LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU
MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA
(KUDA)
Disusun
oleh :
Gregorius Agung
Pradipto 092199
Agung
Setyo Nugroho 102207
Soekarno
Putro Yuwono 102218
AKADEMI PETERNAKAN
BRAHMAPUTRRA
YOGYAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga penulis bisa
menyelesaikan laporan praktikum “ILMU MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA”
Dalam penyusunan laporan ini penulis telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia
biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik
penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan laporan ini meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerja sama
antara pembimbing dan penulis serta
beberapa kerabat yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis
demi tersusunnya praktikum ini. Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih
kepada pihak diatas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
arahan dan saran demi kelancaran penyusunan laporan praktikum ini. Demikian
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar pustaka
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
Bab II Tinjauan pustaka
2.1
Kuda
2.2
Perkandangan kuda
2.3
Pakan
2.4
Penyakit pada kuda
2.5
Reproduksi kuda
2.6
Perawatan kuda bunting
2.7
Pakan kuda bunting
Bab III Materi dan Metode
3.1
Materi
3.2
Metode
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1
Pakan kuda pacu
4.2
Pakan kuda potong
Bab V Kesimpulan
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kuda (Equus
caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari
sepuluh spesies
modern mamalia
dari genus
Equus. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun
4500
SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk
keperluan manusia baru ditemukan terjadi sejak 2000 SM.
Namun ini tetaplah sebuah bukti bahwa kuda telah dikenal begitu lama oleh
peradaban manusia.
Kuda sebenarnya hewan
liar yang telah didomestikasi, telah dikelola oleh manusia dan masih satu ras
dengan keledai dan zebra. Sebagian kuda masih ada yang tetap instinctive, yaitu
masih mampu bertahan untuk tetap hidup tanpa campur tangan manusia. Pada zaman
purbakala kuda diburu dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Namun semakin berkembangnya
pola pikir manusia, dengan dirasakannya bahwa kuda dapat membantu pekerjaan
manusia, beberapa kuda dijadikan sebagai sahabat, yaitu alat transportasi.
Secara tidak sadar, manusia telah mendomestikasi kuda. Seiring pula dengan
kemajuan zaman, manusia melakukan penelitian dan identifikasi untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari kuda-kuda. Akhirnya, sekarang teridentifikasi
begitu banyak bangsa kuda yang terdapat di seluruh dunia yang saat ini justru
masih banyak yang belum mengenal banyaknya keragaman bangsa kuda tersebut.
Walaupun demikian, hingga sekarang ini kuda masih dijadikan sahabat manusia
dalam banyak bidang.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum ini antara lain, praktikan dapat mengetahui secara langsung mengenai hal-hal
yang terkait dengan manajemen pemeliharaan dan perawatan kuda, kandang, pakan,
dan kesehatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kuda
Kuda
digolongkan kedalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mamalia
(menyusui anaknya), ordo Perssodactyla, famili Equidae, dan spesies Equus
Cabalus (Blakely dan Blade). Kuda berasal dari spesies Equus caballus
yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda yang liar, kini kuda sudah menjadi
hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan penting bagi
kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan
tahun. Kuda dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula
digunakan untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda, atau bajak. Pada
beberapa daerah, kuda digunakan sebagai sumber pangan. Walaupun peternakan kuda
diperkirakan telah dimulai sejaktahun 4.500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda
untuk manusia baru ditemukan sejak 2.000 SM (Wikipedia, 2012).
Ternak kuda selain dapat
digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging kuda dan air susu), kuda juga dapat
dimanfaatkan untuk berperang, untuk olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian
secara luas dan untuk alat pengangkutan. Kepemilikan ternak kuda juga dapat
memberikan status sosial yang lebih tinggi pada npemiliknyab (Parakkasi, 1986).
Populasi
kuda di seluruh dunia mencapai kira-kira 62 juta ekor, yang terdiri dari 500
bangsa, tipe dan varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai hewan yang
berkaitan dengan lokasi geografis tempatnya dikembangbiakkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia secara khusus (Bowling dan Ruvinsky, 2004).
