PENGARUH LEVEL PROTEIN PADA PENGGANTIAN PAKAN
KOMERSIAL BROILER STARTER DENGAN DEDAK JAGUNG TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG
SUPER UMUR 3 – 7 MINGGU
TUGAS AKHIR
Oleh:
GREGORIUS
AGUNG PRADIPTO
NIM
: 091299 / APB
Jurusan
: Produksi Ternak
AKADEMI
PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2013
PENGARUH LEVEL PROTEIN PADA PENGGANTIAN PAKAN KOMERSIAL BROILER
STARTER DENGAN DEDAK JAGUNG TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG SUPER UMUR 3 – 7
MINGGU
TUGAS AKHIR
Diserahkan Guna Melengkapi
Sebagian Ayarat
Yang Diperlukan Untuk
Memperlukan Gelar
Ahli Madya Peternakan
Oleh:
GREGORIUS AGUNG
PRADIPTO
NIM : 091299 /
APB
Jurusan :
Produksi Ternak
AKADEMI
PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2013
PENGESAHAN
PENGARUH LEVEL PROTEIN PADA PENGGANTIAN PAKAN KOMERSIAL BROILER STARTER DENGAN DEDAK JAGUNG TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG SUPER UMUR 3 – 7 MINGGU
Disusun oleh :
GREGORIUS AGUNG PRADIPTO
NIM : 092199 / APB
Telah Diprtahankan Di hadapan Dosen Penguji Pada tanggal
18 Juni 2013
Dan Diterima Guna Memenuhi Sebagian Syarat Yang
Dipertukan Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Peternakan
Memperoleh Gelar Ahli Madya Peternakan
Di
AKADEMI
PERTERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
Tim
Penguji
Penguji
1 : Ir. Dwi Kusmanto, M.P ( )
Penguji
2 : Ir. Wahyu Prihtiyantoro, M.P ( )
Pembimbing : Ir. Harimurti FT, M.P ( )
Mengantuhi
Akademi Peternakan
Brahmaputra Yogyakarta
Direktur
(drh. Khusnan, M.P)
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Balakang
Rasyaf (1992) menyatakan
pertambahan jumlah penduduk di indonesia semakin cepat dengan peningkatan laju
pertumbuhan roda pambangunan yang diikuti dengan peningkatan pendapatan
masyarakat. Kesadaran akan meningkat, maka
meningkat pula kebutuhan protein hewani akibatnya kebutuhan akan daging dan
telur sebagai sumber protein mengalami peningkatan. Untuk mengimbangi adanya
pertambahan penduduk serta menambah permintan akan kebutuhan protein, maka
selah satu upaya yang dianjurkan oleh pemerintah adalah pengembangan ayam
kampung.
Wibowo (1996) menyatakan ayam
kampung memiliki potensi yang lebih besar jika dibanding ayam lainnya karna
ayam kampung dapat beradaptasi secara cepat terhadap lingkungan, juga nilai
gizi dari telur dan daging ayam kampung sangat tinggi. Dengan demikian
kemampuan ayam kampung dalam beradaptasi sangat cepat menjadikan ayam kampung cukup
tahan terhadap penyakit dan perubahan iklim di indonesia.
Aman Yaman (2011) menyatakan bahwa
eksistensi ayam lokal atau populer dengan sebutan ayam kampung ditengah
masyarakat sebagai sumber protein, baik sebagai hasil telur
maupun daging, sampai sekarang belum
mampu digantikan oleh jenis ayam ras. Banyak upaya yang telah dilakukan
masyrakat untuk memperdayakan dan mengembangkan fungsi dan manfaatan ayam
kampung. Disisi lain juga, telah diyakini bahwa potensi ayam ini hanya dapat
ditingkatkan dan dijaga kemurniannya melaui proses pemulihbiakan (breeding) yang tepat dan terarah serta
dilakukan secara berkesinabungan. Upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis
sekaligus daya saing
ayam kampung dapat dilakukan dengan cara mengali potensinya sebagai ayam
pedanging, seperti halnya upaya pengembangan Ayam Lokal Pedaging Unggul (ALPU)
yang dihasil kan dengan pengalian genetik ayam lokal pedaging unggul yang
sering kita sebut juga ayam kampung super.
Anonimus (2012) bahwa ayam kampung
super merupakan hasil persilangan genetik ayam kampung dengan ayam-ayam lain
yang memiliki genetik lebih baik dibandingkan dengan ayam kampung pada umumnya.
Ayam kampung super yang ada dilapangan selama ini diproduksi oleh
breeder-breeder lokal, hasilnya pun bervariasi jika dilihat dari performa
pertumbuhan, daya tahan, tekstur daging dan yang terpenting adalah warna bulu.
Ayam kampung jenis ini kebanyakan saat ini didominanasi warna putih, hanya
beberapa warna hitam dan beberapa warna lain. Ayam kampung super yang disukai
peternak terutama di jawa adalah yang berwarna hitam dengan postur besar dan
gagah.
Pemaliharan ayam kampung super bagi
sebagian besar masyarakat dilakukan secara ekstensif sehingga hasil yang
diperoleh kurang mencakupi kebutuhan konsumen, baik dalan hal kualitas dan kwantitas produksinya dan untuk memperbaiki
dan maningkatkan produksi ayam kampung diperlukan pemeliharan internsif dengan
perbaikan potensi dan juga dikuti dengan perbaikan lingkungan, utama
perkandangan dan pakan yang bargizi.
Rasidi (2000) menyatakan bahwa keberhasilan usaha peternakan unggas
ditentukan oleh faktor produksi dan pemasaran. Faktor produksi ysng perlu diperhatikan
adalah pemberian pakan. Untuk menekan biaya pakan dan meningkatkan efisiensi
produk maka perlu diupayakan pakan yang dapat dibuat sendiri.
Pengunaan dedak jagung sebagai penambahan
pengganti pakan Broiler Starter, karna dedak jagung mempunyai kandungan protein
yang tinggi, kandungan asam lemak linoleat, karotein, xantofilnya tinggi, selain itu dedak jagung lebih ekonomis
karna harganya murah. Dedak jangung mempunyai serat kasar yang sangat tinggi
sehingga dilihat dari bentuk fisiknya agak kasar dan berserat, hal ini yang
membedakan dengan tepung jagung yang kandungan serat kasarnya rendah.
Tujuan dan Manfaat
Untuk
mengembangkan usaha ayam kampung yang masih mengalami kendala, yang antara lain
sistem pemeliharannya masih tradisonal,produktifitas rendah, variasi mutu genetik beragam, tingat
kematian tinggi dan pemberian pakan belum sesuai dengan kebutuhan, baik
kualitas maupun kualitasnya. Dengan hasil penelitian ini sebagai bukti potensi ternak
ayam kampung di indonesia yang harus
terus dikembangkan.
Penggantian
dedak jagung pada pakan komersial broiler starter (BR-1) untuk ayam kampung
dapat diusahakan bisa untuk mengontrol dan mengeatahui efisiensi produksi dan
berat badan ayam, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sebarapa
pengaruh pengantian pakan komersial broiler dangan dedak jagung terhadap
performas ayam kampung super umur 3-7 minggu. Degan performans yang dimaksudkan
adalah pertambahan berat badan, konversi pakan, konsumsi pakan,dan IOFC (Income over feed cost).
Kemudian
dari hasil ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengunaan pakan komersial
BR-1 dengan penambahan dedak jagung sehingga dapat menentukan yang mana yang
baik efisiannya dalam meningkatkan prformans ayam kampong super usia 3-7 minggu. Dan dalam
penelitian ini diharapkan dapat menunjang dari barbagai aspek pengembanga ayam
kampung super.
Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengunaan pakan komersial
Broiler Starter dangan penambahan dengan dedak jagung yang berbeda-beda
kualitas dan biayanya sehingga dapat menentukan persentase mana yang lebih
efisien dalam meningkatkan produksi yang kampung super. Penenelitian ini
berharapkan dapat menunjang pengenbangan ayam kampung super sebagai panghasil
daging.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam
Murtidjo
(1992) menyatakan ayam yang dikenal sekarang merupakan ayam hutan liar yang
telah mangalami selaksi dan selanjutnya dijinakan oleh manusia. Ayam hutan spesies Galus mengalami seleksi ilmiah melalui penyebaran dengan imigrasi separti yang dilakukan
bangsa burung. Antara lain melalui perkawinan antara jenis ayam hutan sehingga
tercipta varietas-verietas yang baru.
Murtidjo
(1992) menyatakan ada empat Gallus
yang dikenal, yakni :
1. Gallus bankiva
atau Gallus ferrygineus, ciri khas
ayam hutan ini berbulu merah dan berjengger tunggal dangan bentuk gerigi. Ukuran badan dan telurnya
lebih kecil jika dibanding ayam hasil perjinakan yang kita kenal sekarang.
2. Gallus sonnerati,
ciri khas ayam hutan ini selain berbulu kelabu, tidak jauh berbeda dengan Gallus bankiva.
3. Gallus lafeyetti,
ciri-ciri ayam hutan ini berbulu jingga dan marah,
jangger warna kuning yang dikelilingi warna merah pada pinggirnya. Warna merah
jingga terdapat pada bulu dada dan sebagian dibawahnya.
4. Gallus varius,
ciri khas ayam hutan ini berbulu hitam agak kehijauan dan berjengger tunggal
dengan bentuk licin.
Ayam Kampung
Boer (1993) menyatakan
ayam lokal indonesia atau ayam kampung tidak jelas asal-usulnya, tetapi diduga merupakan keturuanan ayam hutan merah
dan ayam hutan hijau. Selanjutnya disebutkan bahwa evolusi yang berabad-abad menghasilkan ayam kampung
yang telah beradaptasi dangan iklim dan lingkungan.
Sarwono
(1988) menyatakan bahwa ayam kampung tidak memiliki ciri-ciri khusus dan tidak tergantung tujuan kegiatan
dan arah usaha peternakannya, sering juga disebutan
sebagai ayam buras atau ayam bukan ras untuk membedakan dengan ayam yang
diternakan secara komersial yang khusus menghasilkan daging atau telur di
perusahan peternakan ayam ras.
Anonimus
(1979) mengukakan bahwa pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha
peternakan terutama terhadap tinggi rendahnya produksi. Hal ini dapat di
buktikan pada kelompok ayam yang di berikan pakan baik, produksinya akan lebih
tinggi dibandingkan dangan yang pakannya kurang baik, tetapi bukan berarti
bahwa pakan yang baik itu akan membentuk ayam yang produktifitasnya rendah
menjadi tinggi, melainkan kasalahan dan kekurangan dalam pemberian pakan ini akan mengakibatkan ternak yang produksinya tinggi
akan sanggup berproduksi dengan
kemampuannya dan bahkan mengganggu kesehatannya. Pakan yang sempurna adalah
pakan yang mengandung semua zat yang di perlukan tubuh ternak, disusun dalam
pakan dengan kesimbangan yang tepat untuk kebutukan ternak selama 24 jam.
Ayam secara zoologi termasuk genus Gallus dari famili Phasianidae (Nesheim, 1979). Selanjutnya disebutkan bahwa ayam piaraan
disebut secara sederhana sebagai Galus
domesticus. Nenek moyangnya yang hidup liar mungkin berasal dari asia
tenggara. Empat spesies unggas liar
hidup di hutan masih diketahui terdapat di daerah adalah : Gallus gallus, ayam hutan merah, Gallus lafayetti, ayam hutan sailan, Galus varius, ayam hutan hitam atau ayam hutan hijau, Gallus sonnerati, ayam hutan kelabu,
dari keempat spesies liar tersebut dan merupakan nenek moyang utama dari ayam
piaraan.
Ayam kampung lokal indonesia atau
ayam kampung, tidak jelas asal usulnya, tetapi diduga merupakan keturuanan ayam
hutan merah dan ayam hutan hijau (Boer, 1993). Selanjutnya disebautkan bahwa proses
evolusi yang berabad-abad menghasilkan ayam kampung yang telah beradaptasi dengan keadan iklim dan lingkungan.
Hardjosubroto (1994) membedakan
ayam lokal indonesia menjadi ayam kampung (ayam buras), ayam kedu, ayam pelung,
dan ayam nunukan. Bahwa manyebaut juga bahwa warna bulu ayam kampung sengan
beragam dan bula ayam jantan warnanya bagus, kulit berwarna kuning pucat.
Selanjutnya disebutkan bahwa bentuk jengger pada ayam jantan maupun betina
tidak seragam, jengger warna merah pada betina lebih kecil dibanding jantan,
pial ayam betina lebih kecil berwarna merah, pada yang jantan lebih basar, muka
berwarna merah dan bentuk
tubuhnya segi empat pada yang betina dan lonjong pada yang jantan.
Ayam Kampung Super
Aman Yaman (2011)
istilah ayam lokal pedaging unggul atau ayam kampung super merupakan untuk membedakan
ayam kampung pedaging asli lokal yang diturunkan melelui proses panjang dari
indukan dan pejantan (parent) yang telah mengalami seleksi yang nantinya
memenuhi kriteria sebagai penjantan ayam pedaging yang lebih produktif
dibandingkan ayam lokal asli, dengan cara perkawian IB (inseminasi buatan) ke
dalam alat reproduksi betina indukan yang mencakupi umur betina sehingga telur yang dihasilkan fertil
selama kurun waktu tertentu.
Sularno (2013) berpendapat bahwa
ayam kampung super hasil dari persilangan jenis pejantan ayam kampung bangkok
dengan betina ras petelur dihasilkan dengan cara IB (Inseminasai Buatan)
sehingga menghasilkan telur fertil kemudian ayam kampung super dihasikkan
dengan di inkubator (mesin tetas).
Syunur (2012) berpendapat bahwa Ayam jantan super
, Ayam jenis ini merupakan limbah dari pembibitan ayam ras petelur. Karena
produk utama pembibitan ayam ras petelur adalah DOC betina dengan warna
kemerahan. DOC jantan petelur diangap sebagai limbah yang biasanya dimusnahkan
oleh perusahaan penetasan telur. Dulu belum banyak orang yang mau menernakkan
jantan petelur ini sebagai ayam pedaging. Namun sekarang DOC jantan layer dapat
dimanfaatkan sebagai pedaging dengan bobot 0.8 – 1 kg dengan masa pemeliharan
10 minggu.
Pakan
Kebutuhan
pakan ayam sebaiknya disesuaikan dengan setiap tehapan perkembangan ayam
kampung dan tujuan produksinya, Nawawi (2011) juga berpendapat pakan yang
diberikan kepada ayam jumlahnya berbeda-bada, tergantung pada umur, barat
badan, serta tujuan produksinya. Untuk ayam kampung, karna secara genetik masih
alami, kebutuhan pakannya cukup dikalifikasikan berdasarkamn umur ayam.
Logikanya adalah bertambah umur, terjadi pertambahan berat badan, sekaligus
terjadi kebutuhan zat gizi.
Anonimus
(1979) mengemukakan bahwa pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha
peternakan terutama terhadap tinggi rendahnya produksi. Hal ini bisa dibuktikan
pada kelompok ayam yang diberi
pakan baik, produksinya akan lebih tinggi dari pada yang pakannya kurang baik,
tetapi bukan berarti bahwa pakan yang baik itu akan menbantuk seekor ayam yang
produktivitasnya randah menjadi tinggi, melainkan kesalahan dalam pembarian
pakan ini akan mengakibatkan ternak yang produksinya tinggi tidak sanggup
berproduksi sesuai dangan kemampuan dan bahkan menganggu kesehatannya. Pakan
yang sempurna adalah pakan yang mengandung semua zat yang dibarikan tubuh
ternak, disusun dalam bantuk pakan dengan keseimbangan yang tepat untuk
kebutuhan ternak selama 24 jam. Rasyaf (2002) berpandapat secara garis besar
nuterien yang dibutuhkan ayam terdiri dari protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral dan air.
Murtidjo
(1992) mengukakan bahwa pakan ayam bermacam-macam jenisnya, maka dipilih pakan yang mudah didapatkan
sepanjang masih memenuhi prinsip-prinsip kebutuhan ayam akan zat-zat yang
dibutuhkan, karna fungsi pakan sangat penting, disamping untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang juga membentuk
dan menganti sel-sel yang rusak serta berproduksi dan bertenaga bagi ternak-ternak dewasa. Pakan juga
berfungsi untuk memelihara daya tahan tubauh dan kesehatan.
Pemberian air minum bagi ayam juga merupakan
hal yang penting. Tillman (1986) menyatakan air adalah nuterien yang penting.
Ternak akan lebih menderita dengan kekeurangan air dari pada kekurangan pakan.
Air
merupakan penyusun kira-kira 75% dari jaringan-jaringan yang bebas lemak
didalam tubuh
dan
air merupakan bagian
yang langsung dari semua jaringan lunak dalam tubuh.
Murtidjo
(1992) menyatakan bahwa ayam yang kekurang air biasa mengalami penurunan yang
nyata dalam penurunan efisiensi pengunaan pakan dalam air sangat diperlukan
ayam untuk melelukan pakan dalam proses pencernaan sehingga nutrien-nuterien
mengalir keseluruh tubuh, dan juga menbantu mengeluarkan sisa-sisa makan keluar tubuh.
Nawawi
(2011) menyatakan bahwa syarat-syarat bahan pakan sebaiknya bukan dari bahan
pokok manusia, terjamin pasokannya, banyak terdapat disekitar kita dan baik
kualitasnya.
Energi dan Protein
Wahju
(1985) menyatakan energi adalah “api atau nyata” dari hidup (the flame of life). Dari semua makan
yang dikonsumsi, dipergunakan paling utama untuk menghasilkan energi. Mekanisme
yang terjadi didalam tubuh (inner
machanism) menghasilkan pembantukan energi yang diharapkan.
Nawawi
(2011) berpendapat bahwa energi penting sebagai sumber tenaga bagi ternak, jika
ayam kekurangan energi, zat lain yang terdapat dalam tubuh ayam seperti protein
dan lemak akan diubah menjadi energi.
Iswanto
(2002) mengemukakan bahwa seluruh aktivitas tubuh ayam kampung, baik yang
tempak oleh mata kita maupun aktifitas yang berlangsung didalam tubuh yaitu
menimbulkan energi, bila kebutuhan energi kurang terpenuhi, maka ayam akan
memutamakan energi untuk hidupnya dulu dan hal inilah yang menimbulkan produksi
telur terganggu. Ayam mengunakan lemak dan protein tuhuh untuk membentuk energi,
sehingga secara fisik ayam akan menjadi kurus. Sebaliknya, apabila ayam kelebihan energi makan akan
disimpan dalam bentuk lemak daging dan ditempat-tempatkan cadangan lemak
lainnya sebagai cadangan energi bila suatu saat terjadi kekurangn energi.
Wahju
(1985) menyatakan bahwa energi diukur dengan kalori. Satu gram kalori adalah
panas yang dipergunakan untuk meneikan panas 1 gram air dari 14,5-15,5oC.
Satu kilo kalori (kcal) adalah
pemanas yang diperlukan untuk manaikan panas 1 kilogram air 1oC
(14,5- 15,5oC). Satu megakalori (megcal)
= 1000 kcal.
Wahju
(1985) mengemukakan bahwa ayam muda Leghorn Putih yang diberikan pakan dangan
kadar serat tinggi dan rendah energinya (2350 kcal/kg) dari umur 1 hari sampai
10 minggu, kadar lemak ditubuhnya menjadi berkurang. Pakan dengan kadar energi
yang rendah ini dimaksutkan untuk mengurangi pertumbuhan. Anak-anak ayam ini
tetep mengandung lemak yang tipis pada bagian dinding perutnya.
Tillman
(1986) menyatakan bahwa energi termetabolismekan (ME) dalam makanan adalah
energi total dikurangi energi ekskerta (fases, urine dan matane). Energi untuk
metabolosme adalah untuk kepentingan pemeliharan jaringan-jaringan tubuh dan
berfungsi produksi serta berubah jadi panas.
Rasyaf
(1992) berpendapat bahwa jagung atau Zea
mays mempunyai kandungan protein yang rendah kualitas dan beragam dari 8%
hingga 13%, tetapai kandungan serat kasarnya rendah dan kandungan
metabolismenya tinggi, oleh karna itu jagung merupakan sumber energi yang baik.
Kandungan serat kasarnya rendah memungkinkan jagung digunakan dalam tingkat
yang lebih tinggi.
Rasyaf
(1992) menyatakan bahwa indonesia jagung kuning bisa diberiakan kepada ayam
kampung. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam pembarian langsung digunakan jagung
kuning butiran pecahan untuk anak ayam kampung dan ayam kampung remaja,
sedangkan jagung kuning yang digunakan dalam formula pakan adalah jagung kuning
halus untuk formula pakan ayam kampung digunakan antara 25% hingga 35% dari
total formula pakan.
Wahju
(1985) berpendapat bahwa untuk menyatakan asam amino dapat dinyatakan dengan :
(1) banyaknya gram dari tiap asam amino perekor per hari; (2) banyak gram tiap
asam amino per 1000 kilokalori energi metabolisme; (3) persentase pakan; dan
(4) prentase protein dalam pakan.
Murtidjo (1992) meyebebutkan kebutuhan anak ayam buras
yang berumur 0 – 3 minggu terhadap energi dan protein kasar yang tercantum pada
tabel 1.
Tabel 1. Pedoman kebutuhan energi dan protein ayam
umur 0 – 13 minggu.
Nutrisi Makanan
|
Umur Ayam (Minggu)
|
|
0 – 8
|
8 – 13
|
|
Energi (kcal/kg)
|
2.900
|
2.900
|
Protein kasar (%)
|
18
|
15
|
Murtidjo (1992)
Pakan Sumber Energi
Menurut, Nawawi
(2011) bahwa bahan pekan yang merupakan sumber energi bagi ayam dibutuhkan dalam jumlah banyak,
sekitar 25-60% dari total pakannya. Seperti diketahui, energi penting sumbar
tenega bagi ternak. Jika ayam kekeurangan energi, zat yang laindapat dalam
tubuh ayam separti protein dan lemak skan diubah menjadi energi.
Jagung
Nawawi
(2011), berpandapat bahwa sumbar energi jagung memegang penting dan sebagai
peran utama dalam penyusuanan pakan unggas, baik ayam. Sebanarnya ada tiga jenis
jagung yaitu jagung kuning, jagung
putih, dan jagung merah, namun yang sering di pakai adalah jagung kuning karna
kelebihannya mengandung karoten (provitamin A).
Jagung
atau Zea mays mempunyai kandungan protein yang rendah kualitasnya dan baragam
dari 8% hingga 13%, tetepi kandungan serat kasarnya rendah dan kandungan energi
metabolismenya tinggi, oleh karna itu merupakan sumbar energi yang baik.
Kandungan serat kasarnya rendah memungkinkan jagung digunakan dalam tingkat
yang lebih tinggi (Rasyaf, 1992).
