depanyanya
dibuat lebih tinggi daripada bagian belakang, tetapi pada saat hujan, atap
bagian depan diusahakan bisa ditutup. Untuk ukuran kandang tersebut adalah
sebagai berikut :
• Tinggi bagian depan 2,5 m,
bagian belakang 2 m.
• Panjang 2,5 m, ditambah halaman pengumbaran yang terletak di belakang
sepanjang 4 m.
• Tinggi tembok 1 m
• Lebar 3 m.
• Pada ren (halaman
pengumbarannya) yang berukuran panjang 4 m itu lantainya bisa dibuat dari
pasangan seme, tanah atau batu, di mana induk bisa makan di situ pula.
Sedangkan untuk diding depan bisa dibuat dari tembok, bamboo, papan atau bahan
lain seperti anyaman kawat. Tetapi apabila dinding itu bahannya dari kawat,
harus diusahakan dengan anyaman yang kecil, dan kuat supaya anak-anaknya tidak
bisa keluar.
• Kandang ini perlu dilengkapi dengan guard-rail (pintu penghalang) yang
terletak di dalam, guna mencegah babi kecil mati tertindih.
• Kandang tersebut juga dilengkapi dengan tempat makan khusus untuk anak-anak
babi. Tempat makan ini diberi pagar pemisah agar induk tidak bisa mengganggu
makanan yang diberikan kepada anak-anaknya.
• Dilengkapi dengan lampu pemanas.
• Kandang diberikan tilam dari jerami kering yang bersing.
2.
Kandang kelompok
Pada pokoknya kandang induk kelompok ini sama seperti pada kandang
individual. Biasanya konstruksi kandang ini ialah kandang ganda, sehingga bisa
dilengkapi dengan gang/jalan yang dapat dipakai untuk memberikan makanan dan
air minum, sedang alat perlengkapan lainnya sama seperti pada kandang tunggal.
b.
Kandang fattening
Kandang
fattening ini pada prinsipnya sama dengan kandang induk, akan tetapi
perlengkapan dan ukuran lebih sederhana, masing-masing bisa dibangun konstruksi
tunggal atau ganda. Konstruksi ganda ini bisa dipakai untuk kelompok fattening
yang jumlahnya lebih besar, namun tiap-tiap unit tak akan melebihi 12 – 15
ekor. Di samping kandang fattening ini berbentuk kandang kelompok, tetapi ada
pula yang berbentuk battery. Kapasitas/ukuran :
• 1 m²/1 ekor, babi yang berat badannya rata-rata 80 kg.
• 0,75 m² untuk
berat 50 kg/ekor.
• 0,5 m² untuk
babi berat 35 kg/ekor.
c.
Kandang
pejantan
Kandang
pejantan dibangun khusus, terpisah dengan babi induk. Dan usahakan agar
bangunan itu kuat, yang dilengkapi dengan halaman pengumbaran, agar pejantan
bisa exercise(lantai) dan bisa melihat babi-babi betina dari halaman.
Ukuran :
• 2 x 3 m dan halaman 4 x 3 m
• Tinggi
kandang, bagian depan 2 m, belakang 1,5 m.
2.3 TEKNIK
PEMILIHAN BIBIT BABI
Tanda-tanda babi yang sehat : Babi kelihatan lincah (gesit), nafsu makan baik,
kotoran tidak terlalu encer atau keras dan pertumbuhan bagus.
Ciri-ciri induk yang bagus :
1) sehat, tidak
cacat dan dapat berfungsi dengan baik, mempunyai jumlah puting susu minimal 8
pasang, 8 di kiri dan 8 di kanan yang letaknya symetris berjarak sama, tidak
mempunyai puting susu yaang buntu.
2) mempunyai
proporsi tubuh yang baik, panjang tubuhnya sedang, otot yang baik didaerah
pinggul dan bahu,
3) kaki kuat
lurus, bisa berdiri tegak, tumit kuat, ekor melingkar,4) Pertumbuhan cepat dan
menghasilkan anak yang lahir banyak, minimal 8 ekor dan berat lahir minimal 1,1
kg.
2.3.1 Ciri-ciri
pejantan yang baik :
1) Organ
reproduksinya (testes) berkembang dengan baik, kedua bagian testes sama
ukurannya,
2) pejantan harus bersifat agresif terhadap betina,
3) Kepala
ringan, mata lebar,waspada, bahu lebar rata, punggung sedikit melengkung, ekor
melingkar,bagian bawah perut rata serta mempunyai kuku dan kaki yang kuat untuk
melakukan perkawinan,
4) dalam
keadaan sehat dan tidak cacat dan tidak ada kelainan. Berat lahir minimal 1,1
kg.
Pemilihan menurut hasil produksi keturunannya berdasarkan jumlah anak yang
dilahirkan, 12 ekor (baik), 10 ekor (sedang) dan 8 ekor (kurang), berat pada
tiap kelahiran hendaknya merata, tidak terlampau besar atau kecil. Berat lahir
minimal 1,1 kg. Berat babi yang baik umur 8 minggu sekitar 16 kg, sedang 14 kg
dan kurqng 12 kg.. Pertumbuhan berat badan bagus, misalnya umur 8 bulan
mencapai berat hidup 100 kg. Angka kematian sampai penyapihan rendah,
presentasi hasil daging waktu dipotong cukup tinggi.
Pemilihan untuk program pembibitan ternak, babi yang akan digunakan sebagai
calon induk dipersiapkan, dipisahkan pemeliharaannya sejak umur 4-5 bulan .
sedangkan pejantan yang akan digunakan harus disiapkan sebulan sebelumnya untuk
mencegah adanya penyakit menular. Perbandingan jantan muda betina 1 : 20 ekor (
dalam kandang) atau 1 : 10 - 15 ekor di padang penggembalaan.terbuka. Babi
jantan dewasa dapat mengawini 35 -40 ekor betina ( dalam kandang) atau 15 - 20
ekor di areal terbuka. Pejantan umur 9 - 15 bulan dapat melakukan perkawinan 2
x/ hari atau 8 x/ minggu. Sedangkan pejantan dewasa 3 x/ hari atau 12 x/
minggu. Babi betina dikawinkan pada umur tidak kurang dari 8 bulan, dengan
berat badan diatas 100 kg. Sedangkan umur jantan sebaiknya digunakan pada umur
tidak kurang dari 9 bulan. Kawinkan babi betina pada hari pertama berahi,
biarkan sampai terjadi 2 kali perkawinan dalam 24 jam. Setelah itu babi betina
dipisahkan dalam kandang tersendiri.
BAB III
MATERI DAN
METODE
Praktikum produksi ternak babi ini dilaksanakan pada januari 2012 yang
bertempat dipeternakan babi rakyat milik bapak mada koroskali, yang beralamat
banjar dadap, desa kotorona, kecamatan banguntapan, kabupaten bantul.
3.1 Materi
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah wearpack, sepatu but,
peralatan tulis, sabit. Sedangkan bahan yang digunakan babi pejantan berjummlah
1 ekor, babi betina 4 ekor, anak babi 66 ekor, konsentrat, hijauan(dari sisa
makanan)
3.2 Metode
Dalam praktikum
ini data diambil dari partisipasi aktif sehari-hari dikandang praktek yang
meliputi pengamatankandang, konstruksi kandang, sanitasi, menghitung
bahan-bahan pakan yang akan diberikan pada masing-masing babi yang dilakukan
selama 3 hari berturut-turut untuk mengetahui manajemen peternakan babi
tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeliharaan
secara intensif
Seluruh kebutuhan babi diberikan oleh peternak termasuk pemberian pakan,
minum, dan kesehatan pemeliharaan secara intensif harus mempunyai kandang yang
memenuhi syarat karena berhubungan langsung dengan kelagsungan hidup ternak dan
tata laksana pemeliharaan. Adapun faktor-faktor yang harus ada dalam
persyaratan kandang diantaranya lingkungan, lokasi, tata letak dan karakteristik
kandang.
4.2 Perkandangan
Dalam praktikum ini peternak mempunyai 10 buah kandang dengan ukuran
panjang 16 m, lebar 2,5 m, tinggi 2,5 m. Kandang terbuat dari dinding batako cor tinggi 90 cm, atapnya
dari asbes, lantai semen cor halus jarak
dari penduduk 200 meter, ventilasi cukup lebar sehingga sirkulasi udara lebih
baik, kebersihan kandang cukup baik, pembuangan kotoran dari parit ke septiteng
langsung ke sungai.
1.
Atap kandang
Atap berfungsi
mempertahankan suhu dan kelembaban udara dalam kandang, atap kandang terbuat
dari asbes.
2.
Tinggi bangunan
Kandang yang
didaerah dengan suhu agak panas sebaiknya dibangun agak tinggi dari daerah
berhawa sejuk, hal ini agar udara panas dalam ruangan lebih bebas bergerak,
sehingga diperoleh ruang kandang yang cukup sejuk, tinggi kandang 2,5 meter .
3.
Dinding Kandang
Dinding kandang
berfungsi untuk membentengi ternak agar tidak lepas, menahan angin agar tidak
langsung masuk dalam kandang, dinding kandang terbuat dari batako cor tinggi 90
cm
4.
Lantai kandang
Lantai kandang
merupakan bagian dasar atau alas kandang berfungsi tempat berdirinya ternak dan
pelepas lelah untuk berbaring pada setiap saat, kandang dibuat sekokoh mungkin,
setrukturnya rata tidak licin, supaya ternak tidak mudah terpeleset, tidak
mudah tembus air, tahan lama, lantai dibuat agak miring agar air dapat terus
mengalir.
4.3 Pemberian
ransum
Pakan menggunakan konsentrat ( 2 kg per ekor), hijauan dari sisa makanan (
1-2 kg per ekor), pemberian air minum pada pagi siang sore (air dicampur pada
makanan).
4.4 Penjualan
Penjualan
dilakukan untuk transaksi jual beli, trnak yang siap untuk dipasarkan
adalah ternak pada usia 5-7 bulan
beratnya 80-100 kg.
4.5 Kesehatan
ternak
Penyakit yang sering menyerang babi adalah cholera (demam babi), serangan
parasit.
Usaha dalam
pencegahan penyakit dilakukan program vaksinasi pemberian pakan yang cukup dan
sanitasi kandang.
4.6 Reproduksi
Babi yang pertama dikawinkan berumur: jantan 6-8 bulan, betina 7-9 bulan.
Umur sudah tidak digunakan sebagai induk 7 tahun, pejantan 5 tahun.
Dilaksanakan penafkiran pada umur 5-7 tahun karena berat babi sudah tidak
ideal/terlalu berat. Metode perkawinan dengan kawin alami karena lebih efisien
dan gampang bagi ternak dilakukan 1-3 kali sampai terjadi kebuntingan, jumlah
anak sekelahiran 8-14 ekor umur penyapihan 2 bulan. Peternak dalam mendeteksi
birahi dengan cara dalam jangka 20 hari masih ingin kawindan puting mengalami
bengkak kemerahan. Lama kebuntingan 115 hari, jika terjadi kelahiran yang harus
dilaukan peternak : siapkan bok, lampu, lap, dan jerami. Lampu digunakan untuk
penerangan , bok untuk menaruh anak babi setelah hidung dilap dan dialasi
jerami.
4.7 Keadaan usaha
Bentuk usaha yang dilakukan perorangan modal berasal dari dana pribadi,
sistem usaha milik sendiri. Faktor yang menunjang usaha yaitu mudahnya
penjualan babi didaerah setempat. Faktor yang menghambat usaha yaitu jauhnya
ketersediaan pakan babi didaerah setempat.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa :
Ternak yang dipelihara berupa babi pejantan, babi betina dan anakan, bangsa
ternak yang dipelihara duroc dan beerkhire, tanda karakteristik duroc yaitu
warna merahmuda dan bervariasi kuning, telinga jatuh dan beranak banyak.
Berkhire yaitu warna hitam dan warna putih bagian kaki,moncong dan ujung ekor,
telinga tegak. Adapun penyapihan anak babi ketika umur 2 bulan.
Kandang yang
digunakan sudah sesuai dengan standar, dan layak untuk digunakan.
Daftar pustaka
D.T.H sihombing, 2006, ilmu ternak babi, yogyakarta,
gadjah mada university press.