Domestikasi kuda
terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Kuda pertama kali digunakan sebagai
sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda
tersebut digunakan untuk alat transportasi cepat untuk mengangkut orang dan
memindahkan muatan yang berat. Kuda juga menjadi ternak penting dalam bidang
pertanian, pertambangan, dan kehutanan (Bogart dan Taylor, 1983).
Kuda
dapat diklasifikasikan menjadi tipe ringan, tipe berat maupun kuda poni sesuai
ukuran, bentuk tubuh, dan kegunaan. Kuda tipe ringan mempunyai tinggi 1,45-1,7
m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering digunakan sebagai kuda
tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif
dan lebih cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi
1,45-1,75 m saat berdiri, dengan bobot badan lebih dari 700 kg dan biasa
digunakan untuk pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1,45 m jika
berdiri dan bobot badan 250-450 kg, berbeda kuda berukuran kecil biasanya juga
terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Ensminger, 1962).
2.2 Perkandangan kuda
Membangun kandang di daerah tropis,
diusahakan agar ada ventilasi sehingga pertukaran udara bisa berjalan lancar
dan tidak menimbulkan hawa panas didalamnya. Air hujan jangan sampai masuk ke
dalam kandang. Untuk kuda yang akan beranak, dipergunakan kandang yang agak
tertutup (Jacoeb, 1994).
Atap
pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat
menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Ketersediaan udara yang baik sangat
dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit
pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyaman kuda
serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah
berbentuk puncak pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penangan masalah
kuda. Jendela pada kuda juga harus berada pada posisi sejajar dengan kepala
kuda (McBane, 1991).
McBane
(1991) menyatakan bagian kandang harus tersedia air bersih. Air minum harus
diperhatikan bagi kuda betina yang sedang menyusui, karena jika kuda betina
tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk akan
berkurang pula. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik
dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas, dan lain sebagainya.
Kuda
betina dan anaknya yang ditempatkan dalam satu kandang harus memiliki ukuran
kandang lebar agar anak kuda dapat bergerak bebas, sedangkan kandang pejantan
harus lebih kuat daripada kandang betina atau kandang anak. Letak kandang
jantan lebih jauh dari kandang betina agar kuda betina tidak terganggu terutama
saat merawat anaknya (Jacoebs,1994).
Alas
kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan
serbuk gergaji atau jerami. Alas yang lunak bertujuan agar melindungi kuda
ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyaman kuda serta
melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu (McBane,1994).
Peternakan
kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat
penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga
memudahkan dalam pengawasan kuda (McBane,1994).
2.3 Pakan
Ketersediaan
pakan yang baik akan menunjangkelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda sehingga
pakan merupakan faktor penting dalam peternakan kuda. Pakan utama kuda adalah
rumput dengan berbagai jenis rumput seperti Panicum
maticum dan Brachiaria mutica. Pakan rumput hanya cukup untuk digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi
untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan
konsentrat merupakan pakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat
diberikan antara lain konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung,
produk tepung, sorgum, berbagai produk padi dan produk non sereal yang terdiri
dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan
kacang (McBane,1994).
Pakan
kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda tersebut. Umur
kuda dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu 1-6 bulan, 6-12 bulan, 12-24
bulan, dan diatas 24 bulan. Kuda yang berumur 1-6 bulan tidak disediakan pakan
khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya. Induk kuda yang sedang
menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup banyak baik untuk induk kuda
maupun anaknya. Induk menyusui dan induk bunting memerlukan pakan tiga kali
lipat terutama untuk vitamin dan mineral, kacang-kacangan dan bungkil yang
dapat membantu pembentukan air air susu dalam jumlah yang cukup. Pengaturan
pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari yaitu pagi, siang, sore hari
tergantung dari kuda dan fungsi kuda tersebut (Jacoebs, 1994).
2.4
Penyakit pada kuda
Beternak kuda seperti layaknya
beternak sapi atau kambing maupun ayam, setiap saat penyakit bisa menjadi
ancaman yang membahayakan bahkan mematikan. Beberapa penyakit yang perlu
diwaspadai adalah perut kembung, mencret, flu atau pilek, bahkan luka-luka
sekalipun.