Dedak
Dedak
merupakan bahan dari hasil proses pengelolan gabah menjadi beras. Di indonesia,
ketersediannya berlimpah dan harga nya murah. Kandungan vitamin B1 dan vitamin
E dedak tinggi.kelamahannya adalah kandung EM (Metabolisme Energi) randah
1.640kkal/kg. Selain itu kandungan serat kasarnya sangat tinggi (12%) dan
kandungan proteinnya rendah. Bahkan, dedak kasar yang masih tercampur dengan
kulit padi mengandung serat kasar yang sangat tinggi (25%). Serat kasar tidak
dapat dicerna oleh unggas digunakan maksimal 30%.
Dedak
jagung
Dedak Jagung adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Dedak jagung berasal dari biji jagung yang diproses
sehingga menjadi serbuk dengan butiran agak kasar yang sangat baik untuk hewan
ternak seperti ayam, bebek, dan sapi serta ternak lainya. Dedak Jagung
mengandung energi sebesar 356 kilokalori, protein 9 gram, karbohidrat 64,5
gram, lemak 8,5 gram, kalsium 200 miligram, fosfor 500 miligram, dan zat besi
10 miligram. Selain itu di dalam Dedak Jagung juga terkandung vitamin A
sebanyak 0 IU, vitamin B1 1,2 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil
tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Dedak Jagung,
dengan jumlah yang
dapat dimakan sebanyak 100 %.
Tepung
Ubi Kayu
Tepung
ubi kayu terbuat dari ubi kayau dengan kandungan EM relatif cukup tinggi (2.970
kkal/kg). Tepung tersebut banyak mengandung pati dan dapat berfungsi sebagai
zat perekat (binder) dalam pembuatan
pakan. Kelemahannya adalah proteinnya rendah dan kandungan HCNnya tinggi. Tepung
ubi kayu tidak boleh terlalu banyak dalam pakan dan dan dapat digunakan sebagai
subtitusi sebagian pengunanan jagung.
Pakan Sumber Protein
Umumnya harga
pakan sumbar protein mahal harganya deri pada pakan sumbar energi. Bahan pakan
sumber protein ini barasal dari proterin hewani (dari hewan) atau proten nabati
(dari tumbuhan).
Tepung
Ikan (fish meal)
Tharmrin
Nawawi (2011) mengemukakan bahwa tepung ikan merupakan bahan makanan sumber
protein hewani yang amat baik bagi ayam. Tepung ikan terbuat dari ikan yang
dikeringkan lantas dijadikan tepung, tepung ikan merupakan produk sisa-sisa
olahan industri ikan. Secara umum bahan tersebut memiliki kandungan protein
yang sangat tinggi antara 50 - 70 %. Selain protein , tepung ikan merupakan
sumber kalsium dan fosfor yang baik. Bahan-bahan yang terkandung dalam tepung
ikan amat diperlukan oleh ayam kampung yang sedang tumbuh dan yang sedang
bertelur.umumnya tepung ikan diberikan sedikit saja pada pakan ayam kampung
sekitar 2 – 15% dari total campuran
bahan.
Kandungan
protein tepung ikan tinggi 60 – 70%. Namun, tepung lokal di indonesia umumnya
memiliki kadar protein rendah, sekitar 50 – 55%, karna di buat dari ikan
kecil-kecil yang porsi tulangnya terlalu banyak, Aman Yaman (2011), Beliau juga
berpendapat bahwa tepung ikan kandungan energi metabolisme nya sangat tinggi
2.640 – 3.190 kkal/kg dan tepung ikan mempunyai supplementary effect bersama-sama denagn jagung dan bungkil
kedelai. Tepung
ikan biasanya digunakan 5 – 12%, jika digunakan tidak lebih dari 20%.
Tepung
Daging
Tepung
daging terbuat dasri sisa-sisa hasil pemotongan ternak, kecuali tanduk, bulu, kuku,
feses (kotoran), darah dan isi rumen. Kandungan protein tepung daging sangat
besar 60%. Tepung dagingmerupakan sumber lisin, tetapi agak kurang dalam
metionin, sistin, dan triptofan. Tepung danging dapat digunakan dalam pakan
sekitar 8 – 9 %, dan tergantung pada kualitasnya.
Tepung
Bekicot
Tepung
bekicot dapat digunakan sebagai untuk penganti tepung ikan. Bahan baku pakan
ini dapat dipisahkan dari kulitnya ataupun tanpa dipisah keseluruhannya.
Kandungan protein tepung daging bekicot tinggi, yaitu sebesar 51,2 – 61%. Namaun,
apabila tidak dipisah kandung proteinnya
randah, yaitu sebasar 32,6%. Pengunaan tepung bekicot dalam pekan sebaiknya
tidak lebih dari 5%.
Tepung
Kepala Udang (rese)
Tepung kepela udang dibuat dari udang termasuk
kulitnya. Kandungan protein tepung udang tinggi. Kelemahan tepung udang sangat
mahal karna digunakan untuk konsumsi manusia. Tepung kepala udang dibuat dari
kepala udang termasuk kulitnya. Kandungan proteinnya tinggi 33,21% dan EM juga
tinggi 2.900 kka/kg.
Konsumsi Pakan
Konsumsi
pakan (feed intake) adalah jumlah
pakan yang dimakan oleh ayam atau ternak lain untuk lain untuk fungsi normal
tubuh pada periode tertentu. Ayam mempunyai sifat khusus yaitu menkonsumsi
pakan untuk memenuhi kebutuhan energinya sehingga jumlah pekan yang
dikonsumsinya cenderung berhubungan erat dengan energinya (Tilman, dkk, 1983).
Banyaknya konsumsi pakan ayam terutama dipengarauhi oleh kandungan energi dan
protein dalam pakan, juga dipengarauhi oleh kandungan energi dan protein dalam
pakan, juga dipengarauhi keaktifan tubuhnya sehari-hari, stran, umur dan ukuran
tubuh (Siregar, dkk, 1986). Selain itu juga bahwa pakan dalam bantuk tepung
juga mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsinya kurang sehingga menyebapkan
kekurangan kadar nutrisi. Selain itu pakan dalam bentuk tepung kurang sehingga
meyebabkan kekurangan kadar nutrisi (Murtidjo 1989). Selain itu pakan dalam
bentuk tepung kurang disukai oleh ternak unggas, walau pun pakan sudah diacak
secara sempurna. Dengan demikian kesanggupan optimal ternak unggas dalam
pertumbuhan dan produksi lebih kecil dibanding ternak unggas yang diberi pakan
dalam bentuk butiran pecah atau pun pellet.
Anggorodi
R (1980) jumlah konsumsi pakan cukup banyak, bukanlah merupakan jaminan mutlak
bagi ayam untuk mencapi puncak produksinya. Kualitas bahan pakan yang digunakan
untuk membuat ransum dan keserasian komposisi nilai zat gizi yang terkandung di
dalam ramsum itu, agar sesuai dengan kebutuhan ayam mengkonsumsinya merupakan
hal yang mutlak untuk menentukan tercapainya pucak pertumbuhan ayam.
Konversi Pakan
Konversi pakan
adalah perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan bobot badan pada waktu
yang sama, Siregar, dkk, (1986). Sedangkan menurut Wahyu J (1985) menerangkan
bahwa konversi pakan juga diartikan dalam jumlah kilogram pakan yang
menghasilkan kilogram pakan di pengaruhi oleh jumlah konsumsi dan penembahan
bobot dimana keduanya menentukan tinggi randahnya konversi pakan.
Anggorodi
R (1985)
konversi pakan merupakan indeks yang dapat memperlihatkan sampai sebarapa jauh
efisiensi usaha peternakan ayam dan menentukan besar kecilnya keuntungan yang
diterima peternak. Semakin besar bobot badan ayam dan semakin lama ayam
dipelihara, semakin besar pula jumlah ransum yang dibutuhkan. Daya cerna,
kulitas pakan serta keserasian nilai gizi pakan yaitu atas protein dan atas
energi pakan merupakan faktor yang didapat memepengaruhi besar kecilnya angka
konversi pakan.
Rasyaf
(2003) menyatakan bahwa pertumbuhan ayam yang diusahakan sesuai dengan amabang
atas genetisnya, maka pada segi bisnis berarti waktu penjualan semakain cepat dicapai. Selain itu mencerminkan
efisiensi dalam pengunaan pakan yang baik atau pakan yang dikonsumsi lebih baik
atau pakan yang dikonsumsi lebih sedikit.
Muslim
(1990) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah jenis
ayam, besar, suhu tubuh, fase produksi, sistem perkandangan, tempat pakan,
tingkat penyakit, kondisi air minum, kepadan ayam dalam kandang dan kandungan
dalam pakan.
Rasyar
(1992) mengumukakan bahwa konsumsi pakan merupakan usaha atau tindakan untuk
memesukan makanan memelui paruh ayam
kedalam tubuh ayam tersebut. Ayam atau unggas mengonsumsi pakan untuk
memenuhi kebutuhan energinya sesuai dengan perubahan zat gula didalam darahnya.
Apabila konsentrasi zat gula yang penting untuk energi teleh normal, maka ia
berhenti mengonsumsi pakan dan tidak peduli apakan kebutuhan akan protein dan
asam – asam aminonya sudah terpenuhi atau belum. Konsusmsi pakan tidak hanya
sekedar memindahakan dari luar kedalam tubuh ayam, intinya adalah memindahakan
suatu nutrisi (protein, asam-asam amino, karbohidrat, lemak, vitamain, mineral,
dan air) kedalam tubuh ayam.
Hardjosubrito
(1994) berpendapat bahwa
konversi pakan adalah perbandinagn antara unit pakan yang dibarikan dangan unit
produk yang dihasilkan , sedangkan menurut Sarwono (1994) konversi pakan adalah
jumlah pakan yang habis dikonsumsi ayam dalam jangka waktu tertentu dibanding
dengan berat hidup atau untuk menghasilkan satu kg telur pada ternak ayam itu.
Pertambahan Berat Badan
Rasyaf
(1987) pertambahan berat badan ini sering dijaikan pegangan bagi berproduksi
peternakan maupun para ahli, kemudian pertambahan barat badan yaitu dengan
mengunakan berat badan pada waktu tertentu denagn berst bdadan pada waktu lalu.
Hal ini dapat dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan sehari-hari,
sehinggga untuk mendapatkan pertumbuhan berat badan perlu diartikan dengan konsumsi pakan karena ada
bibit yang menambah berat badan nya cepat tetapi pada pakan yang dihabiskan
juga banyak.
Aman
Yaman (2011) berpendapat bahwa berdasarkan sistem manajemen pemeliharaan dan
sifat tubuhnya ayam kampung super memiliki tahap pertumbuhan yang terdiri dari
fase awal, fase pertumbuhan, dan komersial dengan pertamabahan umur. Barat
badan ayam kampung super
dan ayam kampung umur tetas sampai pada minggu ke 16 yang tercantum dalam tabel
2.
Tabel 2. Perbandingan berat badan ayam
kampung super dan ayam kampung.
Umur (minggu)
|
Barat jantan kampung super
(gram)
|
fase
|
Barat ayam jantan kampung (gram)
|
Tetas
|
39,5
|
Fase Awal
|
31
|
1
|
110
|
87
|
|
2
|
278
|
172
|
|
3
|
417
|
351
|
|
4
|
610
|
Fase Pertumbuhan
|
478
|
5
|
653
|
601
|
|
6
|
780
|
Fase Komersial I
|
667
|
7
|
853
|
789
|
|
8
|
1.100
|
836
|
|
9
|
1.230
|
Fase Komersial II
|
983
|
10
|
1.279
|
1.153
|
|
11
|
1.373
|
1.204
|
|
12
|
1.445
|
1.302
|
|
13
|
1.561
|
Fase Komersial III
|
1.398
|
14
|
1.575
|
1.414
|
|
15
|
1.587
|
1.477
|
|
16
|
1.596
|
1.487
|
Sumber : Aman Yaman (2011)
Aman
Yaman (2011) menyatakan bahwa penyebap lamanya masa pemeliharan ayam kampung
yang dilakuan peternak pada umumnya disebabkan dari fakter genetik yang berupa penggunan bibit
yang kurang baik dan tidak adanya peleksanan program seleksi, sedang kan dari faktor
lingkungan yang berupa penetapan manajeman pemeliharan belum terpadu dan juga
belum sepenuhnya menetapakan teknologi pakan serta lemahnya pengedalian
penyakit. Berikut
merupakan hasil dari analisis antara ayam kampung super dan ayam kampung.
IOFC (Income Over Feed Cost)
IOFC (Income
over feed cost) adalah pendapatan usaha peternakan yang dibandingan dengan
biaya makanan. Pendapatan usaha merupakan pandapatan hasil produksi peternakan
(dalam kilogram hidup), sedangkan harga pakan adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan kilogram ayam hidup tersebut (Rasyaf, 2003).
Menurut
Rasyaf (1990)
bahwa produksi pangan dan pakan tergantung pula pada harga permintan dan penawaran. Tetapi untuk pakan, kandungan nutrisi bahan makanan juga
memegang berperan penting
disamping harga bahan makanan itu. Sehingga, dalam meramu ransum unggas disusun
dengan biaya yang semurah mungkin, tetepi kandungan nutrisi ransum tetap memenuhi kebutuhan
nutrisi unggas tersebut. Karena unggas itu diharapkan mampu mencapai tujuan
usaha yaitu keuntungan yang wajar.
Apabila
dikaitkan dengan pegangan produksi dari
teknis maka dapat diduga bahwa semaikin efisien ayam dalam mengubah makanan
menjadi daging yang artinya
konfersi ransum sangat baik, semaikin baik pula nilai IOFC-nya. Besarnya nilai
ini memegang dapat terjadi tanpa
disadari olah para peternak,
walaupun ia sudah melakuan usaha penghematan kerena sebagai pertumbuhan atau
berat badan memepengaruhi pendapatan tadi dipengaruhi oleh bibit ayamnya
sendiri, kualitas pakan, kuantitas pakan dan cara pemberian pakan.
Aman
Yaman (2011) mengemukakan bahwa asumsi harga jual ayam kampung super dan ayam
kampung dapat dilihat pada Tabal 2. Niali jual komoditas tersebut akan terus
meningkat tajam sejalan meningkatnya pertambahan barat badan.
Tabal 3. Harga jual ayam kampung super dan ayam
kampung.
Umur (minggu)
|
Kisaran Berat
Badan (kg)
|
Harga Jual
(Rp)
|
6
|
0,78 – 0,85
|
25.000 – 27.000
|
7 – 8
|
1 – 1,5
|
28.000 – 30.000
|
9 – 10
|
1,6 – 1,8
|
32.000 – 35.000
|
11 – 12
|
1,9 – 2,1
|
45.000 – 55.000
|
≥ 13
|
≥ 2,2
|
60.000 – 75.000
|
Sumber : Aman Yaman (2011)
BAB III
MATERI DAN METODE
Penelitian
ini dilakukan di Kandang Kampus Akademi Peternakan Brahmaputra Yogyakarta, Jl.
Ki Ageng Pemenahan, Nitikan, Yogyakarta salama tujuh minggu (35 hari). Waktu pemeliharan ayam 0 – 3 minggu
dengan perlakuan yang sama, kemudian 3 –
7 minggu mulai dilakukan
penelitian dengan dua
perlaukan pakan.
Materi
Materi
yang digunakan di penelitian adalah dengan 16 ekor ayam kampung super unsexed
umur tiga minggu.
Kandang
Kandang
yang digunakan merupakan kandang yang terbuat dari bambu dengan ukuran setiap
kandangnya 100cm x 100 cm x 40 cm. Dan setiap kandang disekat menggunakan bambu kemudian jadikan dua ruangan.
Peralatan
Peralatan
kandang terdiri dari tempat pakan dan minum berupa galon dan lampu penerang. Tempat
pakan dan minum berjumlah satu pasang untuk satu ruangan dan diberi penarang
lampu, kemudian penyadian timbangan
digital bermerk netthendelen yang
berkapasitas 5 kg.
Pakan
Pakan
barupa campuran Kandungan dedak jagung (Wahju, 1985) dan pakan komersial broiler starter yang
barupa BR-1 dari comfeed yang di produksi PT.Japfa Comfeed.
Tabel 4. Kandungan
nutrien bahan pakan.
Zat Gizi
|
BR-11)
|
Dedak Jagung 2)
|
Protein
Kasar (%)
|
21
|
10,6
|
ME (kcal/kg)
|
2900
|
2950
|
Lemak (%)
|
4
|
6
|
SK (%)
|
4,5
|
5
|
Ca (%)
|
0,9-1,1
|
0,04
|
P (%)
|
0,7-0,9
|
0,5
|
1)PT.Japfa Comfeed Indonesia
2)Dedak Jagung(Wahju, 1985)
2)Dedak Jagung(Wahju, 1985)
Metode
Metode penelitian yang
dilaksanakan meliputi sebagai berikut :
Pemeliharan
Dalam
pemeliharan yang dilaksanakan mengunakan 16 ekor ayam kampung super umur 3
minggu, yang nantinya akan diberi 2 perlakuan
dengan pakan
Broiler Sterter (BR-1) dengan campuran dedak jagung dan denagn hanya mengunakan
Broiler Sterter (BR-1). kemudian penelitian ini mengunakan sampel perlakauan P1 dan P2.
Ayam
dibagi menjadi dua perlakuan tiap kelompok perlakuan mengunakan 8 ekor ayam
yang mengunakan 4 kali ulangan. Setiap kelompok diberi perlakuan yang berbeda
yaitu perlakuan pakan I (P1) yaitu berupa pakan dengan BR-1 100% dengan
kandungan Protein 21% dan ME 2900 kkal per kg. Perlakuan (P2) berupa 75% BR-1
dengan penambahan 25% dedek jagung dengan kandungan Protein 18,4% dan ME 2912,5
kkal per kg. Enam belas ekor ayam diperlakukan
secara
acak kedalam tiap ulangan yang
terdapat
2 ekor ayam, dengan
pemberian pakan dilakuan pagi dan sore hari. Dan untuk air minum di berikan
secara terus menerus.
Tabel 5. Kandungan nutrien pakan perlakuan.
Zat Gizi
|
P1 1)
|
P2 2)
|
Protein
Kasar (%)
|
21
|
18,4
|
ME
(kcal/kg)
|
2900
|
2912,5
|
Lemak (%)
|
4
|
4,5
|
SK (%)
|
4,5
|
4,62
|
Ca (%)
|
0,9-1,1
|
0,76
|
P (%)
|
0,7-0,9
|
0,73
|
1)
PT. Japfa Comfeed Indonesia
2)
Dedak Jagung (Wahju, 1985) 25% + BR-1
75%
Pengambilan Data
Data
yang diambil dalam penelitian ini yaitu meliputi, FCR, Konsumsi pakan adalah di
hitung setiap seminggu dengan mengurai barat badan pakan yang di berikan dengan
pakan sisa (g/ekor/minggu) selama penelitian, PBB adalah Pertambahan barat
badan (g/ekor) dihitung tiap minggu dengan mengurangi berat badan pada minggu
ini dengan berat minggu sebelumnya, selanjutnya akan diketahui PBB selama
penelitian (g/ekor), IOFC (Income over feed cost) adalah selisih antara harga
pertambahan barat badan (Rp/kg) dengan harga pakan yang dikonsumsi (Rp/Kg) yang
diartikan nantinya akan diperolah hasil untung atau rugi yang didasarkan pada
biaya pakan , Analisa data yang didapat dengan dengan mengunakan statistika T-test (Satrosupadi,1995).
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Konsumsi
Pakan
Bardasarkan
data yang diperoleh selama penelitian, yaitu dengan penimbangan jumlah pakan
yang dilakuanan pada masing – masing perlakuan di awal minggu dikurangi dengan sisi pakan pada akir minggu dan dibagi
jumlah ayam yang ada, maka akan didapatkan rata-rata konsumsi pakan per ekor
per minggu dan ditinjukan pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisa rata-rata konsumsi pakan
selama penelitian (gram/ekor).
Ulangan
|
Perlakuan
|
|
P1
|
P2
|
|
1
|
1466
|
1286
|
2
|
1802
|
1439
|
3
|
1477
|
1604,5
|
4
|
1768
|
1417
|
Total
|
6513
|
5746,5
|
Rata-ratans
|
1628,25
|
1436,62
|
ns : nonsignifikan
Rata-rata konsumsi pakan per ekor per minggu terus bertambah seiring bertambahnya berat badan. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang meyatakan jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh anak ayam, ayam remaja dan ayam dewasa tergantung pada umur
ayam, besar kecilnya tubuh ayam, jenis kelamin dan aktifitas ayam. Keadaan
tersebut tidak sesuai dengan pendapat Wahju (1985) yang menyatakan bahwa
konsumsi makanan akan meningkat
kalau diberi pakan
dengan energi rendah dan akan menurun kalau diberi pakan dengan energi tinggi.
Wahju (1985) menyatakan bahwa
tingkat energi didalam pakan menentuksn banyaknya pakan yang dikonsumsi
pakannya. Selain itu konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas (rasa) dan juga konsentrasi gula darah Rasyaf (1992).
Berdasarkan analisis statistika menujukkan bahwa pengantian dedak jagung terhadap pakan komersial Broiler Starter
menunjukan pengaruh berbedaan
yang
tidak nyata (nonsingnifikan) terhadap konsumsi pakan ayam kampung super. Dari
Tabel diatas diketahui pakan ayam kampung super selama penalitian yang
tertinggi adalah perlakuan 1 (P-1) sebasar 1628,25 gram, sedangakan pakan perlakuan 2
(P-2) konsumsi pakannya terendah sebesar 1436,62 gram, dari hasil tersebuat pakan perlakuan 2 (P-2)
memiliki kandungan energi lebih tinggi dari pakan perlakuan 1 (P-1) sehingga
menyebapkan konsusmsi pakan pada perlakuan 2 (P-2) lebih rendah.
Pertamabahan Berat Badan
Pertumbuhan ayam kampung diamati
dengan melihat berat badan rata-rata per ekor ayam sejak awal sampai akir penelitian, yaitu mulai ayam
berumur tiga minggu sampai umur tujuh minggu. Rata-rata pertambahan berat badan
pada awal minggu dengan berat badan akir minggu selama masa penelitian, seperti
yang tercantum pada tabel 7.
Tabel 7 : Analisa pertambahan berat ayam kampung
super (gram/ekor).
Ulangan
|
Perlakuan
|
|
P1
|
P2
|
|
1
|
808,5
|
756
|
2
|
804
|
855
|
3
|
851
|
872
|
4
|
1040
|
754,5
|
Total
|
3503,5
|
3237,5
|
Rata-ratans
|
875,87
|
809,37
|
ns : nonsingnifikan
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa rata-rata pertambahan berat badan ayam kampung super per ekor per minggu terus bertambah mulai
minggu ke tiga hingga minggu ke tujuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslim
(1990) yang menyatakan bahwa pertambahan berat badan terus bertamabah hingga
umur tujuh minggu, selanjutnya disebutkan bahwa pertamabahan berat badan
merupakan salah satu faktor untuk menghitung kebutuhan
metabolisme dan protein tiap hari untuk dibandingkan dengan konsumsinya.
Berdasarkan analisa statistik juga bahwa P1 dan P2 dalam masing-masing ulangan berbedaan yang tidak nyata (nonsingnifikan)
tertahap pada pertambahan berat ayam kampung super.
Rata-rata
berat ayam kampung super sangat bervariasi.
Anonimus (2004) pengemukakan
bahwa rata-rata berat ayam kampung memeng relatif rendah. untuk pejantan saja
berat tidak terlalu besar, apalagi berat betina yang lebih rendah lagi.
Selanjutnya disebutkan ketidak seragaman berat ayam diakibatkan antara lain
oleh pemberian
pakan ayam yang tidak memadahi
atau kurang merata
dalam pemberiannya, ayam-ayam yang lebih kuat akan makan lebih dahulu dan yang lebih lemah
akan makan sisa atau
setalah ayam yang kuat selesai makan.
Kemudian diketahui pertumbuhan berat
badan ayam selama penelitian yang tertinggi adalah perlakuan 1 (P-1) sebesar
875,87 gram, sedangkan pertambahan berat badan terrendah pada perlakuan 2 (P-2)
sebasar 809,37 gram, dapat kita ketahui bahwa pertamabahan berat badan P2 lebih rendah dari P1 kerna pada tingkat
konsumsi pakan pada P2 juga lebih rendah dari P1, sehingga berpengaruh pada
tingkat pertumbuhan berat badan ayam.
Konversi Pakan
Rata-
rata konversi pakan per ekor per minggu dapat dihitung dari rata-rata konsumsi
pakan setiap minggu dibagi dengan rata-rata pertambahan berat badan ayam kampung super
setiap minggu selama penelitian, dan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 : Analisis
konversi pakan ayam kampung super .
Ulangan
|
Perlakuan
|
|
P1
|
P2
|
|
1
|
1,81
|
1,70
|
2
|
2,24
|
1,68
|
3
|
1,73
|
1,84
|
4
|
1,7
|
1,87
|
Total
|
7,48
|
7,09
|
Rata-ratans
|
1,87
|
1,77
|
ns :
nonsingnifikan
Sarwono
(1994) berpendapat bahwa semakin baik mutu pakannya, semakin kecil pula
konversi pakannya. Mutu pakan ditentukan oleh seimbang tidaknya zat gizi pada pakan itu
dengan yang dipertukan oleh tubuh ayam. Kemudian
disebutkan bahwa faktor
lain yang mempengaruhi konversi pakan adalah tata cara pemberian pakan.
Berdasarkan
data yang tercantum dari Tabel 8, diketahui total konversi pakan untuk
perlakuan 1 (P-1) sebasar 7,48
dan perlakuan pakan 2 (P-2) sebasar 9,09.
Rata-rata konversi pakan selama penelitian dihitung dari total konsumsi selama
penelitian dibagi dengan pertamabahan berat badan selama penelitian dan
didapatkan angka konversi pakan untuk perlakuan pakan 1 (P-1) sebesar 1,87 dan rata-rata perlakuan pakan 2 (P-2)
sebesar 1,77.
Berdasarkan
analisa ststistika menunjukan
pengantian dedek jagung pada pakan Broiler Starter berbedaan yang tidak nyata (nonsingnifikan) terhadap konversi pakan
ayam kampung super. Diketahui
konversi pakan ayam kampung super selama penelitian yang tertinggi pada
perlakuan 1 (P-1) sebasar 1,87 dan konversi pakan terendah pada perlakuan 2
(P-2) sebasar 1,77, hal ini kerena kandungan protein pada pakan P2 lebih rendah
dari pada P1, sehingga menyebapkan konversi pakan P1 lebih tinggi dari P2. Hal
ini menujukan bahwa kandungan protein yang tinggi sekitar 21% kurang ekfektif
untuk konversi pakan ayam kampung super dengan perbandingan protein yang
kandungannya hanya sekitar 18%, Dari hal tersebut bahwa semakin kecil konversi
pakan maka akan semakin baik hasil yang diperoleh.
Rasyaf
(2003) mengemukakan
bahwa pertumbuhan
ayam yang diusahakan sesuai dengan ambang
atas geneitisnya, sedangkan dengan segi bisnis berarti waktu penjualan semakin
cepat dicapai. Selain itu mencerninkan efisensi dalam pengunakan pakan yang
baik atau pekan yang dikonsumsi lebih sedikit.
IOFC (Income Over Feed Cost)
Menurut
Rasyaf (2003) menyatakan bahwa dikaitkan
dengan pengangan produksi dari segi teknis maka dapat diduga bahwa semakin
efisien ayam dalam mengubah makanan
menjadi daging yang artinya konversi ransumnya sangat baik semakin baik juga
pula nilai IOFC-nya
Berdasarkan
hasil penelitian data income over feed cost pada penelitian dengan pertambahan berat badan ayam yang dikalikan
dengan harga ayam per kg, dikurangkan
dengan hasil konsumsi pakan kemudian dilalikan dengan harga pakan per kg terhadap
ayam kampung super pada setiap perlakuan seperti tercantum pada Tabel 9.
Tabel 9 : Analisis IOFC ayam kampung super selama
penelitian (Rp/kg).
Ulangan
|
Perlakuan
|
|
P1
|
P2
|
|
1
|
31473,25
|
32140
|
2
|
26824
|
36528,75
|
3
|
33986,5
|
35647,1
|
4
|
42016
|
30506,5
|
Total
|
134299,75
|
134822,35
|
Rata-ratans
|
33574,94
|
33705,5
|
ns : nonsingnifikan
Berdasarkan analisis statistika
menujukakan bahwa pengantian dedak jagung terhadap pakan komersial Broiler
Starter terhadap ayam kampung super berbeda
yang tidak nyata (nonsingnifikan) pada IOFC-nya. Dengan harga/kg
pada saat penelitian Rp 31.250,00,- sedangkan harga pakan pada saat
penelitian Rp 6.500,00,- per kg pakan Broiler Starter, Rp 4.000,00,- per kg pakan
Dedek jagung.
Pada
Tabel 9 diketahui IOFC ayam kampung super selama penelitian diperoleh biaya
pakan terbesar pada perlakuan 2
(P-2) sebesar Rp 33.705,59,- per ekor, sedangakan sedangkan biaya
terrendah pada perlakuan 1
(P-1) sebesar Rp 33.574,94,- per ekor. Bahwa dapat diketahui
biaya pakan terbesar adalah P-2
maka dapat dikatakan bahwa pada P-2
harga pertambahan berat badan lebih tinggi dari harga pakan sehingga nantinya
dapat diperoleh keuntungan.
Aman
Yaman (2011) berpandapat bahwa pemberian pakan dengan kadar gizi secupnya (low nutrient concentration) bertujuan
untuk menekan pakan sehingga biaya produksi lebih efisien, dan akan
mendapatakan IOCF lebih baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bedasarkan
uraian yang telah dibahas pada bab sebalumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengantian
dedak jagung 25% pada pakan broiler starter (BR-1) terhadap ayam kampung super
umur 3 – 7 minggu tidak
berpengaruh nyata (Nonsingnifikan). Pada konsumsi pakan ayam kamapung super tertinggi adalah perlakuan P-1 1628,25
gram dan P-2 sebesar 1436,62 gram.
