LAPORAN
MAGANG TERNAK POTONG SAPI
DI
UPTD PEMBIBITAN TERNAK UNGGULMULYOREJO
Dusun
Duren Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah
Disusun Oleh :
Gregorius
Agung Pradipto : 092199
Agung Setyo Nugroho : 102207
Stif vanus Dwi Handoko :102210
AKADEMI
PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan magang
ternak potong, serta dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik.
Maksud
dan tujuan penyusunan laporan ini adalah merupakan salah satu syarat dari mata
kuliah magang bidang Produksi Ternak Potong di Akademi Peternakan Brahmaputra
Yogyakarta.
Pada
kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak
khusnan, selaku direktur Akademi Peternakan Brahmaputra
2. Bapak
Sudarisman, selaku koordinator pembimbing magang bidang Produksi Ternak Potong
3. UPTD
mulyorejo yang telah menyediakan tempat magang
4. Semua
pihak dan rekan rekan yang telah membantu terselesainnya laporan ini
Kami menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharakan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporai
ini. Harapan kami semoga laporan inimemberi manfaat bagi mahasiswa khususnya
dan pembaca pada umumya.
Yogyakarta,
Oktober 2012
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I . PENDAHULUAN...................................................................
1.1.Latar
belakang...................................................................................
1.2.Tujuan
dan Manfaat..........................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................
2.1.Kebutuhan
Daging Sapi di Indonesia...............................................
2.2.Metode
Penggemukan Sapi...............................................................
2.3.Perkandangan....................................................................................
2.4.Pemilihan
Bibit..................................................................................
2.5.Penyakit.............................................................................................
2.6.Pakan.................................................................................................
2.7.Penanganan
Limbah..........................................................................
2.8.Reproduksi........................................................................................
BAB III. METODE PELAKSANAAN...............................................
3.1.Tempat
dan Waktu............................................................................
3.2.Metode
Magang................................................................................
BAB IV.
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................
BAB V. DAFTAR
PUSTAKA..............................................................
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Usaha
penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha yang sudah berkembang secara
pesat dan telah menyebar di wilayah Indonesi. Untuk keberhasilan usaha
penggemukan sapi potong, maka yang harus diperhatikan adalah manajemen
pemeliharaan yang terarah dan pengelolah yang professional. Usaha penggemukan
sapi potong sangat berkembang pesat karena masyarakat sadar akan kebutuhan
hewani, sehingga permintaan akan daging terus meningkat.
Usaha
penggemukan sapi potong tidak hanya diusahakan oleh industri-industri besar
tetapi juga diusahakan oleh petani peternak meskipun dalam hal manajemen
pemeliharannya petani peternak masih relative sederhana. Usaha penggemukan sapi
potong berkembang sangat pesat karena sapi potong sebagai ternak yang mempunyai
nilai ekonomis cukup tinggi.
Tingginya nilai
ekonomis ini ditentukan oleh berat karkas dan kualitas daging. Usaha
penggemukan sapi potong memiliki keuntungan ganda, selain pertambahan bobot
badan ternak sapi, limbah kotoran sapi dapat diproses untuk dijadikan pupuk.
Manajemen
pemeliharaan usaha penggemukan sapi potong harus diperhatikan yang meliputi:
perkandangan, pembibitan, pakan dan pemberiannya, pengendalian penyakit,
recording, pemanenan hasil atau pemasaran, penaganan limbah dan manajerial.
Magang diprogramkan agar mahasiswa dapat secara langsung turun dilapangan untuk
membandingkan teori dan keadaan sebenarnya.
2.2.Tujuan dan Manfaat
Adapun
tujuan dari magang ini adalah
1) Untuk
mengetahui manajemen pemeliharaan sapi potong
2) Untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam usaha penggemukan sapi potong
3) Untuk
membandingkan teori dan kondisi nyata dilapangan
4) Sebagai
salah satu persyaratan dalam kegiatan pembelajaran program D3
5) Manfaat
pakan jerami dan konsentrat dalam perkembangan
Sedangkan
manfaat yang dapat diambil dari magang di UPTD PTU Mulyorejo sebagai berikut
1. Mahasiswa
mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan kongkrit tentang usaha peternakan
sapi potong
2. Mahasiswa
dapat menerapkan teori yang didapat secara langsung dilapangan
3. Pengetahuan
mahasiswa tentang usaha peternakan sapi potong dapat meningkat
4. Mahasiswa
berlatih untuk memecahkan masalah yang timbul dilapangan yang tidak mungkin
didapat kecuali dengan turun langsung kelapangan
5. Meningkatkan
kreatifitas, kerjasama, tanggung jawab, polapikir bagi mahasiswa
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Kebutuhan Daging Sapi di Indonesia
Usaha
penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan
semakin banyaknya masyarakat diberbagai daerah yang mengusahakan penggemukan
sapi potong. Perkembangan usaha penggemukan sapi ini di dorong oleh permintaan
daging yang terus meningkat dari tahun ketahun.
Menurut Anonimus
(2004) kebutuhan daging sapi dalam negri pada tahun 1998-2003 mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan data kebutuhan
daging pada tahun 1998 sebesar 405.000kg sedangkan pada tahun 2003 kebutuhan
daging meningkat menjadi 441.000kg.
2.2.Metode
Penggemukan Sapi Potong
Di Indonesia
sistem penggemukan sapi dikenal dengan sistem kereman. Dalam penggemukan sapi
sistem kereman ini sapi yang dipelihara didalam kandang terus menerus dalam periode
tertentu. Sapi tersebut diberi makan dan minum di dalam kandang, tidak
digembalakan ataupun dipekerjakan.
Menurut
Siregar (2003), sistem penggemukan terdiri dari tiga macam penggemukan 1) Dry
Lot Fattening yaitu pemberian ransum dengan pemberian biji-bijian atau
kacang-kacangan, 2) Pasture Fattening yaitu sapi yang diternakan digembalakan
dipadang pengembalaan, 3) Kombinasi anatara Dry Lot Fattening dan Pasture
Fattening yaitu system ini dilakuakn dengan pertimbangan musim dan ketersedian
pakan. Di daerah tropis pada saat musim produksi hijauan tinggi penggemukan
dilakukan dengan Pasture Fattening sedangkan pada saat hijauan berkurang
penggemukan dilakukan dengan cara Dry Lot Fattening.
2.3.
Perkandangan
Pembangunan
kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak
berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang,
pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar (2006)
pembuatan kandang untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai
berikut :
a. Memberi
kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara ataupun
pekerja kandang.
b. Memenuhi
persayaratan bagi kesehatan sapi
c. Mempunyai
ventilasiatau pertukaran udara yang sempurna
d. Mudah
dibersihkan dan terjaga kebersihannya
e. Memberi
kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga
efisiensi kerja dapat tercapai
f. Bahan-bahan
kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relative
murah dan mudah didapat didaerah sekitar
g. Tidak
ada genangan ait didalam ataupun diluar kandang.
2.4.Pemilihan
Bibit Sapi Potong
Pemilihan bibit
akan menentukan majunya peternakan yang akan dikembangkan. Bangsa-bangsa
tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan
keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Bangsa-bangsa sapi dapat
dibagi menjadi 4 yaitu bangsa Eropa, bangsa India, bangsa yang dikembangkan di
Amerika Serikat dan yang terakhir disebut bangsa eksotik. Sebenarnya tidak ada
bangsa yang sempurna sebab setiap ternak memeliki sifat-sifat yang cocok untuk
keadaan tertentu ataupun tidak cocok untuk keadaan tertentu pula. Pemilihan
suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan,
kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak,
ukuran badan dan pertambahan berat badan.
2.5.Penyakit
Kejadian
penyakit diare pada pedet sangat tinggi diare dapat disebabkan oleh bakteri,
virus dan protozoa. Anonimus (2006) menyatakan bahwa E. coli merupakan salah
satu penyebab diare pada sapi, yang menyebabkan jaringan epitel dalam usus
berubah fungsi dari metode penyerapan (nutrisi) menjadi metode pengeluaran.
Lebih lanjut dikatakan bahwa pengobatan penyakit diare berupa antibiotik
(streptomicyn) dapat mengurangi populasi bakteri sehingga proses pencernaan
dapat berjalan dengan normal kembali.
Ukuran pedet
yang terlalu besar pada waktu partus, menyebabkan kontraksi dinding perut yang
kuat, mendorong dinding uterus membalik keluar, sedang serviks masih dalam
keadaan terbuka lebar (kendor).
Prolapsus
uteri atau pembalikan uterus terjadi sesudah patrus dan jarang terjadi beberapa
jam setelah itu, apabila pembalikan uterus paling tinggi hanya mencapai canalis
cervicalis keadaan ini disebut inversion uteri.Inversio uteri jarang terjadi
tanpa prolapsus uteri oleh karena itu disebut prolapsus uteri, dimana seluruh
uterus membalik dan menggantung keluar dari vulva.
2.6.Pakan
Konsentrat
adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk
meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan dan dicampur
sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan
hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1)Pakan hijauan yaitu semua bahan
pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang
termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat
diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan
kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar
serat kasar relative rendah dan mudah dicerna.
Bahan pakan
penguat meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung
giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil
kelapa, tetes.. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient
pada bahan pakan lain yang nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya
berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang
dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara
terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral
terutama Ca dan P, urea. (Anonimus, 2001).
Dalam menyusun
pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan
baku pakan yang digunakan, kandungan zat-zat pakan dari bahan baku tersebut dan
kebutuhan zat pakannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan
ternak karena kebutuhan zat pakan dan jumlah konsumsi yang berlebihan dapat
menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal.
Pakan adalah
bahan yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, yang mengandung kebutuhan
nutrisi bagi pertumbuhan ternak. Fungsi pakan utama bagi ternak adalah :
·
Sebagai bahan material
untuk menyusun dan menjaga struktur tubuh.
·
Sebagai sumber energi.
·
Untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dalam tubuh.
Adapun fungsi
tambahan pakan adalah sebagai sumber energi untuk proses produksi susu, daging,
kulit, dan wool. Bahan pakan yang dipilih harus berkualitas dan memenuhi syarat
yaitu tidak berjamur dan tidak berdebu. Konsentrat adalah pakan ternak yang
berasal dari biji – bijian atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian
seperti; bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas
tahu, tetes dan sebagainya. Biasanya pakan konsentrat mengandung protein yang
tinggi.
Dalam menyusun
pakan ternak ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tersedianya bahan
baku yang akan digunakan, kandungan zat – zat makanan dari bahan baku tersebut
dan kebutuhan zat makanannya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan
kebutuhan ternak karena kebutuhan zat makanan dan jumlah konsumsi yang
berlebihan dapat menyebabkan pertambahan bobot badan tidak maksimal.
2.7.Reproduksi
a.Program
Induk dan Pedet
Jarak beranak
(calving interval) adalah jarak melahirkan induk antara kelahiran yang satu
dengan kelahiran berikutnya. Pramono (2003) mengatakan bahwa calving interval
sapi PO adalah 14,29 bulan. Talib dan Siregar (1998) menyatakan bahwa berat
lahir sapi PO adalah sekitar 25,4 kg.
b.Pelaksanaan
Perkawinan
Pejantan sapi
potong mampu mengawini 30 – 60 induk dalam sistem perkawinan pasture.
Berdasarkan standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan yang digunakan
sebagai pemacek harus memenuhi kriteria sebagai berikut: umur 3 – 4 tahun,
kesehatan organ reproduksi secara umum baik, libido tinggi, tidak cacat dan
bobot badan diatas 300 kg.
c.Pemeriksaan
Kebuntingan
Pemeriksaan
kebuntingan merupakan salah satu metode untuk mengetahui status reproduksi dan
mendeteksi lebih dini kemungkinan terjadi masalah pada saluran reproduksi
induk.
Palpasi rectal
pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui
perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal
kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera.
d.Gejala-gejala
Kelahiran
Pada
sapi dan kerbau ligament-ligamen pelvis, terutama ligamen sacroischiadicus
sangat mengendur menyebabkan penurunan ligament dan urat daging. Pada
kebanyakan sapi pengenduran ligamen-ligamen menandakan bahwa partus akan
terjadi dalam waktu 24-48 jam.
e.Tahap-tahap
Kelahiran
Tiga tahap
kelahiran yaitu:
1. Adanya
kontraksi aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding
uterus dan dilatasi cervix,
2. pemasukan
fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture kantung allantois,
kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva, 3)
pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus
tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah.
3. Salah
satu inisiasi kelahiran adalah faktor hormonal terutama menurunnya hormone
progesterone dan disekresikannya oxytocin sehingga induk terus mengejan dan
terlihat gelisah.
f.Penanganan
Kelahiran
Salah satu upaya
untuk meminimalisasi kematian pedet yang baru lahir adalah memberikan
disinfektan pada pusar berupa iodium 7% untuk mencegah infeksi.
Pedet yang baru
lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat
setelah dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum,
kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat
melindungi pedet dari serangan penyakit.
g.Pemberian Tanda atau Penomoran
Pada Pedet
Hal-hal yang
dapat dicatat pada recording pedet adalah nomor identifikasi induk, pejantan,
nomor identifikasi pedet, waktu lahir, berat lahir dan jenis kelamin. Penandaan
pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak,
dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk
mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang
didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari
ternak tersebut.
h.Penyapihan
Perubahan
kondisi tubuh induk akan mempengaruhi proses biologis. Induk yang menyusui
secara fisiologis akan berusaha memenuhi kebutuhan tubuhnya dan susu pedet.
BAB
III
METODE
PELAKSANAAN MAGANG
3.1.Tempat dan
Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang
ini dilaksanakan selama 4 hari yang dimulai dari tanggal 29 agustus 2012 sampai
dengan 1 september 2012, yang dilaksanakan di UPTD Mulyorejo, desa barukan,
kecamatan tengaran kabupaten semarang. Adapun beberapa jadwal kegiatan Magang
yang dilaksanakan yaitu orientasi dilakukan hari pertama mahasiswa berada di
lokasi Magang , observasi, adaptasi dilakukan setiap hari baik itu dilingkungan
industri maupun dilingkungan masyarakat.
Dalam
pelaksanaan kegiatan Magang di UPTD setiap mahasiswa Magang didampingi oleh
pembimbing dari UPTD. Penulisan laporan dilakukan setelah mahasiswa selesai
melakukan kegiatan magang.
3.2.Metode
Magang
3.2.1.Orientasi
Orientasi
dilakukan setelah mahasiswa Magang telah berada di lingkungan industri untuk
mendapat pengarahan dari pimpinan industri ataupun pihak yang telah menerima
mahasiswa untuk kegiatan Magang. Mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruangan untuk
mendapat pengarahan dan petunjuk dari pihak UPTD, dalam kegiatan ini mahasiswa
mempelajari struktur organisasi Lokasi ternak sapi potong, ruang lingkup
kegiatan mencakup kegitan penelitian dan manajemen pemeliharaan ternak sapi
potong. UPTD juga mempunyai ruang tata usaha, gedung pertemuan, laboratorium,
perumahan karyawan.
3.2.2.Observasi
Observasi
dilakukan langsung oleh mahasiswa Magang untuk memperoleh data dan informasi
mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan dengan materi
Magang.
3.3.Adaptasi
Adaptasi sangat
penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak industri agar kegiatan Magang
berjalan dengan baik. Adaptasi dengan pembimbing UPTD dengan cara bertanya
seputar kegiatan selama pelaksanaan Magang, masalah-masalah yang terjadi di
UPTD dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Adaptasi
juga dilakukan dengan semua karyawan di UPTD yaitu dengan cara ramah terhadap
setiap karyawan dan meamtuhi peraturan UPTD, selain itu kita juga harus
beradaptasi dengan masyarakat tempat tinggal yaitu dengan cara ramah serta ikut
membantu dalam kegiatan sosial atau kemasyarakatan.
3.4.Pelaksanaan
Magang
Pelaksanaan
Magang dilakukan pada tanggal 29 agustus 2012 sampai dengan tanggal 1 september
2012. Prosedur kegitan Magang yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang
telah diberikan dari pihak UPTD dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadwal kerja
yaitu hari senin sampai dengan hari minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Keadaan
Umum Peternakan
UPTD
Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo terletak di Dusun Duren, Desa Barukan,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. UPTD ini dibangun pada
tahun 2004 dan berdiri pada tanggal 20 Juni 2005 berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Kabupaten Semarang No. 027/ 0475/ 2005 dengan dana dari APBN Kabupaten
Semarang. UPTD ini pertama kali mendatangkan sapi sebanyak 20 ekor dari BPTU
Baturaden.
UPTD ini dibangun di atas lahan
seluas 172.445 m² yang terdiri atas lahan
pertanian seluas 90.000 m² dan
82.445 m² sebagai bangunan peternakan
sapi perah. Secara geografis lokasi UPTD ini sangat strategis, karena terletak
di daerah suhu dingin. Lokasi berada pada ketinggian 1500 m diatas permukaan
laut, suhu udara berkisar antara 18-28°C serta
kelembaban antara 60-70%. Oleh karena itu
kurang tepat daerah tersebut sebagai alternatif untuk mendirikan suatu peternakan sapi
potong. Selaian bangunan utama berupa kandang, UPTD ini juga dilengkapi
berbagai fasilitas lain berupa kantor, rumah karyawan, mess untuk para pekerja
kandang, kamar mandi, pos satpam dan tempat parkir untuk kendaraan.
4.2.Struktur
Organisasi
Stuktur
Organisasi UPTD Mulyorejo
Jumlah
pegawai negeri yang terdapat di UPTD dan terjun secara langsung yaitu Bapak
Budi Suharto, Amd selaku Kepala UPTD dan Bapak Imam Hariadi, Amd selaku kepala
operasional. Terdapat beberapa pegawai yang mempunyai tugas sesuai keahlian
masing-masing, yaitu Ibu Dwiretnosari, Spt selaku staff adminitrasi, Ibu Endah
selaku kepala kandang sapi perah, Ibu Yana selaku kepala kandang kambing perah
dan potong, Bapak Sutikno selaku kepala kandang sapi potong, Bapak Widagdo Amd
selaku tenaga kesehatan dan beberapa pekerja kandang. Jumlah semua pegawai yang
ada terdapat 25 orang.
4.3.Populasi Sapi Potong di UPTD PTU Mulyorejo
No.
|
Lokasi (Kabupaten)
|
Keadaan Awal
|
|||||||||
Dewasa
|
Muda
|
Anak
|
Jumlah
|
JMH
|
|||||||
Jtn
|
Btn
|
Jtn
|
Btn
|
Jtn
|
Btn
|
Jtn
|
Btn
|
||||
1
|
Januari
2012
|
0
|
24
|
1
|
12
|
2
|
3
|
3
|
39
|
42
|
|
2
|
Februari
|
0
|
24
|
1
|
12
|
2
|
3
|
3
|
39
|
42
|
|
3
|
Maret
|
0
|
24
|
1
|
13
|
2
|
2
|
3
|
39
|
42
|
|
4
|
April
|
0
|
24
|
3
|
15
|
1
|
1
|
4
|
40
|
44
|
|
5
|
Mei
|
0
|
24
|
3
|
15
|
1
|
1
|
4
|
40
|
44
|
|
6
|
Juni
|
0
|
24
|
3
|
15
|
1
|
1
|
4
|
40
|
44
|
|
7
|
Juli
|
0
|
22
|
0
|
12
|
2
|
1
|
2
|
35
|
37
|
|
8
|
Agustus
|
0
|
22
|
1
|
12
|
2
|
2
|
3
|
36
|
39
|
|
9
|
September
|
0
|
22
|
1
|
12
|
3
|
2
|
4
|
36
|
40
|
Tabel.
Jumlah kepemilikan sapi potong di UPTD PTU Mulyorejo
4.4.Populasi
masing-masing kandang
Kandang L O R
|
||||
NO
|
NO TEL
|
KANDANG
|
CIRI CIRI
|
|
1
|
LB2. 460
|
Lor
|
kulit
putih besar, tanpa tanduk
|
|
2
|
RL5. 754
|
Lor
|
merah,
jidat ada benjolan di tengah, tnp tanduk,
|
|
3
|
RL5. 1337
|
Lor
|
abu abu
dawuh, tanduk 1 mlungker
|
|
4
|
LMP. 367 / 19166
|
Lor
|
putih,
tanpa tanduk, pantat nyos EKT
|
|
5
|
LB2.268/B27110
|
Lor
|
dawuh (ada
anting nempel) / lebih hitam,
|
|
6
|
X.6. 013
|
Lor
|
coklat,
tanpa tanduk, pendek
|
|
7
|
5 7 1 8
|
Lor
|
abang, tanda
tanduk, pantat nyos 3
|
|
8
|
RL.5. 1032/ 314
|
Bawah
|
Merah
bercak bercak putih, tanpa tanduk
|
|
9
|
56,035
|
Biogas
|
tanduk
panjang kulit putih coklat muda,
|
|
10
|
5723
|
Biogas
|
coklat,
SAPINDO, tanpa tanduk (kecil),
|
|
11
|
L3. 106
|
Biogas
|
putih
pantat 82L 3, tanpa tanduk, jidat m
|
|
K I D U L
|
||||
NO
|
NO TEL
|
KANDANG
|
CIRI CIRI
|
|
1
|
Lmp. 280 / EH
|
Kidul
|
Coklat /
tanduk satu
|
|
2
|
Rl 3. 038/346
|
Kidul
|
Coklat /
tanpa tanduk/mulus
|
|
3
|
56,064
|
Kidul
|
tanduk panjang, kulit merah keputihan panunan,
|
|
4
|
L 26.150
|
Kidul
|
coklat muda
/ bathuk gosong/punggung ada garis
|
|
5
|
26 90
|
Kidul
|
coklat /
tanpa tanduk / kacamata
|
|
6
|
36,531
|
Kidul
|
merah
gemuk
|
|
7
|
26,072
|
Kidul
|
Coklat
muda, tanpa tanduk, mulus
|
|
8
|
BL3. 1375
|
Kidul
|
coklat,
tanduk hilang 1, panunan, ada punuk,
|
|
9
|
RL5. 028/ merah
|
Kidul
|
merah
gosong / tanduk mlungker
|
|
10
|
L.3.033
|
Kidul
|
merah
rata/pantat di nyos/tanduk kotak pendek
|
|
11
|
LMP.276 / 2227
|
Kidul
|
coklat
muda / tanpa tanduk / mulus
|
|
12
|
L26.152
|
Kidul
|
coklat
muda / tanpa tanduk
|
|
1
|
26,148
|
Bawah
|
coklat,
tanpa tanduk
|
|
2
|
36. 276
|
Bawah
|
blirik
macan merah
|
|
3
|
LMP.393 / 2312
|
Bawah
|
coklat
muda / panunen / tanduk satu
|
|
4
|
BL.3.1273 / 341
|
Bawah
|
Tanduk
kecil kotak / coklat/punuk gosong
|
Tabel.
Data populasi masing-masing kandang
4.5.Hijauan
dan Konsentrat
Ternak
|
kg./hr
|
hari
|
Jenis
Pakan
|
||||
Rumput
|
Jerami
|
Cahaya Suprana
|
Tossa
|
||||
Sapi
Potong
|
|||||||
Induk :
|
x
|
||||||
Jerami
|
30
|
30
|
|||||
Konsentrat
|
5
|
30
|
x
|
||||
Dara
|
x
|
||||||
Jerami
|
20
|
30
|
|||||
Konsentrat
|
4
|
30
|
x
|
||||
Anak
|
|||||||
Jerami
|
3
|
30
|
x
|
||||
Konsentrat
|
2
|
30
|
x
|
||||
Pakan yang
diberikan pada sapi potong di UPTD Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo berupa
jerami kering. Pemberian jerami kering pada
sapi potong ini dalam bentuk utuh. Hal
tersebut tidak sesuai dengan pendapat
Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa perlakuan pakan yang dipotong atau
digiling dapat meningkatkan konsumsi pakan an kecernaan. Pemberian pakan
dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 WIB dan pada sore hari
sekitar pukul 16.00 WIB. Konsentrat diberikan terlebih dahulu sekitar 1-2 jam
sebelum diberi jerami. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1993) yang
menyatakan bahwa sebaiknya pemberian konsentrat didahulukan sebelum pakan
hijauan(jerami) atau pakan kasar denagan tujuan merangsang aktivitas kerja
mikroba rumen.
Konsentrat yang
diberikan pada sapi potong di UPTD
Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo menggunakan
konsentrat Tossa feed produksi
Kendal.
Tabel . Standar Kebutuhan Nutrien untuk
Sapi Potong Lokal BB 171±12,51 kg
Komposisi Nutrien
|
% BK
|
PK
|
11,83
|
TDN
|
58,48
|
Ca
|
0,53
|
P
|
0,31
|
Berdasarkan Nutrient
Requirements of Ruminants in Developing Countries, Steers Maintenance and
Growth (Kearl, 1982)
Tabel. Hasil Uji Proksimat konsentrat Tossa Feed
Komposisi Nutrien
|
%
|
PK
|
13
|
TDN
|
61
|
Ca
|
0,8
|
P
|
0,6
|
BK
|
85
|
Berdasarkan perbandingan dari standar kebutuhan
nutrien sapi potong lokal menurut Kearl (1982), kebutuhan sapi-sapi potong yang
dipelihara di UPTD PTU Mulyorejo sudah memenuhi angka kecukupan nutrien. Kekurangan
pakan merupakan kendala besar dalam proses pertumbuhan, terutama pakan yang
memiliki kadar protein, mineral dan vitamin yang kurang memadai (Sugeng, 2001).
Pemberian
air minum untuk sapi di UPTD ini adalah
40 liter/hari untuk satu ekor sapi. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat
Tillman et al. (1991), yang menyatakan bahwa kebutuhan air bagi seekor ternak
antara 20-40 liter/hari atau secara adlibitum, sedangkan jika terjadi
pembatasan air minum maka akan mengakibatkan berkurangnya jumlah bahan pakan,
terutama dalam kondisi lingkungan panas yang mempercepat hilangnya air. Menurut
Siregar (1993), apabila ternak kekurangan air yang terdapat dalam tubuhnya maka
akan menimbulkan gangguan kesehatan, sedangkan bila kekurangan air mencapai 20
% maka akan menimbulkan kematian.
4.6.Perkawinan
Sistem
perkawinan yang di laksanakan pada UPTD Pembibitan Ternak Unggul Mulyorejo ini
adalah dengan inseminasi buatan, semen didapat dari Balai Inseminasi Buatan Ungaran.
Apabila terdapat sapi betina yang menunjukan tanda-tanda birahi pada pagi hari
maka pada sore harinya sapi tersebut dikawinkan. Apabila dalam pemantauan
terdapat sapi betina yang birahi pada siang atau sore hari maka akan dikawinkan
keesokan harinya pada pagi hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syarief
dan Sumoprastowo (1984) yang menyatakan bahwa untuk mengawinkan sapi secara
tepat adalah bila gejala birahi muncul pada pagi hari saat perkawinan yang
terbaik hari itu juga, bila gejala birahinya siang hari maka saat perkawinan
yang terbaik sore hari atau esok paginya atau esok siangnya. Tanda-tanda birahi
yang sering terlihat dijelaskan lebih lanjut adalah sering berteriak, vulva
merah, membengkak, dan keluar lendir.
Perkawinan sapi
dara dilakukan pada sapi berumur 2 tahun apabila sudah menunjukan tanda-tanda
berahi. Setelah melahirkan sapi dikawinkan kembali 50-60 hari sesudah beranak.
Pemeriksaan kebuntingan dilakukan
dua bulan atau tiga bulan setelah tanggal dilakukannya perkawinan. Cara
mendeteksi kebuntingan aalah dengan palpasi rektal. Keberhasilan pada sapi ini
dapat dilihat apabila sapi tidak menunjukan tanda-tanda minta dikawinkan lagi.
Gambar.
perkawinan dengan inseminasi buatan.
BAB
V
KESIMPULAN
Kesimpulan
A. Jerami
yang diberikan sebaiknya difermantasi terlebih dahulu
B. Konsentrat
yang diberikan tidak berjamur
C. Waktu
pemberian pakan sebaiknya tepat waktu
D. Pengamatan
sapi birahi lebih teliti
DAFTAR
PUSTAKA
Siregar, 2003. Metode Penggemukan Sapi.Gramedia .Jakarta.
Siregar, 2006. Perkandangan Sapi Potong.Gramedia . Jakarta.
Animus, 2006. Penyakit Ruminansia. Kanisius.
Yogyakarta.
Animus, 2004. Ternak potong. Kanisius. Yogyakarta