Salah
satu yang biasa terjadi adalah perut kembung. Gejalanya, jika kuda mengalami
perut kembung, maka ia suka berguling-guling di tanah seperti perut melilit.
Hal ini disebabkan oleh pemberian pakan berupa hijauan yang masih segar, karena
hijauan segar masih banyak kandungan gas sebagai pemicu perut kembung. Atau
bisa juga disebabkan oleh penyebab lain, seperti memandikan ternak sehabis
pulang kerja. Hal ini akan mengakibatkan ternak mengalami masuk angin.
Jika
kuda menderita penyakit perut kembung atau kholik, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan. Di antaranya mengajak kuda jalan- jalan, kemudian lama kelamaan
diajak lari lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan kotoran.
Makanan yang diberikan berupa pakan hijau sebaiknya yang sudah dilayukan sebelumnya.
Minumannya berupa parutan buah papaya yang dikombinasikan dengan garam dan
minyak goreng secukupnya.
Cara lain bisa juga memberikan soda yang ditambah dengan garam
Cara lain bisa juga memberikan soda yang ditambah dengan garam
Penyakit
lain yang sering dialami kuda adalah flu atau pilek. Gejala yang timbul akibat
penyakit ini adalah hidung berlendir, sehingga nafas tidak teratur. Jika ternak
kuda Anda menderita flu atau pilek, ajaklah kuda jalan-jalan, kemudian lama
kelamaan diajak berlari lari. Langkah selanjutnya adalah memandikan kuda hanya
sebatas kepala dan kakinya saja, dan memberikan pakan dalam kondisi kering.
Kuda
pun bisa menderita mencret. Gejala yang timbul akibat penyakit ini adalah
mencret atau diare yang berlebihan, sehingga menyebabkan ternak menjadi lemas,
tidak nafsu makan. Jika ternak kuda menderita mencret, hal yang sama juga harus
dilakukan, yaitu mengajak kuda jalan-jalan, hingga berlari-lari sampai kuda
terkencing-kencing atau mengeluarkan kotoran.
2.5 Reproduksi kuda
Kuda betina dara mencapai pubertas pada umur 12-15 bulan,
dan jantan 15 bulan tetepi hendaknya tidak dikawinkan terlebih dahulu hingga
mencapai umur 2 tahun. Lebih baik lagi bila betina dikawikan pada usia 3 tahun
dan jantan 3 juga, jika dikawinkan diusia muda biasanya tingkat kebuntingan
rendah . jumlah anak yang dihasikkan dari kuda yang dikawinkan pada umur lebih
dari 3 tahun mencapai 10-12 ekor karna kuda betina masih dapat beranak meskipun
telah mencapai umur 20 tahun, bakan lebih. Sadangkan masa sapi anak kuda
sekitar 6-8 bulan dan muali dilatih pacuan mulai umur 2,5 tahun. Sedangkan
perkawian kuda dilakukan 1-2 kali hingga bunting dan kawin lagi setelah
melahirkan setelah 30 hari.
2.6 Perawatan Kuda bunting
Pendeteksian Kuda
Bunting Bagi pemula kadang tidak tahu sama sekali kalau kuda dalam kondisi
sedang bunting muda. Bahkan karena ketidak tahuannya tersebut sering kita lihat
kuda bunting dilarikan dalam pacuan. Untuk itu cara-cara sederhana untuk
mendeteksi kuda bunting harus dipahami oleh setiap pemilik kuda maupun pelatih
dan perawat kuda. Cara sederhana yaitu dengan mendeteksi apakah kuda betina itu
mengalami “beger” pada siklus waktu yang sudah diprediksi sebelumnya Pengamatan
kuda betina bunting juga dilakukan lewat pengamatan fisik si kuda betina
tersebut. Seekor kuda betina yang bunting muda (sebelum 5 bulan) akan sulit
dibedakan apakah kuda itu memang sedang bunting atau “gemuk”. Kuda betina
bunting muda sebenarnya bisa dilihat dari perubahan bentuk tubuh dibagian
perut, juga warna bulunya yang cenderung lebih “mengkilat”. Juga nafsu makan
yang lebih besar dibandingkan dengan saat sebelum bunting.
Dia juga sangat tidak
senang didekati oleh kuda jantan. Biasanya akan “menjerit” dan “menggigit” kuda
jantan yang mendekati. Perbedaan kuda bunting dan gemuk terdapat pada sisi
bawah perut. Kuda bunting bagian bawah perutnya akan membesar. Sedangkan kuda
gemuk cenderung pembesaran perut kearah samping. Juga kadang terjadi pembesaran
pada punting susu bila kuda sedang hamil. Perawatan kuda bunting perlu gerak dan jalan
yang cukup untuk memelihara otot dan stamina tubuhnya. Oleh karena itu perlu
dibebaskan bergerak di “lahan pelepasan” yang cukup. Bila pad dock pelepasan
tidak ada, maka kuda dibawa berjalan-jalan atau “stap” dengan jarak yang cukup
setiap pagi dan sore. Perawatan kebersihan kuda juga perlu dilakukan, terutama
sekitar puting susu.
2.7 Pakan kuda bunting
Makanan kuda diberikan
sesuai usia, keadaan dan kegunaannya. Usia kuda dapat dibagi dalam beberapa
tahap, usia 1-6 bulan, 6-12 bulan, 12-24 bulan, 24 bulan keatas. Untuk kuda
berumur 1-6 bulan tidak disediakan makanan khusus, karena masih ikut dengan
induknya yaitu menetek atau ikut makan makanan induknya.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah
makanan induknya. Induk kuda yang menyusui makan untuk 2 ekor (dia sendiri dan
anaknya). Jika induk itu sudah bunting lagi maka dia makan untuk 3 ekor. Dalam
hal ini maka pemberian makanan harus tiga kali lipat,khususnya pemberian
multivitamin dan mineral. Kekurangan multivitamin dan mineral mengakibatkan
pertumbuhan anaknya di luar dan di dalam kandungan kurang sempurna di samping
induknya juga akan menjadi lemah. Pemberian kacang-kacangan dan bungkil
membantu pembentukan air susu dalam jumlah cukup. Pengaturan makanan di berikan
pagi, siang dan sore.
Umur 6 bulan anak kuda
sudah dipisahkan dari induknya. Karena dia sudah terbiasa makan dengan
induknya. Maka tidak banyak terjadi perubahan pada dirinya. Untuk beberapa hari
dia akan kehilangan induknya, kemudian dia akan terbiasa karena akan berkumpul
dengan anak kuda lainnya yang sebaya. Pengaturan makanan diberikan pagi dan
sore, karena dia akan diumbar sepanjang hari dari pagi sampai sore. Keadan ini
berlangsung sampai anak kuda berumur 24 bulan (2 tahun). Pada umur 24 bulan (2
tahun) ke atas anak kuda sudah di anggap dewasa, mulai dia dengan kehidupan
baru sesuai keturunannya, jika dia kuda pacu maka dia mulai dilatih secara
bertahap dan pemberian makanan pun disesuaikan.
BAB
III
MATERI
DAN METODE
Adapun
praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 Juni 2012 pukul 08.00- 10.30
WIB, peternakan kuda yang beralamatka di desa Segarayoso, Pleret, Bantul,
Yogyakarta
3.1Materi
Adapun alat alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah kuda dengan berbagai jenis diantaranya
kuda sumbawa, kuda jawa, kuda poni, alat tulis untuk mencatat hasil kunjungan,
meteran untuk mengukur ukuran kandang kuda, mesin cover untuk memotong rendeng,
ember, timbangan berat, sedangakan bahan yang digunakan bekatul, weight brain,
rendeng.
3.2
Metode
Adapun
data yang diambil dalam praktikum ini adalah data diambil dengan survei atau
wawacara langsung dengan pemilik peternakan yang diselingi dengan tanya jawab
seputar manajemen beternak kuda.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Pakan kuda pacu
Biasanya pemeliharaan kuda pacu oleh
masyarakat tradisional hanya diberi hijauan pakan ternak saja tanpa diimbangi
nutrisi – nutrisi yang sebenarnya sangat penting untuk kuda itu sendiri. Namun
seiring dengan perkembangan teknologi pakan atau ransum kuda ini sudah
disempurnakan dalam bentuk tidak hanya hijauan ternak saja namun sudah
dihasilkan pakan berupa dedak padi, dedak jagung, bungkil kelapa, bungkil
kacang tanah, dan onggok. “Dedak padi merupakan hasil sisa dari penumbukan
atau penggilingan gabah padi. Dedak terdiri atas 3 bagian.”
(manglayang.blogsome.com, 2006). “Dedak jagung merupakan hasil sisa ikutan dari
penggilingan jagung yang banyak terdapat di daerah-daerah yang makanan pokok
dari penduduknya adalah jagung. Dedak jagung sangat baik diberikan pada ternak
hanya cara penyimpanannya yang agak sukar karena bersifat higroskopis sehingga
mudah menjadi lembab sehingga cepat rusak. Analisa nutrisi: 9.9% air, 9.8%
protein, 61.8% bahan ekstrak tanpa N, 9.8 serat kasar, 6.4% lemak dan 2.3% abu
serta nilai Martabat Pati (MP) adalah 68.” (manglayang.blogsome.com, 2006).
Bungkil
kelapa adalah sisa dari pembuatan dan ekstraksi minyak kelapa dari daging
kelapa yang sudah dikeringkan. “Pemberiannya tergantung pada berat badannya
yaitu antara 1.5 - 2.5 kg/ekor/hari. Sedangkan untuk babi antara 0.75 -
1.5kg/ekor/hari. Baik pula diberikan pada ayam dengan pemberian sampai +/- 25%.
Untuk kuda juga dapat diberikan hanya dalam jumlah sedikit dan dicampur dengan
gabah atau dedak, sebab apabila terlalu banyak dapat menyebabkan diare. Analisa
nutrisi: 11.6% air, 18.7% protein, 45.5% bahan ekstrak tanpa N, 8.8% serat
kasar, 9.6% lemak dan 5.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) 81.”
(manglayang.blogsome.com, 2006).
Bungkil kacang tanah mempunyai kadar protein
yang paling tinggi diantara bungkil-bungkil yang lain. “Analisa nutrisi: 6.6%
air, 42.7% protein, 27% bahan ekstrak tanpa N, 8.9% serat kasar, 8.5% lemak
dan 6.3% abu serta nilai MP adalah 80.” (manglayang, 2006).
Onggok merupakan hasil
sisa dari pembuatan tepung kanji. Ampas ketela pohon ini berguna sebagai sumber
karbohidrat. “Analisa nutrisi: 18.3% air, 0.8% protein, 78% bahan ekstrak tanpa
N, 2.2% serat kasar, 0.2% lemak dan 2.5% abu serta nilai MP adalah 76.”
(manglayang.blogsome.com, 2006). Jika ransum, nutrisi, dan konsentrat terpenuhi
secara seimbang, maka kualitas kuda pacu ini akan tinggi dan siap untuk bertanding.
4.2
Pakan kuda potong
Pakan yang
diberikan kepada kuda umumnya dibagi
kedalam dua golongan besar, yaitu rerumputan (hijauan) dan makanan penguat
(konsentrat) non hijauan. Konsentrat ini bukan merupakan konsentrat dalam arti
yang sebenarnya, seperti dalam PERRY et al. (2003). Bahan pakan non rerumputan
ini adalah dedak halus dan onggok, yang diberikan masing-masing sebanyak 6 kg per
hari. Jumlah yang diberikan ini tidak berdasarkan pada kebutuhan hidup, tetapi
lebih kepada kebiasaan yang diperoleh secaara turun-temurun. Pemberian rumput
berkisar antara 20 – 25 kg per ekor per hari. Pemberian dedak halus dan onggok
disertai dengan penambahan dedak kasar (kulit luar padi). Rata-rata
pemberiannya sebanyak 500 g per ekor per hari, dan campuran ini biasa di masyarakat
disebut dengan nama lolohan.
Pemberian pakan
tambahan berupa mineral masih sangat jarang, kalaupun ada pemberiannya
tergantung kondisi keuangan dari para peternak. Hal yang menarik dalam pemberian
pakan tambahan berupa suplemen penambah tenaga, seperti minuman penambah stamina
untuk manusia dan telur. Waktu pemberian biasanya dilakukan dua minggu sekali
dengan jumlah telur yang bervariasi. Jumlah yang diberikan menjadi lebih banyak
apabila kuda akan dilombakan untuk kegiatan pacuan. Obat-obatan yang diberikan
biasanya berupa jamu-jamu tradisional yang dijual bebas dipasaran untuk ternak
kuda.
Para peternak
kuda dalam memperoleh rumput ada dua cara, yaitu dengan cara menyabit sendiri
dan dengan cara membeli dari para penjual rumput. Harga satu kilogram rumput bervariasi
tergantung pada musim. Pada saat musim penghujan harga rumput Rp. 100/kg, dan
pada musim kemarau harganya mencapai Rp. 250/kg. Bahan pakan lain seperti dedak
halus dan onggok telah dikirim langsung para penjual kepada peternak setiap
hari sesuai dengan banyaknya ternak kuda. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk
pakan dalam sehari antara Rp. 7500 – Rp. 12500.
BAB
V
KESIMPULAN
Sistem pemeliharaan dan pemberian pakan ternak kuda yang dilakukan
berdasarkan pada kebiasaan-kebiasaan yang turun temurun. Jenis-jenis
keanekaragaman hayati hijauan pada daerah kunjungan relatif seragam, dengan hanya komposisi yang
berbeda beda, pakan yang diberikan berupa konsentrat dan hijauan. Konsentrat
terdiri dari bekatul dan weight brain, untuk hijauan diberikan rendeng kacang
yang diberikan pagi dan sore. Tetapi perkandangan sudah dibuat modern dengan
bahan yg kuat, atap dari asbes, lantai kandang diisi pasir ini bertujuan agar
kaki kuda tidak mudah terluka. Untuk sistem reproduksi Kuda betina dara mencapai pubertas
pada umur 12-15 bulan, dan jantan 15 bulan tetepi hendaknya tidak dikawinkan
terlebih dahulu hingga mencapai umur 2 tahun. Lebih baik lagi bila betina
dikawikan pada usia 3 tahun dan jantan 3 juga, jika dikawinkan diusia muda
biasanya tingkat kebuntingan rendah . jumlah anak yang dihasikkan dari kuda
yang dikawinkan pada umur lebih dari 3 tahun mencapai 10-12 ekor karna kuda
betina masih dapat beranak meskipun telah mencapai umur 20 tahun, bakan lebih.
Sadangkan masa sapi anak kuda sekitar 6-8 bulan dan muali dilatih pacuan mulai
umur 2,5 tahun. Sedangkan perkawian kuda dilakukan 1-2 kali hingga bunting dan
kawin lagi setelah melahirkan setelah 30 hari.
Daftar pustaka
Blakely, J. Dan D.
H. Blade. 1991. The Science of Animal
Hubandry. Printice-Hall Inc. New Jersey.
Bogart, R. And R.
E. Tylor. 1983. Scientific Farm Animal
Production. 2nd Edition. Macmillan Publishing Company, New York.
Bowling, A. T.
Ruvinsky. 2004. The Genetic of the Horses.
CABI Publishing. London.
Ensminger, M. E.
1962. Animal Science. Animal AgriculturenSeries.
5th Edit. Printers & Publisher, Inc. Danville, Illinois.
Jacoebs, T. N.
1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius.
Yogyakarta.
McBane, S. 1991. Horse Care and Ridding a Thinking Approach.
Paperback. United Kingdom.
McBane, S. 1994. Modern Stables Management. Ward Lock.
United Kingdom.
Parakksasi, A.
1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak
Monogastrik vol. 1b. UI Press Indonesiaq. Jakarta.
Wikipedia. 2009.
Kuda. http://id.wikipedia.org/wiki/Kuda
(15 Juni 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar