LAPORAN
MAGANG TERNAK UNGGAS
DI
PETERNAKAN AYAM BROILER
Dsn. Kali waru, Ds.
Purwomanthani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman
Disusun
oleh :
1.
Grogerius
Agung Pradipto : 092199
2.
Agung
Setyo Nugroho : 102207
3.
Stifvanus
Dwi Handoko : 102210
AKADEMI
PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan kegiatan magang di peternakan ayam broiler serta dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Maksud dan tujuan penyusunan laporan
ini adalah merupakan salah satu syarat dari mata kuliah magang bidang ternak
unggas di Akademi Peternakan Brahmaputra Yogyakarta.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak
drh. Khusnan, MP selaku Direktur Akademi Peternakan Brahmaputra.
2. Bapak
drh.Khusnan, MP juga selaku koordinator pembimbing magang bidang ternak unggas
I.
3. Bapak
Ir. Harimurti F.T, MP selaku koordinator pembimbing magang bidang ternak unggas
II.
4. Bapak
Ponimen selaku pemilik peternakan ayam broiler.
5. Semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Pengertian
Ayam Broiler.................................................................... 3
Pemilihan
DOC.................................................................................. 4
Perkandangan..................................................................................... 4
Kebutuhan
Nutrisi Broiler dan Air Minum........................................ 6
Program
Vaksin.................................................................................. 8
Konveksi
Pakan.................................................................................. 9
Pertambahan
Bobot Badan................................................................. 10
Konvensi
Ransum............................................................................... 11
Periode
Panen..................................................................................... 12
BAB III MATERI
DAN METODE
Materi................................................................................................. 14
Metode............................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
Manajemen
Pemeliharaan Periode Starter
Lokasi
Kandang................................................................................. 16
Sterilisasi
Kandang............................................................................. 18
Persiapan
Pemeliharaan...................................................................... 19
Perlakuan
Saat DOC datang.............................................................. 20
Manajemen
Pemeliharaan Periode Pertubuhan
Pemberian
Ransum dan Air Minum................................................... 23
Kandungan
Nutrien Ransum.............................................................. 24
IP
( Indeks Prestasi)........................................................................... 24
BAB V KESIMPULAN............................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 30
DAFTAR TABEL
1.
Performans Broiler........................................................................... 3
2.
Kebutuhan Zat Nutrien
Broiler Umur 0-6 Minggu.......................... 6
3.
Perbandingan bagian
Ukuran Kandang Selatan dan Utara............. 17
4.
Kandungan Nutrisi
Ransum Ayam Pedaging di Peternakan........... 24
5.
Hasil Pemeliharaan
Kandang Selatan.............................................. 26
6. Hasil
Pemeliharaan kandang Utara.................................................. 27
DAFTAR GAMBAR
1. Kandang Selatan dan Utara............................................................. 17
2. Penyemprotan Kandang bagian Luar dan Dalam............................ 19
3. Persiapan Lingkaran Pemanas Sebelum DOC datang..................... 20
4. DOC dalam Lingkaran Pemanas...................................................... 22
BAB
I
PENDAHULUAN
Ayam
pedaging merupakan jenis varietas unggul saat ini. Hal ini dikarenakan jenis
ayam ini mampu berproduksi 4x lebih cepat dibandingkan jenis ayam kampung. Ayam
ras ( ayam pedaging ) dapat dikembangkan secara tradisional maupun sacara
modern. Pengembangan tradisional yang dimaksud adalah dengan pemeliharaan yang
dilakukan sebagai usaha sambilah tanpa memperhitungkan untung rugi dan dalam
pemeliharaannya tanpa menggunakan teknologi maju. Sedangkan pengembangan secara
modern merupakan sistem yang aspek
pemeliharaannya dilakukan secara intensif meliputi upaya seleksi dalam pemilihan
bibit ( DOC ), perkandangan, pakan, vaksin, dan ekonomi.
Sistem
pemeliharaan merupakan suatu aspek penting dalam pengembangan usaha ini. Karena
dengan pemeliharaan yang baik, pastilah tumbuh kembang ini akan jauh berbeda
dengan sistem pemeliharaan yang kurang baik. Perbedaan tersebut akan tampak
kelihatan dari hasil akhir ( output ) produksi yang dihasilkan.
Dalam
dunia bisnis, memperoleh keuntungan besar dalam waktu cepat merupakan target
utama bagi pengelola. Hal ini akan tercapai jika pengelola mampu memanajemen
seluruh aspek produksi seefisien mungkin.
Magang ternak unggas merupakan mata kuliah yang mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan ternak unggas mulai dari proses reproduksi
sampai kepada manajemen pemeliharaan ternak unggas. Dalam magang
ini diharapkan dapat menguasai bagaimana teknik-
teknik ataupun manajemen pemeliharaan ayam broiler mulai dari persiapan kandang sampai ayam siap untuk di panen.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengertian
Ayam Broiler
Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk
menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik
ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging
dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda.
Pada umumnya broiler ini siap panen pada usia 28-45 hari dengan berat badan
1,2-1,9 kg/ekor (Priyatno, 2000). Broiler sangat potensial diternakkan karena
memiliki performans yang baik seperti pada Tabel. 1. Tabel. 1 Performans
Broiler
Usia(Minggu) Berat Badan (Kg) Konversi Pakan (Kg)
1 0,159
0,92
2 0,418
1,23
3 0,813
1,40
4 1,265
1,52
5 1,765
1,65
6 2,255 1,79
7 2,715
1,93
8 3,135 2,07
Sumber : Murtidjo (1987).
Rasyaf (2000)
menyatakan bahwa karakteristik Abror Acress CP-707 yang dihasilkan oleh PT.
Charoen Phokphand yaitu: berat badan 8 minggu : 2,1 kg, konsumsi ransum : 4,4 kg,
konversi ransum : 2,2 kg, daya hidup : 98%, warna kulit : kuning, warna bulu :
putih.
Pemilihan
DOC
DOC ini
sebenarnya berasal dari singkatan ''Day Old Chick'', yang dapat diartikan
sebagai anak ayam yang berumur 1 hari. Bibit yang baik mempunyai kriteria
sebagai berikut sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat),
bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta
lubang kotoran (anus) bersih, berat badan 37 g, dan posisi dalam kelompok
menyebar. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas
DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja
dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat
diterima.
Perkandangan
Menurut Zainal Abidin (2002) kandang merupakan tempat hidup, tempat
berproduksi, dan berfungsi untuk melindungi ayam dari gangguan binatang buas,
melindungi ayam dari cuaca yang tidak bersahabat, membatasi ruang gerak ayam,
menghindari resiko kehilangan ayam, mempermudah pengawasan, pemberian pakan dan
air minum, serta pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tipe kandang ayam Broiler ada dua,
yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang
lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas
kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang
lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah
dibuat dan lebih murah.
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
Lokasi kandang dekat
dengan sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah. Menurut
Fadilah (2004), lokasi yang dipilih untuk peternakan harus tersedia sumber air
yang cukup, terutama pada musim kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk
ayam karena kandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah air yang
dikonsumsi ayam bergantung pada jenis ayam, umur, jenis kelamin, berat badan
ayam dan cuaca.
Kandang dicuci dengan sprayer
tekanan tinggi dari bagian atas, dinding dan tirai, hingga lantai. Proses
pencucian ini harus meliputi semua bagian jangan sampai ada bagian yang
terlewatkan serta menaburkan atau menyemprotkan kapur
tohor ke bagian dalam,
lantai, dan sekeliling luar kandang Fadilah (2004). Rasyaf (2008) menjelaskan
lebih lanjut bahwa kandang harus sudah dibersihkan dengan air bersih yang telah
dicampur dengan pembunuh kuman/desinfektan. Semua peralatan, termasuk tempat
ransum dan tempat minum.
Kebutuhan Nutrisi Broiler dan Air Minum
Untuk keperluan hidupnya dan untuk
produksi, ayam membutuhkan sejumlah nutrisi yaitu protein yang mengandung asam
amino seimbang dan berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral (Rasyaf, 1997). Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa
jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara,
sistem pemeliharaan dan tujuan produksi. Di samping itu juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu
dipelihara. Broiler dapat menyesuaikan
konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum.
Penyesuaian tersebut berkisar antara
2800-3400 kkal energi metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985). Kebutuhan
zat nutrisi broiler pada fase yang berbeda tertera pada Tabel 2.
Tabel. 2 Kebutuhan Zat Nutrien Broiler Umur 0-6 Minggu
No Umur Kandungan nutrisi ransum
Protein (%) EM (kkal) Lemak (%) SK(%) Ca (%) P (%)
1 Starter 23 3200
4 3-5
1 0,45
2 Finisher 20 3200 3-4 3-6 0,9 0,4
Sumber : (NRC, 1984)
Daya cerna karbohidrat yang berupa pati
cukup tinggi, sekitar 95%. Akan tetapi bila ada unsur-unsur pembangunan dari
tanaman seperti selulosa dan hemisellulosa, lignin dan lain sebagainya
menyebabkan daya cerna karbohidrat akan menurun. Zat-zat tersebut merupakan
salah satu unsur penentu daya cerna energi. Kadar serat kasar yang tinggi akan
menurunkan nilai daya cerna dari bahan ransum, sehingga dapat menyebabkan
menurunnya pertambahan bobot badan ternak (Anggorodi, 1985).
Menurut Rasyaf, 1993 ransum untuk ayam
broiler dibedakan menjadi dua yaitu ransum untuk periode starter dan ransum
untuk periode finisher . Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang
masih berumur sehari atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan
yang kecil. Setelah ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan
tempat pakan khusus yang digantung. Fadilah (2004) menyatakan bahwa pemberian
ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum berbentuk: tepung
pada periode starter, butiranpecah pada periode finisher dan terkadang
diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin
pertambahan bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan
gizinya harus diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang tepat (Sudaro dan
Siriwa, 2007). Alamsyah (2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada ternakdisesuaikan
dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang
belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC.
Pemberian air minum dilakukan secara
terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami
dehidrasi sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson dan Payne (1993)
menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari
kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak
dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama tanpa
makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006).
Program Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh
ayam untuk menimbulkan kekebalan alami.Vaksin dibagi menjadi dua yaitu vaksin
aktif adalah vaksin yang mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan
lebih lama daripada vaksin inaktif atau pasif.
Vaksin
inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau
dimatikan tanpa merubah stuktur antigenik, hingga mampu membentuk zat kebal.
Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, tetapi keuntungannya dapat disuntikan
pada ayam yang diduga sakit. Adapun persyaratan dalam vaksinasi, ayam harus
sehat, dosis dan kemasan vaksin harus cepat, sterilisasi alat alat, lebih
efektif dilakukan pagi hari. Vaksinasi
yang penting pada ayam broiler yaitu vaksinasi ND/tetelo. Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat
menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun,
diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 - 2 hari muncul
gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang
akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan
kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat
menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin
ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap kering. Dilaksanakan pada umur 4
hari dengan metode tetes mata. Dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari
dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.
Konversi Pakan
Sesuai dengan
tujuan pemeliharaannya yaitu memproduksi daging sebanyak-banyaknya dalam waktu
singkat, maka jumlah pemberian pakan tidak dibatasi (ad libitum) artinya
berapa saja jumlah pakan yang dapat dihabiskan, itulah yang diberikan
(Kartadisastra, 1994).
Menurut Wahyu (1992), konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh kualitas
dan kuantitas ransum, umur, aktivitas ternak, palatabilitas ransum, tingkat
produksi dan pengelolaannya. Parakkasi (1983) menyatakan bahwa komposisi kimia
dan keragaman ransum erat hubungannya dengan konsumsi ransum. Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa
palatabilitas merupakan sifat performans dari bahan sebagai akibat dari keadaan
fisik dan kimiawi yang dimiliki bahan-bahan pakan tersebut, hal ini tercermin
oleh organolektif seperti penampilan, bau, rasa dan temperatur.
Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan
energi, sehingga jumlah pakan atau ransum yang dikonsumsi tiap harinya
cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila konsentrasi protein
yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi
energi metabolis tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas
karena rendahnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Sebaliknya, bila kadar energi
kurang maka unggas akan mengkonsumsi pakan atau ransum untuk mendapatkan lebih
banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan
(Tillman et al, 1991). Anggorodi (1985) menyatakan bahwa bloiler dapat
menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan
maksimum. Sedangkan Widodo (2002) menyatakan bahwa ayam cenderung meningkatkan
konsumsi jika diberi pakan energi rendah.
Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada
interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat
karakteristik kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan
serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh
gabungan dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial
yang mendukung laju tumbuh hewan.
Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi
ransum dan terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada
produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami.
Untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang maksimal maka sangat
perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung
zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang
pertumbuhan maksimal (Yamin, 2002).
Kartadisastra (1997), menyatakan bahwa bobot tubuh ternak senantiasa
berbanding lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobot tubuhnya, makin
tinggi pula tingkat konsumsinya terhadap ransum. Bobot tubuh ternak dapat
diketahui dengan penimbangan. Suharno dan
Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan
dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada
dalam ransum.
Konversi Ransum
Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan
perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang
dihasilkan. Konversi pakan pada broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan
untuk memproduksi 1 pounds atau 1 kg berat hidup.
Konversi ransum dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti: umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan
keadaan unggas (Anggorodi, 1985).
Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika
angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan
sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien.
Lestari (1992), menyatakan angka konversi ransum menunjukkan tingkat
efisiensi penggunaan ransum. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan
faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor
makanan terutama nilai gizi rendah.
Konversi ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi pada
satu minggu dengan pertambahan bobot badan pada minggu itu (Rasyaf, 1994).
Rumus konversi ransum :
Jumlah ransum yang dikonsumsi
Konversi
ransum : n = Bobot badan pada waktu yang sama
Periode Panen
Jadwal pertama panen biasanya
telah ditentukan ketika ayam akan dipelihara (Fadilah, 2005). Selanjutmya, ayam
yang akan dipanen harus dikurangi pakannya atau dipuasakan (tidak diberi makan)
selama 4 sampai 6 jam sebelum ditangkap agar sisa pakan tidak terlalu banyak
(tembolok ayam tidak penuh). Tembolok ayam yang penuh tidak disukai rumah
potong ayam (RPA). Ayam harus bebas antibiotik 5 hari hingga 2 minggu sebelum
panen tergantung jenis antibiotik.
Jumlah dan ukuran ayam yang
akan ditangkap harus sesuai surat permintaan (delivery order) (Fadilah, 2005).
Selanjutnya, berat ayam biasanya diklasifikasikan menjadi ukuran kecil (0,8-1,2
kg), sedang (1,3-1,6 kg), besar (lebih dari 1,7 kg). Ayam yang dijual ke RPA
harus ditimbang bersama keranjangnya untuk menghindari banyak ayam yang rusak.
Timbangan yang dipakai berupa timbangan duduk kapasitas 50 kg. Ayam yang akan
ditimbang dimasukan ke keranjang plastik standar (7,8 kg). Kapasitas 1
keranjang bisa diisi 12-15 ekor ayam ukuran kecil atau 8-10 ekor ayam ukuran
sedang dan besar. Hasil penimbangan ayam yang ditangkap dicatat secara benar
dan jelas pada nota penimbangan.
Kegiatan yang dilakukan pasca
panen adalah mengumpulkan peralatan kandang, membersihkan, menghitung pakan
yang tersisa, dan menghitung presentasi produksi ayam (Fadilah, 2005).
Selanjutnya, peersentasi kematian (deplesi) dapat dihitung : jumlah ayam awal
dikurangi jumlah ayam yang dijual dikalikan 100 % kemudian dibagi jumlah ayam
awal, rerata berat ayam yang dijual dapat dihitung : total berat ayam yang
dijual dibagi dengan total ayam yang dijual, konversi pakan (FCR) dapat
dihitung : total pakan yang diberikan dikurangi total pakan sisa dibagi dengan
total berat ayam yang dijual, dan rerata
umur panen dapat dihitung : umur ayam yang dipanen dikalikan dengan jumlah ayam
yang dijual dibagi dengan total ayam yang dijual.
BAB III
MATERI DAN METODE
Magang
ternak unggas ini dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2013 sampai 26 April 2013
di peternakan ayam broiler milik Bapak Ponimen. Di Dusun Kali waru, Desa
Purwomathani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Materi
Materi
yang digunakan dalam magang ternak unggas ini adalah ayam broiler yang
berjumlah 8000 ekor dan 7500 ekor tipe CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand
Jaya Farm , pakan yang terdiri dari tiga jenis yaitu S- 10, S- 11 dan S-12 GL
produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia, vitamin yang diberikan adalah
Perfexsol- L produksi PT. Trouw Nutrition Indonesia, untuk disinfektan kandang
menggunakan Virukill produksi PT. Novindo Agritech Hutama. Alat – alat yang
digunakan antara lain tempat pakan dan minum otomatis, 2 kandang ayam yang
bertipe panggung dengan lantai dari bambu, lingkar pemanas, pemanas dengan
menggunakan gas olek, sekam, jaring pada lantai, karung bekas tempat pakan
untuk melapisi lantai.
Metode
Metode yang digunakan dalam magang ini
adalah metode observasi dengan mengambil data primer. Data primer diperoleh
dari pengamatan langsung dengan berpartisipasi aktif di lapangan meliputi
persiapan kandang dan sterilisasi kandang, pemberian sekam, pemasangan pemanas
serta lingkar pemanas, pemberian tempat pakan dan minum, perlakuan terhadap DOC
yang baru datang, penghitungan kematian, pemberian pakan dan minum, perhitungan
pakan yang dihabiskan, membersihan tempat pakan dan minum, pembersihan sekam
serta periode panen dan wawancara
langsung dengan pemilik peternakan ayam juga anak kandang.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Manajemen
Pemeliharaan Periode Starter
Lokasi dan
kandang
Lokasi kandang yang digunakan untuk
magang 2 km dari keramaian,perumahan dan dikelilingi dengan persawahan , serta
kolam – kolam. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakakan
bahwa lokasi peternakan ayam pedaging sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari
lokasi perumahan, atau dipilih lokasi yang sunyi. Sudaryani (1995) menyatakan
bahwa lokasi kandang sebaiknya 1 km jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi kandang dekat
dengan sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah. Menurut
Fadilah (2004), lokasi yang dipilih
untuk peternakan harus tersedia sumber air yang cukup, terutama pada musim
kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk ayam karena kandungan air dalam
tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah air yang dikonsumsi ayam bergantung pada
jenis ayam, umur, jenis kelamin, berat badan ayam dan cuaca.
Kandang ayam yang digunakan dalam magang
ini berupa 2 kandang panggung dengan alas terbuat dari bilah bambu yang
lapisi dengan sekam yang sering disebut dengan kandang litter sehingga lantai
kandang tidak menyebabkan kaki terluka akibat terjepit bilah bambu dan kaki
tidak mengeras. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa kandang dengan
tipe litter pengelolaannya lebih mudah dan praktis, hemat tenaga dan waktu, lantai
kandang relatif tahan lama, lantai tidak mengakibatkan telapak kaki ayam
terluka, dan mengeras serta litter merupakan media yang baik untuk
mencakar-cakar debu atau mandi debu yang memberikan kenyamanan bagi ayam. Untuk
ukuran bagian- bagian kandang dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 3. Perbandingan bagian ukuran kandang selatan dan utara
Bagian- bagian Ukuran dan Bahan
Kandang selatan Kandang utara
Panjang 62 m 57 m
Lebar 14
m 12 m
Tinggi panggung 2 m 2 m
Tinggi kandang 2 m 2 m
Kemiringan atap 30 derajat 30 derajat
Alas kandang Lantai bambu Lantai bambu
Atap dari genting dari asbes dan genting
Gambar 1. Kandang selatan dan utara.
Sterilisasi
Kandang
Sterilisasi dilakukan sebelum dan sesudah
pemeliharaan yaitu pada saat kandang kosong selama 8 hari yaitu meliputi pembersihan lantai kandang, dinding
dan atap kandang, pengapuran kandang, penyemprotan kandang dengan desinfektan,
serta pencucian tempat ransum dan minum serta kotoran ayam. Desinfektan kandang
dengan menggunakan Virukill dilakukan 2 -3 hari sebelum DOC tiba. Usaha
pencegahan penyakit yang lain adalah senantiasa menjaga kebersihan kandang dan
peralatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan
bahwa kandang harus sudah dibersihkan dengan
air bersih yang telah
dicampur dengan pembunuh kuman atau desinfektan. Semua peralatan, termasuk
tempat ransum dan tempat minum. Fadilah (2004) menjelaskan lebih lanjut,
mencuci kandang dengan sprayer tekanan tinggi dari bagian atas, dinding dan
tirai, hingga lantai. Proses pencucian ini harus meliputi semua bagian jangan
sampai ada bagian yang terlewatkan serta menaburkan atau menyemprotkan kapur
tohor ke bagian dalam, lantai, dan sekeliling luar kandang. ( Gambar. X )
Gambar 2. Penyemprotan kandang
bagian luar dan dalam.
Persiapan Pemeliharaan
Setelah
kandang dibersihan dan diistirahatkan selama 8 hari, mulai dilakukan persiapan
pemeliharaan untuk periode yang baru. Sebelum DOC datang kandang perlu
dipersiapakan dengan baik, mulai dari alas kandang. Untuk tahap persiapan alas
dilapisi dengan jaring, selanjutnya dipasang kantong bekas pakan ayam yang
bersih baru ditabur dengan sekam yang kering dengan ketebalan 2 -3 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2004), bahwa
jenis litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji. Selanjutnya
dilakukan pemasangan lingkaran pemanas dengan diameter kurang lebih 5 meter,
pemanas itu sendiri menggunakan gas olek, hal ini dirasa lebih bisa mempertahankan
kehangatan dan biaya lebih murah, setiap kandang terdapat 10 lingkaran pemanas,
dengan setiap lingkaran terdapat 10 tempat minum otomatis dan 10 tempat pakan.
Untuk tahap akhir persiapan sebelum DOC datang adalah pemasangan tirai dan
penyemprotan disinfektan pada sekam.
Gambar 3. Persiapan lingkaran pemanas sebelum DOC
datang.
Perlakuan Saat DOC Datang
Pemeliharaan ayam
broiler meliputi pemilihan bibit, perkandangan, pemeliharaan, pencegahan
penyakit dan pola pemberian ransum. Bibit ayam broiler yang dipelihara
dipeternakan tersebut berupa anak ayam umur sehari (DOC) galur CP 707 yang
berasal dari PT. Charoend Pokphand Jaya Farm dengan bobot badan awal rata-rata
37 gram per ekor, dengan harga Rp. 6.500 per ekor yang telah di vaksin ND Kill,
IBD dan IB. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2004) yang menyatakan bahwa
kegiatan pertama yang harus dilakukan ketika DOC datang adalah memperhatikan
dan memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan, baik kualitas maupun
kuantitasnya. DOC yang berkualitas baik antara lain mempunyai ciri kakinya
besar dan basah seperti berminyak, bulu cerah dan penuh, DOC terlihat aktif dan
beratnya tidak kurang dari 37 g. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan
bahwa kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang
jelek bukan saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas
DOC pada saat diterima. Untuk selanjutnya DOC ditempatkan pada lingkaran
pemanas, setiap lingkaran pemanas berisi 750 ekor untuk kandang utara sebanyak
10 lingkaran pemanas dan 800 ekor untuk kandang selatan sebanyak 10 lingkaran
pemanas, dengan suhu pemanas diatur sesuai fisiologis DOC, tahap berikutnya
diberi larutan gula dengan harapan mengembalikan energi yang hilang selama
perjalanan menuju tempat peternakan, setelah larutan gula habis, barulah diberi
multivitamin untuk siang harinya dan antibiotik untuk malamnya atau sebaliknya
secara ad libitum dengan tujuan ayam
tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson
dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik
disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih
banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup
lebih
lama tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006). Pakan diberikan jenis
S-10 dengan butiran yang lebih halus mulai dari umur 1 – 10 hari, diberikan
secara ad libitum.
Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari
atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah
ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan
khusus yang digantung. Alamsyah (2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada
ternak disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum.
Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all
mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam
saluran pencernaan DOC.
Gambar 4. DOC dalam lingkaran pemanas.
Manajemen Pemeliharaan Periode Pertumbuhan
Pemberian Ransum dan Air minum
Pemberian
ransum ayam pedaging yang diberikan ada 2, yaitu: ransum
pada
periode starter dalam bentuk butiran
yang lebih halus secara adlibitum. Ransum diletakkan pada
litter yang diberi tempat pakan khusus DOC. Periode finisher ransum diberikan
dalam bentuk crumble secara adlibitum. Ransum diletakkan dalam
tempat pakan yang digantungkan dan pemberian dilakukan 2 kali sehari pada jam
07.00 WIB dan 14.00 WIB. Rasyaf (1992) menyatakan bahwa frekuensi pemberian
pakan dua sampai tiga kali sehari akan menguntungkan secara teknis maupun
ekonomis dalam pengelolaan pakan ayam. Pemberian ransum secara adlibitum supaya
pertumbuhan ayam dapat berjalan cepat (Fadilah, 2004).
Pemberian air minum dilakukan secara
terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami
dehidrasi. Air minum ditambahkan vitamin dan antibiotik untuk menjaga kondisi
tubuh ayam. Hal ini sesuai dengan
pendapat Williamson dan Payne (1993) yang menyatakan bahwa air harus selalu
tersedia dan sangat baik disediakan dari keran otomatis. Dijelaskan lebih
lanjut oleh Rizal (2006) bahwa konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih
banyak dibanding dengan konsumsi makanannya.
Kandungan Nurtien
Ransum
Pakan yang digunakan pada fase starter
adalah S-10 yang diberikan pada umur 1-10 hari dan S-11 yang diberikan pada
umur 1-21 hari, tetapi di peternakan diberikan setelah umur 10- 21 hari yang
diproduksi PT. Charoen Pokphand Indonesia merupakan ransum komplit yang dapat
langsung diberikan pada ayam. Ransum yang digunakan pada fase finisher adalah
S-12 GL yang diproduksi PT. Charoen Pokphand Indonesia. Kandungan nutrisi
ransum tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Ransum Ayam Pedaging di Peternakan
Nutrisi Ransum Ransum* Standar**
Starter Finisher Starter Finisher
EM
ransum(kkal/kg) - 3100-3200 2800-3200 2800-3300
Protein
(%)** 21-23 19-21 18-23 18-22
SK
(%)*** 5 5 5 5
Ca
(%)*** 0,9 0,9 0,9-1 0,9-1
P
(%)*** 0,6 0,6 0,7-1 0,7-1
*Data Magang (2013)
**Rasyaf
(1994)
***Siregar
(1970)
Energi metabolis dari ransum yang
digunakan pada periode starter adalah -kkal/kg dan untuk periode finisher
sebesar 3100-3200 kkal/kg. Energi metabolis pada ransum sudah mencukupi
kebutuhan pada ayam broiler. Standar energi ransum ayam pedaging untuk periode
starter adalah 2800-3200 kkal/kg dan untuk periode akhir atau finisher energi
metabolis sebesar 2800-3300 kkal/kg (Rasyaf, 1994). Kandungan energi metabolis
perlu ditingkatkan bila cuaca lebih dingin dan diturunkan pada cuaca yang lebih
panas. Ayam yang dipelihara pada suhu yang lebih tinggi membutuhkan energi
untuk mempertahankan suhu tubuh lebih sedikit dibandingkan yang dipelihara pada
suhu yang lebih rendah (Amrullah, 2004).
Kandungan protein ayam pedaging periode
starter adalah 21-23 % sedangkan untuk periode finisher adalah 19-21 %. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa standar
protein untuk periode starter adalah 18-23 % dan periode finisher adalah
18-22%. Ayam yang lebih tua membutuhkan protein yang lebih rendah dibandingkan
dengan ayam yang muda. Masa awal ransum harus mengandung protein yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ransum masa pertumbuhan dan masa akhir (Amrullah,
2003).
Kandungan serat kasar ransum pada fase
starter 5 % dan pada fase finisher
sebesar
5%. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1970) yang menyatakan bahwa penggunaan
serat kasar dalam ransum ayam sebesar 5%. Anggorodi (1994)
menyatakan
bahwa kesanggupan ternak dalam mencerna serat kasar tergantung dari jenis alat
pencernaan yang dimiliki oleh ternak tersebut dan tergantung pula dari mikroorganisme
yang terdapat dalam alat pencernaan.
Kandungan kalsium dan fosfor ransum pada
fase starter 0.9 % dan ransum
untuk
fase finisher 0.9 %, sedangkan kandungan fosfor 0,6 %. Nilai tersebut dapat
dinyatakan telah mencukupi kebutuhan Ca untuk fase starter dan finisher, tetapi
untuk P masih kurang. Siregar (1970)
menyatakan bahwa kebutuhan anak ayam (starter) akan Ca adalah 0,9-1,0%
dan ayam sedang tumbuh adalah 0,9-1,0%. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kebutuhan
fosfor untuk ayam pedaging adalah 0,7-1.0. Ransum ternak unggas perlu mengandung
mineral Ca dan P dalam jumlah yang cukup.
IP (Indek Prestasi)
Dari pemeliharaan ayam broiler pada
peternakan setelah panen diperoleh data-data dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 5. Hasil pemeliharaan kandang selatan
1. Populasi
awal 8.000 ekor
2. Populasi
akhir 7750
3. Umur
panen 42 hari
4. Berat
panen total 15580,8 Kg
5. Jumlah
pakan total 26350 Kg
6. Berat
DOC 37 gram/ ekor
7. Ayam
mati / afkir 250 ekor
8. Waktu
panen
-Umur 29 hari panen 300
ekor berat rata-rata 1,0 kg
-Umur 30 hari panen 240
ekor berat rata-rata 1,05 kg
-Umur 34 hari panen
1456 ekor berat rata-rata 1,75 kg
-Umur 35 hari panen 647
ekor berat rata-rata 2,02 kg
-Umur 38 hari panen
1344 ekor berat rata-rata 2,02 kg
-Umur 40 hari panen
2385 ekor berat rata-rata 2,25 kg
-Umur 42 hari panen 1378 ekor berat rata-rata 2,23 kg
Data
harian dipeternakan (2013)
a. Tingkat
kematian (deplesi)
D = Populasi awal – jumlah ayam panen x
100%
Populasi awal
= 8000 – 7750 x 100%
8000
= 250/8000 x100%
= 3,12 % (presentasi deplesi maksimal 5
%)
b.
Berat badan
BB = Bobot timbang
(kg)
Jumlah ayam (ekor)
= 15580,8
7750
= 2,01 kg
c. FCR
Fcr = Jumlah pakn yang dikonsumsi (kg)
Berat
badan yang dihasilkan (kg)
= 26350 kg
15580,8
kg – (0,037 kg x 8000 ekor)
Karena
menghitung berat yang dihasilkan berarti harus dikurangi berat awal (DOC = 37
g).
= 26350 kg
15284,8 kg
= 1,7 kg
d.
Rata- rata umur panen
A/U = É› ( U x P )
Total populasi terpanen
= ( 29 x 300) + (30 x
240) + (34 x 1456) + (35 x 647) +
(38 x
1344) + (40 x 2385) + (42 x 1378)
7750
= 37,7 hari
e.
Indeks Prestasi (IP)
IP = (100 – D) x BB x 100
FCR x ( A/U )
= ( 100% - 3,12%) x 2,01 kg x 100
1,7 kg x 37,7 hari
= 303, 83 ( Standar IP ≥ 300)
(
Peternakan telah berjalan dengan optimal)
Tabel 6. Hasil pemeliharaan kandang utara
1.
Populasi awal 7500 ekor
Populasi awal 7500 ekor
2.
Populasi akhir 7174 ekor
3.
Umur panen 42 hari
4.
Berat panen total 14113,2 kg
5.
Jumlah pakan total 22450 kg
6.
Berat DOC 37 gram/ ekor
7.
Ayam mati/ afkir 326 ekor
8.
Waktu panen
-Umur 30 hari panen 360 ekor
berat rata-rata 1,06 kg
-Umur 34 hari panen 2912 ekor
berat rata-rata 1,9 kg
-Umur 35 hari panen 549 ekor
berat rata-rata 1,83 kg
-Umur 36 hari panen 698 ekor
berat rata-rata 1,85 kg
-Umur 39 hari panen 513 ekor
berat rata-rata 2,14 kg
-Umur 40 hari panen 1763 ekor
berat rata-rata 2,19 kg
-Umur 42 hari panen 382 ekor berat rata-rata 2,21 kg
Data
harian dipeternakan (2013)
a. Tingkat
kematian ( deplesi)
D = Populasi awal – jumlah ayam panen x 100%
Populasi
awal
= 7500 ekor – 7174 ekor x 100%
7500
ekor
= 326 ekor x 100%
7500 ekor
= 4, 34 %
b. Berat
badan
BB = Bobot timbang (kg)
Jumlah
ayam (kg)
= 14113,2 kg
7174
ekor
= 1,96 kg
c.
FCR
Fcr = Jumlah pakan yang dikonsumsi (kg)
Berat
badan yang dihasilkan (kg)
= 22450 kg
14113,2
– (0,037 kg x 7500 ekor)
Karena
menghitung berat yang dihasilkan berarti harus dikurangi berat awal ( DOC 37
g).
= 22450 kg
13835, 7 kg
= 1,6 kg
d. Rata-
rata umur panen
A/U = É› ( U x P )
Total
populasi terpanen
=
(30 x 360) + (34 x 2912) + (35 x 549) + (36 x 698) + (39 x 513)
+ (40 x 1763) + (42 x 382)
7174
= 260722
7174
= 36, 3 hari
e.
Indeks Prestasi
IP = (100 – D) x BB x 100
FCR
x ( A/U )
= (100% - 4,34%) x 1,96 kg x 100
1,6
kg x 36,2 hari
= 322, 81 (Standar IP ≥ 300 )
(Peternakan
telah berjalan dengan optimal)
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasakan hasil magang ternak
unggas di peternakan ayam broiler milik Bapak Ponimen dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ayam
pedaging yang digunakan adalah ayam broiler yang berjumlah 8000 ekor dan 7500
ekor tipe CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm , pakan yang terdiri
dari tiga jenis yaitu S- 10, S- 11 dan S-12 GL produksi PT. Charoen Pokphand
Indonesia, vitamin yang diberikan adalah Perfexsol- L produksi PT. Trouw
Nutrition Indonesia, untuk disinfektan kandang menggunakan Virukill produksi
PT. Novindo Agritech Hutama dan tanpa dilakukan program vaksinasi.
2. Jumlah
kematian atau deplesi untuk kandang sebelah selatan sebanyak 3,12 %, berat
badan mencapai 2,01 kg, fcr sebesar 1,7 kg, rata-rata umur panen adalah 37,7
hari dan indeks prestasi (IP) 303,83.
3. Untuk
jumlah kematian kandang sebelah utara sebanyak 4,34%, berat badan mencapai 1,96
kg, fcr sebesar 1,6 kg, rata-rata umur panen 36,3 hari dan indeks prestasi (IP) adalah 322,8.
4. Secara
umum peternakan ayam broiler berjalan dengan optimal.
Alamsyah,
R. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar Swadaya. Jakarta
.
Amrulah, Ibnu Katsir.
2004. Nutrien Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi.
Bogor
Anggorodi, R. 1985.
Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas
PT. Gramedia. Jakarta
Fadilah, R. 2004. Ayam
Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Harto, W. 1987.
Pedoman Beternak Ayam Broiler. Karnisius. Yogyakarta.
Kartasudjana, R dan
Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya.
Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1987.
Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta
Sudaro, Yani dan Anita
Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX.
Penebar Swadaya. Jakarta
Suprijatna, E.
Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 1992.
Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanisius.
Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1993.
Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Bogor.
Rasyaf, M. 1994.
Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2000.
Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Bogor.
Rasyaf, M. 2008.
Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta
Rizal, Yose. 2006.
Ilmu Nutrien Unggas. Andalas University Press. Padang
Siregar, A.P., dan M.
Sabrani. 1970. Teknik Modern Beternak Ayam. C.V.
Yasaguna.
Jakarta.
Tillman, A. D., S. Reksohadiprodjo.,
S. Prawirokusumo., S. Lebdosoekoso. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah
Mada University Press.Yogyakarta.
Wahju, J. 1992. Ilmu
Nutrien Unggas. Cetakan III. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Williamson, G dan W.
J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Djiwa Darmadja dan Ida Bagus
Djagna)
Lampiran
Kegiatan magang
|
||
1. Penyemprotan kandang. |
2.
Alat Sancin untuk menyedot air.
|
|
|
|
|
3.
Pembersihan dasar kandang dari sisa
kotoran.
|
4.
Kotoran diangkut mengunakan truk.
|
|
|
|
|
5.
Pemberian liter.
|
6.
Pemesangan gascolec.
|
|
Ini lengkap gan, ane titip yak
BalasHapushttp://aminmaulani.blogspot.co.id/2015/05/contoh-proposal-aplikasi-android-dan.html