LAPORAN
PRAKTIKUM
TERNAK
POTONG KOMPARATIF
(KAMBING PERANAKAN ETAWA)
(KAMBING PERANAKAN ETAWA)
Disusun
oleh :
Agung Setyo
Nugroho 102207
Gregorius Agung Pradipto 091299
Stivanus Dwi Handoko 102210
AKADEMI
PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya
sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan praktikum “TERNAK POTONG
KOMPARATIF ”
Dalam
penyusunan laporan ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan
penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun
demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan laporan ini meskipun
tersusun sangat sederhana.
Kami
menyadari tanpa kerja sama antara
pembimbing dan penulis serta beberapa kerabat yang memberi berbagai
masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya praktikum ini. Untuk itu
penulis mengucapakan terima kasih kepada pihak diatas yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran
penyusunan laporan praktikum ini. Demikian semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta
kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Halaman
judul
Kata
pengantar
Pasta pustaka
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
1.2 Tujuan
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Jenis- jenis kambing di
Indonesia
2.1.1 Kambing kacang
2.1.2 Kambing boer
2.1.3 Kambing gembrong
2.1.4 Kambing peranakan
etawa
2.2 Pakan kambing
2.2.1 Pakan hijauan
2.2.2 Pakan limbah
industri dan pertanian
2.2.3 Pakan tambahan
2.3 Syarat dan lokasi kambing
2.3.1 Ukuran kandang
kambing
2.3.2 Bahan penyusun
kandang kambing
2.4 Teknik pemilihan bibit
kambing
2.5 Teknik pemeliharaan
2.5.1 Pengelolaan
reproduksi
2.5.2 Sistem
pemeliharaan
2.6 Ransum pakan
2.6.1 Hijauan
2.6.1 Pakan penguat atau
konsentrat
2.7 Penyakit dan pengendalian
2.7.1 Penyakit mata
2.7.2 Penyakit batuk
2.7.3 Penyakit cacingan
2.7.4 Penyakit gatal
2.7.5 Penyakit tetanus
2.7.6 Penyakit Diare
Bab III
Materi dan Metode
3.1 Materi
3.2 Metode
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Penetuan kelas kambing PE
4.2 Perkandangan
4.3 Pemeliharaan dan pengelolaan
reproduksi
4.4 Pemberian pakan
4.5 Penyakit
4.6 Analisis usaha
Bab V Kesimpulan
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Kambing
merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara
luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup
tinggi. Kambing di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak penghasil
daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara umum memiliki
beberapa keunggulannya antara lain mampu beradaptasi dalam kondisi yang
ekstrim, tahan terhadap beberapa penyakit, cepat berkembang biak dan prolifik
(beranak banyak).
Populasi
kambing di Indonesia sendiri masih tergolong rendah, saat ini berjumlah sekitar
15,20 juta ekor dengan pertumbuhan populasi 5,52% per tahun (Direktorat
Jenderal Peternakan, 2010). Data mengenai bangsa kambing perah di Indonesia
sendiri belum ada, padahal kebutuhan dan konsumsi akan protein hewani dari
daging dan susu meningkat dari tahun ke tahun. Umumnya, pemenuhan kebutuhan
protein hewani, khususnya susu diperoleh dari ternak sapi perah. Produksi susu
di Indonesia pada tahun 2010 baru mencapai sekitar 26% dari kebutuhan nasional
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2010). Defisit penyediaan susu yang tidak
terpenuhi dari sapi perah ini merupakan peluang bagi pengembangan ternak
kambing perah. Namun demikian, peternak masih banyak menghadapi kendala dalam
mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan ternak kambing, khususnya kambing
perah.
Lingkungan
dan genetik merupakan dua faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, produksi dan
reproduksi makhluk hidup. Secara genetik, spesies yang berbeda memiliki gen
yang berbeda pula, sehingga perlu diketahui perbedaan tiap gen pada bangsa
maupun populasi yang sama. Kemampuan seekor ternak mengkonsumsi pakan tergantung pada hijauan,
temperatur lingkungan, ukuran tubuh ternak dan keadaan fisiologi ternak.
Konsumsi makanan akan bertambah jika aliran makanan cepat tercerna atau jika
diberikan makanan yang berdaya cerna tinggi. Penambahan makanan penguat atau
konsentrat ke dalam pakan ternak juga dapat meningkatkan palatabilitas pakan
yang dikonsumsi dan pertambahan berat badan (Anggorodi, 1990).
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk memahami karakteristik kambing PE
secara kualitas, melakukan penimbangan beberapa jenis pakan kambing PE,
mengetahui manajemen pemeliharaan yang dilakasanakan dalam peternakan dengan
partsipasi secara langsung serta dapat mengetahui analisis usaha yang
digunakan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Jenis
kambing di Indonesia
Populasi
kambing terbanyak dan tersebar luas di Indonesia adalah kambing lokal, yang
biasa disebut kambing kacang. Kambing yang berukuran kecil tersebut sudah
sangat terkenal sejak tahun 1900-an. Setelah pemerintah Hindia Belanda
mengimpor bibit kambing dari India dan Eropa, jenis-jenis kambing di Indonesia
menjadi semakin beragam.