2. Dari
pengantian dedak jagung terhadap
pakan komersial broiler starter (BR-1) tidak berpengaruh nyata (Nonsingnifikan). Pada pertambanhan berat badan ayam
kampung super rata-rata
tertinggi pada perlakian P-1 sebasar 875,87 gram sedangkan perlakuan P-2
sebesar 809,37 gram.
3. Dari hasil terhadap pengaruh pengantian dedek jagung
terhadap pakan komersial broiler starter (BR-1) pada konversi pakan ayam
kampung super tidak berpengaruh nyata (Nonsingnifikan). Kemudian dari hasil
konversi pakan tersebut yang tertinggi adalah P-1 sebesar 1,87 dan P-2 sebesar
1,77.
4. Selama
penelitian pengantian dedak jagung terhadap pengaruh income over feed cost
(IOFC), pada ayam kampung super tidak berpengaruh nyata (Nonsingnifikan) yang artinya konversi
ransumnya baik dan bisa dapat memperoleh
keuntungan. Dari hasil tersebut
diperoleh biaya pakan terbesar adalah P-2 sebesar Rp 33.705,59,- sedangakan P-1
sebesar Rp 33.574,94,-.
Jadi,
pengaruh level protein ayam kampung terhadap pengantian dedak jagung pada pakan
komersiasl broiler starter untuk ayam kampung super bila diberikan pada umur 3
– 7 minggu ternyata efisien.
Saran
Pengantian
dedak jagung terhadap pakan komersial broiler starter (BR-1) dapat digunakan
pakan penganti untuk menunjang pertumbuhan yang baik pada ayam kampung super
dalam tingkat pengunannya 25% dalam pakan. Dan perlu diperhatian juga bahwa
pada biaya yang dikeluarkan pakan berupa dedak jagung di pasar yang harganya
relatif lebih terjangkau.
Dalam
usaha pemeliharan ayam kampung super yang perlu diperhatikan adalah manajemen usaha secara teratur, sehingga
dalam usaha peternakan usaha peternakan ayam kampung super diharapkan adanya
peningkatan produksi ayam kampaung super dan juga dapat memberikan penghasilan
tambahan bagi peternak.
DAFTAR PUSTAKA
Aman Yaman, M. 2011. Ayam Kampung
Unggul. Penebar Swadaya,
Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makan Ternak
Umum. Gramedia. Jakarta.
Anggorodi, R. 1985.
Ilmu Makan Ternak Unggas. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Anonimus. 2012.
http://www.panduan berternak.com/docayamkampung.
Boer, M. 1993 . Berternak
Ayam Kampung. Tarsito, Bandung.
Iswanto, H. 2002. Mengenal
Lebih Dekat Ayam Kampung Pedanging. Argo Media
Pustaka, Jakarta.
Murtidjo, B. A.
1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas.
Kanisius. Yogyakarta.
Murtidjo, B. A.
1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius,
Yogyakarta.
Muslim, D. A. 1990.
Memelihara Ayam Kampung Sistem Battery. Kanisius,Yogyakarta.
Rasidi. 2000. Pakan Lokal Alternatif Untuk Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 1990. Bahan Makanan Unggas Indonesia.
Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1992. Seputar
makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 2003. Berternak Ayam Pedaging. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B 1988. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sarwono, B 1994. Berternak
Ayam Buras. Swadaya, Jakarta.
Sastrosupardi, A.
1995. Rencana Percobaan Untuk Bidang
Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Siregar A.P, M. Sabarani, M. Dan Pramu S. 1986. Teknik Berternak Ayam Pedaging Di Indonesia. Jakarta.
Sularno, 2013. Praktikum
Ternak Unggas Komparatif . APB University. Yogyakarta.
Thamrin Nawawi, Ir. 2011. Pakan Ayam
Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tillam, A. D, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S.
Prawirokusumo dan S. Lebdosukojo.
1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wahju,
J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Wibowo, S. 1996. Pentunjuk Berternak Ayam Buras. Gita
Media Press, Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data
analisis statistika konsumsi pakan ayam kampung super selama penelitian (gram/ekor).
Ulangan
|
|||
Perlakuan
|
P1
|
P2
|
|A-B
= d|
|
1
|
1466
|
1286
|
180
|
2
|
1802
|
1439
|
363
|
3
|
1477
|
1604,5
|
-127,5
|
4
|
1768
|
1417
|
351
|
Total
|
6513
|
5746,5
|
706,5
|
Rata-ratans
|
1628,25
|
1436,62
|
191,62
|
Kesimpulan : karna didapat T hitung
lebih kecil dari T tabel 0,05 = 2,132, maka pengaruh
pengantian dedak jagung pada pakan komersial Broiler Starter terhadap konsumsi pakan
menunjukan perbedan yang tidak nyata
(Nonsingnifikan).
Lampiran 2 : Analisa statistika pertumbuhan berat bedan ayam kampung super selama penelitian (gram/ekor)
Ulangan
|
|||
Perlakuan
|
P1
|
P2
|
|A-B
= d|
|
1
|
808,5
|
756
|
52,5
|
2
|
804
|
855
|
-51
|
3
|
851
|
872
|
-21
|
4
|
1040
|
754,5
|
285,5
|
Total
|
3503,5
|
3237,5
|
266
|
Rata-ratans
|
875,87
|
809,37
|
66,5
|
Kesimpulan : karna
T hitung lebih kecil dari T tebel 0,05 = 2,132, maka pengaruh pengantian dedak
jagung pada pakan broiler terhadap
pertumbuhan barat badan menujukan perbedaan yang tidak nyata (nonsingnifikan)
Lampiran 3 : Analisis data konversi
pakan ayam kampung super selama penelitian.
Ulangan
|
|||
Perlakuan
|
P1
|
P2
|
|A-B
= d|
|
1
|
1,81
|
1,70
|
0,11
|
2
|
2,24
|
1,68
|
0,56
|
3
|
1,73
|
1,84
|
-0,11
|
4
|
1,7
|
1,87
|
-0,17
|
Total
|
7,48
|
7,09
|
0,39
|
Rata-ratans
|
1,87
|
1,77
|
0,097
|
Kesimpulan: karna didapat T hitung
lebih besar dari T tabel 0,05 = 2,132 maka mempengaruhi
pengantian dedak jagung pada pakan komersial broiler
starter terhadap konversi pakan (FCR) bahwa menunjukan perbedan tidak nyata (Nonsingnifikan).
Lampiran 4 : Data analisa
statistika IOFC pakan ayam kampung super selama penelitian (Rp/kg).
Ulangan
|
|||
Perlakuan
|
P1
|
P2
|
|A-B
= d|
|
1
|
31473,25
|
32140
|
-666,75
|
2
|
26824
|
36528,75
|
-9704,75
|
3
|
33986,5
|
3547,1
|
-1660,6
|
4
|
42016
|
30506,5
|
11509,5
|
Total
|
134299,75
|
134822,35
|
-522,6
|
Rata-ratans
|
33574,94
|
33705,59
|
-130,65
|
Kesimpulan: didapat T hitung lebih
kecil dari T tabel 0,05 = 2,132, maka pengaruh
pengantian dedak jagung terhadap pakan broiler starter untuk incomeover feed cost (IOFC)
pakan menunjukan perbedaan yang
tidak nyata (Nonsingnifikan).
good mas,. :)
BalasHapustnkzx...
Hapus
BalasHapusPUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
menyediakan METHYLEN BLUE untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
Sugarboo Extra Long Digital Titanium Styler - TITNCY
BalasHapusDescription. mens titanium wedding bands a sugarboo extra ecosport titanium long digital titanium babyliss pro titanium styler from titanium granite countertops TITNCY. Material: Stainless Steel Weight: 2.13 pounds; Brand: TIPINGO TECHNICALS, LLC. infiniti pro rainbow titanium flat iron