Meskipun
populasi ternak kambing yang berkembang di Indonesia terdiri dari banyak jenis
(ras), tetapi dalam pemeliharaannya hanya dapat dibedakan untuk tiga tujuan,
yaitu penghasil daging, susu, atau serba guna (daging & susu). Namun, pada
dasarnya, ternak kambing di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu kambing penghasil daging
(potong) dan penghasil susu (disamping daging).
2.1.1 Kambing kacang
Kambing Kacang
merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan Philipina.
Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa
menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit,
bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan
baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan
yang sangat sederhana.
Ciri-ciri
kambing Kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna tunggal (putih,
hitam dan coklat). Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga
warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk
pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung.
Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan.
Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan
kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor.
Table . Karakteristik morfologik tubuh kambing Kacang
Tidak
|
Uraian
|
Betina
|
Jantan
|
1
|
Bobot/kg
|
22
|
25
|
2
|
Panjang
badan/cm
|
47
|
55
|
3
|
Tinggi
pundak/cm
|
55,3
|
55,7
|
4
|
Tinggi
pinggul/cm
|
54,7
|
58,4
|
5
|
Lingkar
dada/cm
|
62,1
|
67,6
|
6
|
Lebar dada/cm
|
-
|
-
|
7
|
Dalam dada/cm
|
-
|
-
|
8
|
Panjang
Tanduk/cm
|
7
|
7,8
|
9
|
Panjang
telinga/cm
|
4
|
4,5
|
10
|
Lebar
telinga/cm
|
-
|
-
|
11
|
Type telinga
|
Tegak
|
Tegak
|
12
|
Panjang
ekor/cm
|
12
|
12
|
13
|
Lebar ekor/cm
|
2
|
2,5
|
Tingkat
kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih
79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6% dan anak tunggal
44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72 hari, persentase
karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot sapih (umur 90
hari) sekitar 10,12 kg.
2.1.2 Kambing boer
Kambing
Boer aslinya berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang
ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya
petani. Kambing Boer merupakan kambing pedaging yang sesungguhnya karena
pertumbuhannya sangat cepat Kambing ini pada umur lima hingga enam bulan sudah
dapat mencapai berat 35 – 45 kg, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara
0,02 – 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari
induk dan ransum pakan sehari-harinya. Kambing Boer jantan akan tumbuh dengan
berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun), sedangkan Betina
dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 – 90 kg. Boer betina maupun
jantan keduanya bertanduk. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase
daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% – 50% dari berat
tubuhnya. Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar,
panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga
panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga
coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya.
Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat
sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang
hari. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari
suhu sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga sangat panas (43 derajat
celcius) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan
terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung
yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah hewan yang
suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada
rumput.
Boer
jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi
dengan pantat yang berotot. Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang
tahun. Mereka berbau tajam karena hal ini untuk memikat betina. Seekor pejantan
dapat aktif kawin pada umur 7-8 bulan, tetapi disarankan agar satu pejantan
tidak melayani lebih dari 8 – 10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar
satu tahun. Boer jantan dewasa (2 – 3 tahun) dapat melayani 30 – 40 betina.
Disarankan agar semua pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar
tidak terjadi perkawinan yang tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat mengawini
hingga selama 7 – 8 tahun.
Boer
betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan kepala dan
leher ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat
dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan, tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan
untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua
tahun. Betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1 – 2 anak. Setelah beranak
pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga, bahkan empat. Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan
lemak sangat tinggi yang cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya
berumur 2½ – 3½ bulan induk mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga
empat puting, tetapi kadangkala tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai
ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah
melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat
disebut “flagging”. Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 – 8 tahun.
2.1.3 Kambing gembrong
Kambing
Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten
Karangasem. Pertama kali melihat hewan ini seperti melihat anjing berbulu
panjang dan lebat, padahal kambing. Melihat badannya memang mirip kambing,
tetapi bila melihat bulunya yang lebat mirip anjing. Dari badan hingga kepala,
hewan ini juga hampir tertutup seluruhnya oleh bulu. Itulah kambing Gembrong, kambing asal Bali yang hampir punah.
bobot badan kambing dewasa 32-45 kg. Kambing diikat di dahi. Jumbai terkadang menutupi bagian mata dan wajah kambing.
Kambing gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah Bali. Beberapa peternak mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan kambing Peranakan Ettawah (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing gettah alias gembrong ettawah.
bobot badan kambing dewasa 32-45 kg. Kambing diikat di dahi. Jumbai terkadang menutupi bagian mata dan wajah kambing.
Kambing gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah Bali. Beberapa peternak mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan kambing Peranakan Ettawah (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing gettah alias gembrong ettawah.
2.1.4 Kambing peranakan etawa
Kambing Peranakan
Ettawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawah (asal India)
dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip Ettawah tetapi lebih kecil.
Kambing PE tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah).
Peranakan yang penampilannya mirip Kacang disebut Bligon atau Jawa randu yang
merupakan tipe pedaging.
Ciri khas kambing PE
antara lain bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat
gelambir di bawah leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut, telinga
panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak
melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang,
bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha, bulu paha
panjang dan tebal. Warna bulu ada yang tunggal; putih, hitam dan coklat, tetapi
jarang ditemukan. Kebanyakan terdiri dari dua atau tiga pola warna, yaitu
belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam. Kambing peranakan Ettawah (PE) hampir
menyebar diseluruh Indonesia
Tabel . Karakteristik
morfologik tubuh kambing Peranakan Ettawah (PE)
Tidak.
|
Uraian
|
Betina
|
Jantan
|
1
|
Bobot/kg
|
40,2
|
60
|
2
|
Panjang badan/cm
|
81
|
81
|
3
|
Tinggi pundak/cm
|
76
|
84
|
4
|
Tinggi pinggul/cm
|
80,1
|
96,8
|
5
|
Lingkar dada/cm
|
80,1
|
99,5
|
6
|
Lebar dada/cm
|
12,4
|
15,7
|
7
|
Dalam dada/cm
|
-
|
-
|
8
|
Panjang Tanduk/cm
|
6,5
|
15
|
9
|
Panjang telinga/cm
|
12
|
15
|
10
|
Lebar telinga/cm
|
-
|
-
|
11
|
Type telinga
|
Jatuh
|
Jatuh
|
12
|
Panjang ekor/cm
|
19
|
25
|
13
|
Lebar ekor/cm
|
2,5
|
3,6
|
2.2 Pakan kambing
2.2.1 Pakan hijauan
Pakan
hijauan terdiri dari dua jenis, yaitu pakan dari rumput-rumputan dan pakan dari
legume. Pakan rumput-rumputan diantaranya rumput gajah, rumput benggala, rumput
raja dan turi. Sedangkan contoh pakan legume antara lain seperti lamtoro,
kaliandra, kacang-kacangan, dan harendong. Namun, daun-daunan hijau lebih
disukai oleh kambing dibandingkan rumput. Komposisi masing-masing pakan
tergantung pada kebutuhan ternak, yaitu antara kambing menyusui, pemacek dan
dewasa.
Campuran
daun-daunan dan rumput dengan perbandingan 1 : 1 akan saling melengkapi dan
menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik. Di samping itu, kambing tidak cepat
bosan melahap pakan hijau yang tersedia. Hindari pemberian hijauan yang masih
muda. Jika terpaksa digunakan hendaknya diangin-anginkan terlebih dahulu selama
3-4 jam, untuk menghindari terjadinya bloat (kembung) pada kambing.
2.2.2 Pakan limbah industri dan
pertanian
Selain
pakan hijauan, kambing juga menyukai pakan yang berasal dari limbah pertanian.
Limbah industri yang dapat dijadikan pakan antara lain seperti ampas tahu,
ampas tempe, ampas singkong, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, dedak padi,
dan dedak jagung. Sementara contoh limbah pertanian antara lain seperti jerami
padi, jerami jagung, daun singkong, daun nangka dan limbah kelapa.
2.2.3 Pakan tambahan
Pakan
tambahan berguna untuk memenuhi kebutuhan mineral dan meningkatkan nafsu makan.
Selain itu, pakan tambahan ini bermanfaat untuk menutupi kekurangan zat gizi
yang terdapat pada hijauan. Sumber pakan tambahan berupa campuran mineral
(mineral mix) dari garam dapur, kapur, dan premix.
2.3
Syarat lokasi dan kandang
Lokasi
kandang kambing sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk, berada diatas tanah
yang padat atau tidak mudah becek ketika hujan, cukup sinar matahari,
kelembapan 60-70%, dekat dengan sumber air, dan mudah dijangkau oleh kendaraan
umum. Kandang hendaknya dibuat membujur dari arah timur ke barat, diusahakan
juga kandang menghadap timur agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam
kandang.
Apabila
lokasi peternakan berada di daerah yang embusan anginnya kencang, peternak
hendaknya menanami sekeliling kandang dengan pepohonan agar dapat melindungi
kandang dari embusan angin keras secara lansgung. Selain mengurangi embusan
angin, daun dan buah pohom dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
2.3.1
Ukuran kandang kambing
Seekor
kambing dewasa membutuhkan ruang seluas 1 x 1.5 m. Dengan begitu, kandang
seluas 1.5 x 10 m cukup untuk menempatkan 10 ekor kambing. Tinggi lantai dari permukaan
tanah 75-100 cm. Sekat kandang sebaiknya dapat digeser agar mudah mengatur
ruangan sesuai kebutuhan dan tingginya 70-80 cm. Dasar kolong kandang dibuat
dari bahan semen untuk menampung dan mempermudahkan peternak membersihkan
kotoran.
2.3.1
Bahan penyusun kandang kambing
Atap
dari kandang kambing disarankan terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Sebaiknya
menggunakan rumbia, seng, asbes, alang-alang, genting sebagai bahan yang
digunakan sebagai atap kandang. Untuk daerah yang bersuhu panas, disarankan
menggunakan bahan yang daya serapnya kecil seperti rumbia atau genting.
Sementara itu, untuk lokasi yang bersuhu dingin disarankan atap terbuat dari
bahan yang daya serap panasnya tinggi.
Untuk
alas kandang kambing bisa langsung menggunakan tanah atau terbuat dari semen,
papan, atau belahan bambu, tergantung jenis kandang yang digunakan. Lantai
kandang dibuat miring kurang lebih 10 derajat dan bahannya harus mudah menyerap
air agar kandang tetap kering ketika dibersihkan. Dinding kandang dapat dibuat dari
belahan bambu, kayu bekas bangunan atau bahan-bahan lain yang mudah diperoleh
di daerah setempat.
2.4
Teknik pemilihan bibit kambing
Salah satu faktor keberhasilan dalam
beternak kambing, adalah keterampilan memilih bibit ternak (bakalan). Dari bibit
yang baik akan menghasilkan keturann yang baik dan cepat tumbuh, terlebih
dengan teknik pemberian pakan yang baik dan teratur. Pemilihan bibit
harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah
(misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi
susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak
cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan bibit kambing antara lain,
Umur ternak : 8 - 12 bulan, berat badan : 10 - 15 kg
Ciri-ciri,
Ciri-ciri,
- warna kebanyakan tunggal yaitu coklat, hitam, putih, sawo matang atau kombinasi.
- temperamen lincah
- Kepala kecil dan ringan
- Telinganya panjang dan bertanduk
Ciri untuk calon induk kambing,
Tubuh
kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar,
tapi tidak terlalu gemuk, jinak dan
sorot matanya ramah, kaki lurus dan tumit tinggi, gigi lengkap, mampu merumput
dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata, dari keturunan kembar atau
dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda, ambing simetris, tidak
menggantung dan berputing 2 buah.
Ciri untuk
calon pejantan kambing,
Tubuh besar
dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar,
tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi, kaki
lurus dan kuat, dari keturunan kembar, umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
2.5 Teknik pemeliharaan
2.5.1
Pegelolahan reproduksi
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali
dalam dua tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
- Kambing
mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan
pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan
mencapai 55 - 60 kg. - Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari.
- Tanda-tanda
birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan,
sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila
dinaiki. - Ratio
jantan dan betina = 1 : 10
Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah : - Masa bunting 144 - 156 hari (.... 5 bulan).
- Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.
2.5.2 Sistem
pemeliharaan
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya
dilakukan di daerah yang mahal dansulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan
untuk daya tampungkira-kira tiga sampai dua
belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan
secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambingyang belum
disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns,1994).
Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara
ekstensif dapatmencapai
20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus
menerus atautanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor
lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak
(Williamson dan Payne1993).
Dalam
sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga
bulan sampaicukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan
jantan harusdikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994).Sistem
pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan
ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan
intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaanterkontrol dan
pemberian pakan konsentrat tambahan ( Williamson dan Payne 1993).
2.6 Ransum pakan
Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan
daundaunan tertentu(daun nangka, daun waru,
daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor kambing dewasamembutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari
yang diberikan 2 kali, pagi dan sore, tetapikambing lebih suka mencari dan
memilih pakannya sendiri di alam terbuka. Untuk kambingjantan yang
sedang dalam periode memacek sebaiknya ditambah pakan penguat (konsentrat) ±
1kg. Konsentrat yang terdiri dari campuran 1
bagian dedak dengan 1 bagian bungkil kelapaditambah garam secukupnya
adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan penguat tersebutdiberikan sehari
sekali dalam bentuk bubur yang kental (Sosroamidjojo, 1985). Kambing makanpakan yang tidak biasa dikonsumsi oleh hewan lain.
Pakan utama kambing adalah tunas-tunassesuai dengan sifat alamiah
kambing (browser). Kambing sangat efisien dalam mengubah pakanberkualitas
rendah menjadi protein yang ber kualitas tinggi (Blakely dan Bade , 1994).
Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara
umum pakan kambing Peranakan Ettawa sebenarnya hanyaterdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar,pakan
penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan
berkadar serat kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiridari
rumput dan dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna
sepertikonsentrat, ampas tahu dan bubur
singkong. Sementara pakan pengganti merupakan pakanhijauan yang sudah difermentasi. Menurut Mulyono
dan Sarwono (2008), pada dasarnyakambing tidak selektif dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan
rumput disukai,tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada
rumput. Hijauan yang baik untuk pakanadalah hijauan yang belum terlalu tua dan
belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masihmuda memiliki kandungan PK (protein kasar) yang lebih tinggi. Hijauan
yang diperoleh padamusim hujan sebaiknya dilayukan atau dikeringkan terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk pakan kambing.
2.6.1 Hijauan
Pemberian pakan hijauan diberikan
10% dari bobot badan (Sugeng, 1992).Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan
merupakan pakan utama bagi ternak ruminansiadan berfungsi sebagai sumber gizi,
yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral.Pemanfaatan hijauan pakan
sebagai makanan ternak kambing harus disuplementasikandenga n makanan penguat
atau konsentrat agar kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapatterpenuhi. Tujuan
suplementasi makanan penguat dalam makanan ternak kambing adalahuntuk
meningkatkan daya guna makanan atau menambah nilai gizi makanan, menambahunsur
makanan yang defisien serta meningkatkan konsumsi dan kecernaan
makanan.Keuntungan yang diperoleh dari pemberian pakan kasar bersama
makanan penguatadalah adanya kecenderungan mikroorganisme dalam rumen dapat
memanfaatkanmakanan penguat terlebih
dahulu sebagai sumber energi
dan selanjutnya memanfaatkanmakanan kasar yang ada. Dengan demikian
mikroorganisme rumen lebih mudah danlebih cepat berkembang populasinya,
sehingga akan semakin banyak makanan yang harusdikonsumsi ternak kambing.
Siregar (1995) menambahka n bahwa
pemberian hijauan terbagi menjadi 2 macam yaitu hijauan yang diberikan dalam
keadaan masih segar dengan kadar air 70%dan hijauan yang diberikan dalam
keadaan kering atau awetan. Hijauan kering dapatberupa hay, sedangkan awetan
dapat berupa silase. Hijauan merupakan bahan pakanberserat kasar yang
dapat berasal dari rumput dan dedaunan.
Kebutuhan
hijauan untuk kambing sekitar 70% dari total pakan (Setiawan dan Arsa, 2005).
Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila pakan
berupa campuran daun – daunan dan rumputan dicampur dengan perbandingan 1 : 1.
dengan komposisi demekian, zat gizi yang terdapat pada masing-masing jenis
hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan menjami ketersedian
gizi yang lebih baik.
2.6.1 Makanan penguat (konsentrat)
. Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan
dan dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan
pelengkap (Hartadi et al., 1980).Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa konsentrat
untuk ternak kambing umumnya disebutsebagai pakan penguat atau bahan
baku pakan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah
dicerna. Pakan penguat dapat berupa dedak jagung, ampastahu, bungkil
kelapa, bungkil kacang tanah, atau campuran pakan tersebut.
Patokan umum
bahan makanan yang diperlukan adalah 10% dari berat badan. Namun karena jumlah
hijauan yang tidak dimakan cukup besar, dikarenakan sudah tua atau tidak
disenangi ternak, maka perhitungan di dua kalikan. Sebagai contoh perhitungan
untuk kambing dengan berat badan 30kg, maka hijauan yang harus disediakan adlah
: 30X10/10X2= 6 kg/ekor/hari
Sedangkan
untuk kebutuhan air pada ternak kambing berkisar antara 1,5 - 2,5 liter air,
karena tubuh terdiri 70% air. Apabila sampai mengalami kekurangan air 20% akan
berakibat kematian. Air tersebut dibutuhkan untuk pencernaan, sehingga air
harus bersih, tidak beracun, dan harus selalu ada.
2.7
Penyakit dan pengendalian
2.7.1
Penyakit mata
Penyakit ini bisa menyerang kambing etawa pada saat cuaca kurang
baik serta adanya penurunan daya tahan tubuh kambing etawa , biasanya mudah sekali
terserang penyakit mata.
Untuk pengobatan sementara dan pertama yang dilakukan dengan daun
sirih, garam dan air panas, sedangkan cara pembuatan obatnya cukup mengambil 3
lbr daun sirih,kemudian di tuangkan air panas kedalam gelas yang di campur oleh
garam,Setelah air garam bercampur daun sirih tersebut agak dingin kita
kompreskan ke bagian mata kambing etawa yang terjangkit penyakit tersebut
lakukan 1 kali sehari selama 2 hari .
2.7.2 Penyakit batuk
Penyakit ini
kadang juga menyerang kambing etawa dan biasanya jiga di sertai pilek atau
semacam flu ,pada penyakit ini kambing biasanya susah bernafas dan sering batuk
batuk layaknya manusia ,penyakit batuk pada kambing etawa kadang terjadi karena
makanan hijauan yang agak basah terkena air hujan yang berlebihan .
Untuk
pengobatan penyakit ini para peternak biasanya menggunakan beras kencur,
sedangkan caranya cukup mengambil beberapa potong kencur ditumbuk di campur
dengan beras kemudian di kasih air panas, setelah itu minumkan ke kambing etawa
yang sakit setelah seduhan beras kencur tersebut dingin.
2.7.3 Penyakit cacimgan
Penyakit
cacingan hampir selalu di jumpai oleh setiap kambing etawa karena faktor
makanan yang biasanya membawa benih cacing kedalam perut kambing etawa.
Untuk
pengobatan penyakit ini biasanya para pelaku peternak melakukan tindakan
preventif setiap 3 bulan dengan memberikan minuman campuran temu hitam
dengan gula merah ,Jika kurang nafsu makan kita juga bisa gunakan temu ireng di
campur dengan garam sebagai perangsang nafu makan, untuk kambing etawa yang
terserang cacingan cukup parah hingga kurus sekali sebaiknya di berikan makanan
daun jimitri untuk beberapa hari.
2.7.4 Penyakit gatal
Penyakit
jenis ini biasanya menyerang pada sebagian kulit kaki, kepala dan sebagian
tubuh kambing ettawa, jenis penyakit ini mudah sekali menular pada kambing yang
lain.
Untuk
pengobatan dan penangananya pertama sebaiknya pisahkan kambing etawa yang sakit
gatal ini dengan kambing yang lain kemudian pengobatanya kita bisa ambil bebara
butir lirang, oli bekas di campur dengan minyak goreng dan garam, di tumbuk
sampai halus dan dioleskan ke bagian yang gatal dan sakit , lakukan beberapa
kali hingga luka kurap mengering.
2.7.5 Penyakit tetanus
Penyakit ini paling sulit untuk bisa di obati namun ada bebarapa
cara untuk pencegahan,yauitu dengan cara melakukan prefentif dengan cara
memotong plasenta yang basah dan agak panjang dan kemudian mengolesinya dengan
kunyit dengan tujuan agar tidak terkena baksil tetanus yang biasanya melalui
ujung plasenta ini.
2.7.6 Penyakit
diare
Penyakit ini
juga kadang menyerang kambing etawa yang biasanya di sebabkan makanan sejenis
yang berlebihan atau karena kambing memakan hijauan makanan ternak yang berupa
daun yang masih terlalu muda yang berlebihan
Untuk
mengatasi penyakit Mencret pada kambing etawa cukup menggunakan mahkota dewa,
jika di daerah anda tersedia buah mahkota dewa itu bisa kita gunakan untuk obat
mencret, cara nya adalah dengan mengiris iris beberapa buah mahkota dewa
kemudian campukan dengan garam serta air panas ,sesaat setelah dingin minumkan
pada kambing yang terserang diare atau mencret tersebut , jika di daerah anda
susah menemukan buah mahkota dewa anda bisa melakukan terapi makanan kambing
dengan mencampur daun jambu biji yang di campur dengan garam secukupnya.
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum
ternak potong komparatif ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 27 April 2012
bertempat di kelompok peternakan kambing peranakan etawa(PE) Ngudi mulyo ketua
bapak Harjono yang beralamatkan Dusun puluhan lor trimurti, Desa Srandakan,
Kecamatan Bantul, Kabupaten Yogyakarta, dimulai pukul 13.00 sampai 17.00 WIB.
3.1
Materi
Adapun
alat alat yang digunakan dalam praktikum
ini diantaranya, meteran ukur, pita ukur, alat tulis, timbangan berat, ember
pakan, sabit, sedangkan bahan yang digunakan adalah 20ekor kambing betina PE, 3
ekor kambing jantan PE, rumput gajah, ampas tahu.
3.2
Metode
Dalam
praktikum ini data diambil dari partisifasi aktif didalam kandang meliputi
pengukuran kriteria kambing jantan dan betina PE, pengukuran kandang,
penimbangan bahan pakan, serta penghitungan analisis usaha.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Penentuan kelas kambing PE
Dengan melakukan pengukuran pada kriteria kambing jantan
dan betina PE, didapatkan tinggi gumbal jantan 100 cm, betina 90 cm, lingkar
dada jantan 112 cm, betina 99 cm, panjang badan 110 cm, betina 92 cm, kepala
tegak, profil wajah melengkung, tanduk sejajar mengarah ke belakang, telinga
jantan panjang 34cm, lebar 13cm,lipatan ujung 6,5cm, telinga betina panjang
33cm, lebar 12cm, lipatan ujung 6cm, lingkar scrotum 23cm, ambing
kenyal,simetris,punting berjumlah 2, bulu gembol lebat, warna buluh putih
dengan bercak hitam, sedangkan untuk kriteria kambing PE kaligesing jantan badan besar, tinggi gumba 90-110 cm, berat hidup 65-120 kg, panjang
badan 85-115 cm, kepala tegak, garis profil melengkung, memiliki tanduk
mengarah ke belakang, telinga lebar menggantung panjang serta melipat pa da
ujungnya, panjang jantan 25-41 cm,
lingkar testis bisa mencapai 23 cm, warna bulu bervariasi antar hitam, putih,
coklat kekuningan atau kombinasi keduanya, paha kaki belakang berbulu lebat dan
panjang, untuk betina badan besar, tinggi gumba 70-90 cm, berat hidup 45-80
kg, panjang badan jantan 65-85 cm,
kepala tegak, Jenong menyerupai ikan Louhan, garis profil melengkung, memiliki
tanduk mengarah ke belakang ( kebanyakan pendek ), telinga panjang 10 cm - 28
cm serta melipat pada ujungnya lebar menggantung, ambing berkembang baik,
puting susu besar dan panjang, pola warna bulu bervariasi antar hitam, putih,
coklat kekuningan atau kombinasi keduanya, paha kaki belakang berbulu lebat dan
panjang ( Rewos ).
4.2
Perkandangan
Dalam praktikum ani kandang yang
digunakan berupa kadang panggung, yang terbuat dari kayu, beratapkan genting,
dengan jarak kanang dengan rumah 5 sampai 20 meter, kandang kambing meliputi
kandang kambing jantan, kandang laktasi, betina, kandang dara, kandang anakan,
dan kandang bunting, panjang ukuran kandang 1 meter lebar 2 meter per sekat,
ukuran tempat pakan panjang 1 meter, lebar 50cm, tinggi 30 cm, kandang menbujur
dari timur ke barat,tinggi dari kolong 50 cm, dasar kolong terbuat dari bahan
semen sedangkan untuk ukuran kandang normal seekor kambing dewasa membutuhkan ruang seluas 1 x 1.5 m. Dengan
begitu, kandang seluas 1.5 x 10 m cukup untuk menempatkan 10 ekor kambing.
Tinggi lantai dari permukaan tanah 75-100 cm. Sekat kandang sebaiknya dapat
digeser agar mudah mengatur ruangan sesuai kebutuhan dan tingginya 70-80 cm.
Dasar kolong kandang dibuat dari bahan semen untuk menampung dan mempermudahkan
peternak membersihkan kotoran.
4.3
Pemeliharaan dan pengolahan reproduksi
Untuk
pemeliharan cukup terjamin, kandang dibersihan setiap hari, kotoran dikumpulan
setiap kali ada, bulu kambing bila sudah ckup lebat dicukur, hal ini bertujuan
untuk mempermudah dalam pemerahan dam memutus sumber berkembangnya penyakit,
pemotongan kuku dilakukan bila kuku sudah panjang ini bertujuan agar tidak
mengganggu saat jalan dan pada saat perkawinan.
Kambing
mengalami dewasa kelamin sekitar umur 7 bulan, tetapi umur satu tahun baru
dikawinkan, untuk penjantan siap dikawinkan umur 12 bulan dan betina umur 10
bulan, betina laktasi dikawinkan bila produksi susu tinggal ½ liter, adapun
tanda tanda kambing birahi, alat kelamin luar bengkak, basah, berlendir, diam
saja bila dinaiki ternak lain, gelisah nafsu makan turu. Kambing bunting selama
kurang lebih 5 bulan ditandai dengan tidak ada tanda tanda birahi pada siklus
berikutnya, perut sebelah kanan membesar, ambing menurun, dan kelihatan lebih
tenang, bila kebuntingan sudah memasuki umur 5 bulan kelahiran akan terjadi,
hal ini ditandai dengan pinngul mengendur, ambing membesar, punting terisi
penuh, vulva bengkak,keluar cairan lendir yang banyak, apabila terjadi
kesulitan dalam proses kelahiran hendaknya dibantu dengan dirogoh, setelah anak
cempe lahir tali pusar tidak dipotong, diberi larutan iodium atau gusanek biar
tidak terjadi infeksi, lendir dibantu
dibersihkan dengan kain kering, dan diberikan susu kolostrum dari induknya.
4.4
Pemberian pakan
Hijauan
diberikan dua kali sehari yaitu siang dan malam hari, untuk indukan dan
penjantan dewasa rumput diberikan siang hari 6kg, malam hari ditambah 6 kg, untuk
kambing lepas sapih diberikan siang 2 kg dan malam hari 6 kg, sedangkan untuk
pakan campuran jantan dewasa diberikan 550gr kulit kedelai, 30gr mineral
kambing, 3 kg ampas tahu, indukan betina diberikan 2150 gr ampas tahu, kulit
kedelai 550gr dan mineral 30 gr, untuk kambing lepas sapih ampas tahu diberikan
1,1kg, kulit kedelai 550 gr, dan mineral 15 gr, diberikan pagi dan sore hari, dengan
pemberian sebelum hijauan diberikan.
Pada umum bahan makanan yang diperlukan adalah 10% dari
berat badan. Dan komposisi rumput dan dauanan untuk kambing, Kambing dewasa
membutuhkan 75% rumput dan 25% daunan
Kambing bunting membutuhkan 60% rumput dan 40% daunan
Kambing menyusui membutuhkan 50% rumput dan 50% daunan
Kambing Anak lepas membutuhkan 60% rumput dan 40% daunan.
Kambing bunting membutuhkan 60% rumput dan 40% daunan
Kambing menyusui membutuhkan 50% rumput dan 50% daunan
Kambing Anak lepas membutuhkan 60% rumput dan 40% daunan.
4.5 Penyakit
Penyakit
atau gangguan yang biasanya menyerang atau terjadi pada pemeliharaan kambing di
perdesaan bersifat umum, diantaranya keracunan bahan pakan, biasanya peternak
memberikan makutadewa, bila kembung biasanya diminumkan minyak goreng pada
kambing, dan bila kambing diare biasanya diberikan daun jambu biji atau biasa
juga dengan air rebusan jantung bunga pisang.
4.6 Analisis
usaha
A. BIAYA INVESTASI (TETAP)
1.
Pembuatan kandang Rp. 20.000.000
2.
Pembelian 20 ekor kambing betina Rp. 80.000.000
3.
Pembelian 3 ekor kambing jantan Rp.
10.500.000
4.
Peralatan peralatan kandang Rp. 500.000
Total
biaya investasi Rp.
111.000.000
B. BIAYA PRODUKSI (VARIABEL)
(Dihitung
dalam hari)
1. Biaya
pemeliharaan betina dan pejantan (23 ekor)
-
Biaya pembelian konsentrat Rp.
500
-
Biaya pembelian hijauan Rp.
1000
-
Biaya obat obatan Rp.1.000.000/30 Rp. 3.333
Total Biaya pemeliharaan per
ekor/hari Rp. 4.833
Total biaya pemeliharaan selama 1
tahun
Rp.4.833 x 12 bulan x 23 ekor x 30
hari Rp. 40. 017.240
2. Biaya
pemeliharaan cempe selama 4 bulan
-
Biaya pembelian susu(diberikan sampai 3 bulan)
0,5 liter
susu sapi x Rp.6000 = Rp. 3000
Biaya
pembelian susu per hari(dalam 4 bulan) Rp. 1000
-
Biaya pembelian konsentrat(diberikan setelah
Berumur 3
bulan) 0,2 kg x Rp. 600 = Rp. 100
Biaya
pembelian konsentrat per hari
(dalam 4
bulan) Rp.
100
-
Biaya pemberian hijauan(diberikan mulai umur
2 bulan) 3
kg x Rp. 1000 = Rp. 3000
Biaya
pemberian hijauan per hari (dalam 4 bulan) Rp.
1. 500
-
Biaya obat obatan Rp.15. 000/ 30 hari Rp. 500
Total biaya pemeliharaan cempe per
hari Rp. 3. 100
TOTAL BIAYA PEMELIHARAAN SAMPAI
UMUR 4 BULAN
Rp.3.
100 x 4 bulan x 30 hari x 104 ekor Rp.
38. 688.000
C. PROYEKSI PENDAPATAN
1)
Penjualan susu selama 1 tahun Rp. 3.000. 000
2)
Penjualan cempe 104 ekor x Rp. 2.000.000 Rp. 208. 000.000
3)
Penjualan induk afkir 11 ekor x Rp. 1.500.000 Rp. 16.500.000
4)
Penjualan pupuk atau kotoran Rp. 1.000.000
D. REKAPITULASI
1. BIAYA – BIAYA
a) Biaya
investasi Rp.
111. 000. 000
b) Biaya
pemeliharaan penjatan dan
Betina Pe
selama 1 tahun Rp. 40. 017. 240
c) Biaya
pemeliharaan cempe
Selama 4
bulan Rp.
38. 688.000
TOTAL BIAYA Rp. 189. 705. 270
2.PENDAPATAN
1) Penjualan
susu Rp.
3.000. 000
2) Penjualan cempe Rp. 208. 000.
000
3) Penjualan
induk afkir Rp. 16. 500. 000
4) Penjualan
pupuk atau kotoran Rp. 1. 000. 000
Rp. 228. 500. 000
Keuntungan
yang diperoleh selama 1 tahun
= Rp.
228. 500. 000 – Rp. 189. 705. 240
= Rp.
35. 794. 760
Penghasilan
per bulan Rp. 35. 794. 760 : 12 = Rp. 2. 982. 896
E. ANALISIS KELAYAKAN USAHA (B/C RATIO)
B/C
Ratio = Keuntungan : total biaya
=
Rp. 35. 794. 760 : Rp. 189. 705. 240
=
0,188
BAB V
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah dilaksanan dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan
suatu usaha peternakan, baik itu peternakan besar maupun peternakan rakyat
(tradisional) sangat ditentukan oleh segitiga produksi yang baik, yaitu
Breeding, Feeding, dan Manajemen. Hijauan merupakan makanan utama kambing dan domba,
sehingga harus mempunyai nilai gizi dan daya cerna yang tinggi dan harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak. Selain hijauan, ternak perlu diberi
pakan penguat, yaitu yang berupa konsentrat untuk melengkapi kebutuhan gizi. Berdasarkan
hasil pengamatan, kondisi kandang dan manajemen kelompok peternakan kambing PE
NGUDI MULYO ketua bapak Harjono cukup memadai. Perawatan kesehatan mutlak harus
di perhatikan karena merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha peternakan.
Daftar
pustaka
Devandra dan Burns. 1994. Beternak Kambing di Daerah Tropis.
Penebar
Swadaya. Jakarta
Dwiyanto. 1994 .Penanganan Domba dan Kambing. Penebar Swadaya. Jakarta
Murtidjo. 1992. Memelihara Domba. Kanisius. Yogyakarta
________.1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah.
Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono. 1990. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Sumoprastowo. 1998. Beternak Kambing yang Berhasil.
Bhratara Niaga Media. Jakarta
Sumoprastowo,
C.D.A., 1986. Beternak Kambing yang Berhasil. Bratara.
Niaga Media. Jakarta.
Anggorodi,
R., 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT.Gramedia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar