LAPORAN
PRAKTIKUM
TERNAK
POTONG KOMPARATIF
(
KELINCI )
Disusun
oleh :
Gregorius Agung Pradipto
092199
AKADEMI
PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya
sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan praktikum “TERNAK POTONG
KOMPARATIF ”
Dalam
penyusunan laporan ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan
penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun
demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan laporan ini meskipun
tersusun sangat sederhana.
Kami
menyadari tanpa kerja sama antara
pembimbing dan penulis serta beberapa kerabat yang memberi berbagai
masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya praktikum ini. Untuk itu
penulis mengucapakan terima kasih kepada pihak diatas yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran
penyusunan laporan praktikum ini. Demikian semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta
kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar pustaka
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
Bab II Tinjauan pustaka
2.1
Syarat lokasi
2.2
Syarat dan tujuan ternak
2.3
Kandang kelinci
2.4
Sistem pencernakan kelinci
2.5
Perkawinan dan kebuntingan
2.6
Penyakit
Bab III Materi dan Metode
3.1
Materi
3.2
Metode
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1
Perkandangan
4.2
Pemilihan bibit kelinci
4.3
Pakan
4.4
Reproduksi
4.5
Penyakit
Bab V Kesimpulan
Daftar pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Kelinci
merupakan salah satu ternak alternatif penghasil
daging sebagai sumber protein karena kelinci mempunyai laju pertunbuhan
dan perkembangbiakan yang relatif cepat. Kelinci mampu memproduksi
daging yang berkadar lemak sangat rendah
dan disamping itu kelinci juga merupakan ternak penghasil bulu
yang potensial.
Kelinci merupakan hewan pseudoruminansia.
Lambungnya tidak sespesifik seperti pada hewan ruminansia yang memilik 4
lambung (rumen, reticulum, omasum, abomasum). Lambung pada kelinci hanya ada
satu, yang terbagi menjadi bagian kardiak, fundus dan pylo.
Agar lebih
mengerti mengenai spesifikasi kelinci ini, baik dalam hal nutrisi (pakan),
reproduksi, perkandangan, dan sebagainya, maka dilangsungkanlah kegiatan
kunjungan ke peternakan kelinci ini dalam rangka kegiatan praktikum ternak
potong komparatif non ruminansia.
1.1
Tujuan
Agar praktikan dapat
mengetahui secara langsung mengenai hal-hal yang terkait dengan ternak
nonruminansia, khususnya dalam hal ini, adalah kelinci, baik itu masalah pakan,
reproduksi, perkandangan, sistem pencernaan kelinci, syarat lokasi, syarat
tujuan ternak ataupun mengenai penyakit dan vaksinasi.
BAB
II
TINJAUNAN
PUSTAKA
2.1 Syarat lokasi
Syarat lokasi
peternakan kelinci yang ideal adalah dekat sumber air, jauh dari tempat
kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising dan terlindung dari
predator. ( Anonymous, 2011)
Pemilihan lokasi ternak
kelinci banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya, lokasi sebaiknya
dekat dengan sumber pakan (areal tanaman sayur, pasar sayur, atau pasar–pasar
secara umum), lokasi dekat dengan daerah pemasaran, namun hal ini tidak berlaku
bagi peternak yang sudah punya komunitas atau paguyuban, temperatur atau suhu
ideal antara 15-250C, sebisa mungkin diusahakan lokasi kandang dekat dengan
aliran sungai dan jauh dari permukiman penduduk, lokasi aman dari binatang buas
atau pencuri. (Munif, Achmad, 2011).
2.2 Syarat dan tujuan ternak
Untuk
syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. untuk
tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak
yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish
Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok
dipelihara. Pemilihan bibit dan calon induk adalah bila peternakan bertujuan
untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan
perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit
yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk
keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat,
mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah atau aktif bergerak.
(Anonymous, 2011).
2.3 Kandang kelinci
Kandang
berfungsi untuk melindungi kelinci dari pengaruh luar seperti cuaca buruk,
binatang buas dan pencuri. Ternak kelinci bisa dipelihara secara koloni dan
individual. Namun menurut pengalaman dan pengamatan bahwa kelinci-kelinci yang
dikandangkan akan lebih mudah pengawasan, dan penanganannya. Memang tidak ada
standar baku dalam membuat kandang kelinci. Intinya adalah kelinci tersebut
merasa nyaman tinggal didalamnya sehingga akan menampilkan produksi terbaiknya.
Tapi perlu diingat pula tentang biaya pembuatannya, jangan sampai modal nanti
habis hanya untuk membuat kandang. Tetapi tidak salah kalau anda mencoba ukuran
yang sering digunakan orang yaitu dengan ukuran PxLxT = 90×60×60 cm. apabila
dalam sarang tersebut akan diletakkan sarang maka ukuran sarang berkisar PxLxT
= 40×30×30cm. (Anonymous, 2009).
Kandang yang dianjurkan
untuk memelihara kelinci adalah kandang system baterai. Dengan kandang system
ini juga dapat dibuat bersusun atau bertingkat dengan dilengkapi semacam laci
dari seng untuk menampung kotoran dan air kencing dari kelinci yang ada
ditingkat atas. Bahan kandang adalah bilah bambu atau kayu dan kawat atau strimin.
Satu petak kandang berukuran, panjang 0,5 - 075 m, lebar 0,5 - 0,6 m, tinggi
0,5 m, tinggi kandang dari tanah 0,6 m. Kandang beranak berukuran Panjang 0,4 m ; lebar 0,3 m dan tinggi 0,3 m.
2.4 Sistem pencernakan kelinci
Sistem
pencernaan kelinci adalah sistem pencernaan yang sederhana (monogastrik) dengan
coecum dan usus besar. Tidak seperti halnya hewan mamalia lainnya, kelinci
mempunyai kebiasaan makan feses yang telah dikeluarkan. Sifat ini disebut
coprophagy. Keadaan ini sangat umum terjadi pada kelinci dan hal ini berdasar
pada kontruksi saluran pencernaannya. Sifat coprophagy biasanya terjadi
berdasarkan pada malam atau pagi hari berikutnya. Feses yang berwarna hijau
muda dan konsintensi lembek dimakan lagi oleh kelinci. Feses yang dikeluarkan
pada siang hari dan telah berwarna coklat serta mengeras, tidak dimakan. Hal
ini memungkinan kelinci itu memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di
saluran bagian bawah, yaitu mengkonversikan protein asal hijauan menjadi protein
bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecahkan selulose
atau serat menjadi energi yang berguna. Jadi sifat coprophagy sebenarnya memang
menguntungkan bagi proses pencernaan. (Abdillah, Fandi Achmad, 2011).
Tatalaksana pemberian pakan meliputi pemilihan
jenis bahan baku pakan, pemenuhan jumlah kebutuhan dan pola pemberian pakan.
Kebutuhan protein pada kelinci berkisar antara 12 s/d 18%. Tertinggi pada fase
menyusui (18%) dan terendah pada dewasa (12 %). Kebutuhan bahan kering pakan
berdasarkan periode pemeliharaan berturut-turut muda bobot 1,8?3,2 kg (112?173
g/ekor/hari), dewasa bobot 2,3?6,8 kg (92?204 g/ekor/hari), induk bunting bobot
2,3?6,8 kg (115-251 g/ekor/hari) dan induk menyusui dengan 7 anak bobot 4,5 kg
(520 g/ekor/hari). Jenis-jenis hijauan yang dapat diberikan sebagai pakan
kelinci diantaranyarumput lapangan, daun ubi jalar, daun singkong, daun wortel,
daun kangkung, kobis, daun turi dan lamtoro, dedak, bungkil kelapa, ampas tahu,
ampas tapioka, ubi jalar, dan ubi kayu merupakan bahan pakan produk pertanian
yang dapat diberikan pada ternak kelinci. Diantara bahan pakan inkonvensional,
daun rami dengan tingkat pemberian sampai 30 % dan ampas teh dengan tingkat
pemberian 40%, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci. Pelayuan dan
pencacahan pada hijauan merupakan perlakuan terbaik sebelum diberikan pada
ternak. Perebusan atau pencampuran dengan air panas pada konsentrat dapat
meningkatkan kualitas pakan dan mempercepat pertumbuhan kelinci. Konsentrat
yang akan diberikan dipilih dari bahan yang disukai, mudah didapat dan tersedia
secara kontinu. Konsentrat harus bersih, tidak rusak, tidak berjamur.
Konsentrat diberikan pada tempat pakan yang mudah dijangkau oleh kelinci.
Tempat pakan harus selalu dijaga kebersihannya, sisa pakan yang sudah berjamur
segera dibuang. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari. Konsentrat diberikan
pada pagi hari sekitar pkl 10:00 setelah pembersihan kandang dan 1/3 bagian
hijauan diberikan pada siang hari sekitar pkl 13:00 dan 2/3 bagian hijauan
diberikan pada sore hari sekitar pkl 18:00. Pemberian air minum secara ad
libitum (secara bebas dan terus menerus sampai kelinci itu berhenti sendiri
sesuai keinginan) dapat memperlancar proses pencernaan. (Anonymous, 2002).
2.5 Perkawinan dan kebuntingan
Ciri-ciri
kelinci birahi :gelisah, menggosok-gosokkan dagunya pada sesuatu, vulva basah
berwarna merah jambu atau merah.
(Anonymous, 2009).
Secara
umum tanda-tanda kelinci yang sedang hamil adalah si kelinci betina akan
menolak untuk didekati oleh kelinci pejantan setelah masa kawinnya, kemudian
dengan berjalannya waktu, si calon induk akan mulai terlihat mengumpulkan
jerami-jerami atau sobekan kertas koran serta disertai dengan perontokan bulu
untuk membuat sarangnya kira-kira seminggu sebelum masa kelahirannya. Kelinci
yang sedang hamil juga memiliki nafsu makan atau minum yang bertambah, maklum
makanan yang tadinya hanya untuk si calon induk kini harus berbagi dengan calon
bayi yang dikandungnya. Kadang-kadang prilaku agresive juga ditunjukan dan
biasanya ini dialami oleh kelinci yang baru pertama kali mengalami proses
kehamilannya. Dapat pula dengan teknik palpasi, yakni perabaan bagian bawah
perut. Beberapa orang mungkin bingung untuk membedakan antara kotoran dengan
embrio, tapi hal ini bisa dihindari bahwa kotoran memiliki tekstur yang keras,
akan terasa pada bagian perut yang mendekati tulang belakang sedangkan emrio
adalah bertekstur gel (kenyal) dan biasanya bisa ditemukan pada bagian tengah
perut. Melakukan teknik palpasi pada masa kehamilan yang telah melewati 2
minggu adalah lebih mudah menemukan embrio dibandingkan yang 10 hari karena
pada janin yang berusia 2 minggu biasanya embrio sudah mulai turun
kebawa. Jika pada usia 2 minggu ini belum juga ditemukan adanya kehamilan, maka
kelinci bisa dikawinkan kembali. (Anonymous, 2009).
Ada beberapa kiat agar
ternak kelinci mempunyai catatan reproduksi yang baik, umur pertama kali
dikawinkan berkisar antara 5-6 bulan, memilih waktu kawin pagi hari atau sore
hari, imbangan sex ratio adalah 1:10, artinya seekor pejantan melayani 10 ekor
induk, perkawinan kembali setelah beranak. Apabila yang diharapkan dari ternak
kelinci adalah bakalan maka induk bisa dikawinkan 7-10 hari setelah beranak.
Tapi apabila yang diinginkan nnatinya adalah sebagai ternak pengganti (stock
replacement) maka sebaiknya induk dikawinkan kembali 40-45 hari setelah beranak
atau setelah anak-anak lepas sapih. (Anonymous, 2011).
2.6
Penyakit
Kelinci
yang terserang penyakit pada umumnya menunjukkan gejala-gejala antara lain lesu,
nafsu makan tidak ada, mata sayu, suhu badan naik turun, dan beberapa tanda
khas dari penyakit yang menghinggapinya. Kelinci yang menunjukkan tanda-tanda
seperti ini sebaiknya langsung dipisahkan untuk menghindari penyakit menular.
Beberapa penyakit yang menyerang antara lain,
coccidiosis (berak darah). Penyebabnya adalah coccidia, gejala penyakit ini
digolongkan menjadi 3 tipe yang ringan tanpa gejala, yang sedang mencret dan
kehilangan berat badan, yang berat perut tampak besar, mencret bercampur darah
yang diikuti pneumonia. Pencegahan dengan membersihkan dan mengeringkan
kandang. Pengobatan dengan obat sul-Q-Nox, Noxal, Sulfa Strong.
Pneumoia (radang
paru-paru). Disebabkan oleh sebangsa bakteri yaitu pasturella multocida.
Gejalanya antara lain pernafasan lewat hidung dan sesak nafas, mata dan telinga
berwarna kebiruan, paru-paru lembab dan kadang-kadang berisi nanah, dan diikuti
dengan mencret (scours). Dapat diobati dengan sul-Q-Nox yang dicampurkan pada
makanan atau minuman. Mastitis (radang susu). Disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus. Gejalanya antara lain temperatur naik, susu dalam keadaan
panas, serta kemerah-merahan. Air susu keruh, hitam keunguan, puting berwarna
merah tua atau kebiruan dan nafsu makan berkurang. Penyakit ini dapat diobati
dengan injeksi dengan penicillin 2 kali sehari. Kandang didesinfektan dan tidak
boleh memindahkan anak dari induk sakit ke induk yang sehat.
Bloat (kembung). Penyebabnya udara dalam
kandang lembab atau basah, angin langsung, salah makan. Gejalanya antara lain
biasanya kelinci berdiri dengan posisi membungkuk, kaki depan agak maju,
telinga turun, mata surut dan memicing, gigi berkerat menahan haus selalu
mendekati tempat minum, kotoran berwarna hijau gelap dan berlendir. Penyakit
ini dapat diobati dengan Stop Diare dan Gastrop, Hermohagil, Diarrheal
Enteritis.
Coriza atau pilek
(Snuff). Penyebabnya adalah bakteri. Gejalanya adalah bersin-bersin, nafsu makan
menurun dan kaki selalu menggaruk-garuk lubang hidung. Pencegahannya sanitasi
kandang, kepadatan kandang diperhatikan, peningkatan gizi pakan, pemberian
vitamin dan vegetable harus cukup. Pengobatan dengan
memberikan Cavia Drops(diberikan 3 sampai 5 tetes per hari per ekor).
(Anonymous, 2011).
BAB
III
MATERI
DAN METODE
Adapun
praktikun ternak potong non ruminansia ini dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Juni
2012 pukul 15.00 sampai 16.30 WIB, peternakan kelinci ”rabbit menoreh”, bertempat di peternakan kelinci milik bapak
Johar arifin yang beralamatkan di Dlaban, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta
nomor telepon 0274 6671905 atau 08157912500.
3.1 Materi
Adapun
alat alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya buku dan alat tulis
untuk mencatat hasil wawancara dengan bapak Johan, alat ukur (meteran) untuk
mengukur kandang kelinci, kamera digital digunakan untuk mengabadikan kunjungan
dan sebagai salah satu bukti praktikum, sedangkan bahan bahan yang digunakan
adalah kandang kelinci, berbagai jenis kelinci, pakan kelinci, urie kelinci,
kotoran kelinci.
3.2 Metode
Adapun
data yang diambil dalam praktikum ini adalah data diambil dengan survei atau
wawacara langsung dengan pemilik peternakan yang diselingi dengan tanya jawab
seputar manajemen beternak kelinci.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perkandangan
Bahan
kandang diantaranya alas dari bambo (mudah menyerap), dinding dari kawat (ram)
(sirkulasi terjaga baik), atap dari asbes, ukuran kandang battery dengan ukuran 100 cmx 75cm x 50cm. Kandang berfungsi
untuk melindungi kelinci dari pengaruh luar seperti cuaca buruk, binatang buas
dan pencuri. Menurut pengalaman dan pengamatan bahwa kelinci-kelinci yang
dikandangkan akan lebih mudah pengawasan, dan penanganannya. Memang tidak ada
standar baku dalam membuat kandang kelinci. Intinya adalah kelinci tersebut
merasa nyaman tinggal didalamnya sehingga akan menampilkan produksi terbaiknya.
Dari
data hasil pengamatan diatas, kandang yang dipakai adalah system battery dengan
ukuran 100cmx75cmx50cm, masing-masing untuk panjang, lebar dan tinggi.
Dalam literature disebutkan Kandang yang dianjurkan untuk memelihara kelinci adalah kandang system baterai. Dengan kandang system ini juga dapat dibuat bersusun atau bertingkat dengan dilengkapi semacam laci dari seng untuk menampung kotoran dan air kencing dari kelinci yang ada ditingkat atas. Bahan kandang adalah bilah bambu atau kayu dankawat.
Dalam literature disebutkan Kandang yang dianjurkan untuk memelihara kelinci adalah kandang system baterai. Dengan kandang system ini juga dapat dibuat bersusun atau bertingkat dengan dilengkapi semacam laci dari seng untuk menampung kotoran dan air kencing dari kelinci yang ada ditingkat atas. Bahan kandang adalah bilah bambu atau kayu dankawat.
Bahan
yang dipakai pada peternakan ini pun hampir sama seperti yang disebutkan dalam
lieteratur, yakni als terbuat dari bamboo, sedangkan dinding dari kawat (ram).
Ukuran yang sering digunakan orang adalah PxLxT = 90×60×60 cm. Apabila dalam sarang tersebut akan diletakkan sarang maka ukuran sarang berkisar PxLxT = 40×30×30cm. ukuran yang dipakai ternyata tidak berbeda dari apa yang digunakan pada peternakan kelinci milik bapak Johan ini.
Ukuran yang sering digunakan orang adalah PxLxT = 90×60×60 cm. Apabila dalam sarang tersebut akan diletakkan sarang maka ukuran sarang berkisar PxLxT = 40×30×30cm. ukuran yang dipakai ternyata tidak berbeda dari apa yang digunakan pada peternakan kelinci milik bapak Johan ini.
4.2 Pemilihan bibit kelinci
Perbedaan kelinci potong dan hias, potong BB tinggi, proporsi
tubuh sesuai standard contoh Giant, untuk hias rambutnya halus contoh Angora.
Calon induk yg baik, 1. Postur tubuh (panjang, perut kendor), 2. Rambut
(mengkilap), 3. Puting (panjang). Calon pejantan yg baik alat kelaminnya besar.
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut.
untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex
merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian,
Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak
yang cocok dipelihara.
Pemilihan
bibit dan calon induk adalah bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih
jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik,
sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi
genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya
sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat,
bulu tidak kusam, lincah atau aktif bergerak. Sesuai dengan keterangan yang
diberikan oleh pemilik peternaka maupun dari literatur, bahwa untuk kelinci
potong bobot badan memang yang diutamakan, sedangkan untuk jenis hias,
pertumbuhan rambutlah yang diutamakan. Untuk calon induk maupun pejantan dalam
literature dilihat secara keseluruhan, yaitu sifat fertilitas tinggi, tidak
mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah
atau aktif bergerak.
4.3 Pakan
Adapun
jenis pakan yang digunakan diantaranya, 1. Hijauan, yang
diberikan adalah rendeng( daun kacang tanah) dengan pemberian 20% dari berat
badan kelinci pada malam hari 2. Konsentrat, jenis yg diberikan adalah ampas tahu dan
bekatul diberikan pada pagi dan malam hari. Sistem pencernaan kelinci adalah sistem
pencernaan yang sederhana (monogastrik) dengan coecum dan usus besar. Tidak
seperti halnya hewan mamalia lainnya, kelinci mempunyai kebiasaan makan feses
yang telah dikeluarkan. Sifat ini disebut coprophagy. Keadaan ini sangat umum
terjadi pada kelinci dan hal ini berdasar pada kontruksi saluran pencernaannya.
Tatalaksana
pemberian pakan meliputi pemilihan jenis bahan baku pakan, pemenuhan jumlah
kebutuhan dan pola pemberian pakan. Kebutuhan protein pada kelinci berkisar
antara 12 s/d 18%. Tertinggi pada fase menyusui (18%) dan terendah pada dewasa
(12 %). Kebutuhan bahan kering pakan berdasarkan periode pemeliharaan
berturut-turut muda bobot 1,8-3,2 kg (112/173 g/ekor/hari), dewasa bobot
2,3-6,8 kg (92?204 g/ekor/hari), induk bunting bobot 2,3-6,8 kg (115-251
g/ekor/hari) dan induk menyusui dengan 7 anak bobot 4,5 kg (520 g/ekor/hari).
Jenis-jenis hijauan yang dapat diberikan sebagai pakan kelinci diantaranya rumput
lapangan, daun ubi jalar, daun singkong, daun wortel, daun kangkung, kobis,
daun turi dan lamtoro, dedak, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas tapioka, ubi
jalar, dan ubi kayu merupakan bahan pakan produk pertanian yang dapat diberikan
pada ternak kelinci. Pelayuan dan pencacahan pada hijauan merupakan perlakuan
terbaik sebelum diberikan pada ternak.
Pada
peternakan kelincinya, bapak Johan hanya memberikan sisa pembuatan tahu(ampas
tahu). Perebusan atau pencampuran dengan air panas pada konsentrat dapat
meningkatkan kualitas pakan dan mempercepat pertumbuhan kelinci. Konsentrat
yang akan diberikan dipilih dari bahan yang disukai, mudah didapat dan tersedia
secara kontinu. Konsentrat harus bersih, tidak rusak, tidak berjamur.
Konsentrat diberikan pada tempat pakan yang mudah dijangkau oleh kelinci. Untuk
konsentrat, dari hasil kunjungan kami, peternakan tersebut menggunakan ampas
tahu dan bekatul. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari. Konsentrat diberikan
pada pagi hari sekitar pkl 10:00 setelah pembersihan kandang dan ampas tahu,
bekatul serta hijauan(rendeng) diberikan malam hari. Waktu pemberianpun
berebeda dengan yang telah disebutkan pada literature, konsentrat pagi,
sedangkan hijauan siang dan sore, bila konsentrat di literature disebutkan diberikan
jam 10.00, maka bapak Johan memberikan konsentrat jam10.00, untuk hijauan
diberikan pada malam hari bersamaan dengan ampas tahu dan bekatul.
4.4 Reproduksi
Untuk
management perkawinan,
1.
Umur pertama kawin (induk) : 7 bulan
BB : 1,5 kg (untuk jenis inggris), 4,5 kg (untuk jenis Giant)
BB : 1,5 kg (untuk jenis inggris), 4,5 kg (untuk jenis Giant)
2.
Umur pertama kawin jantan pemacek : 12 bulan
BB
: 2 kg (untuk jenis
kecil), 5 kg (untuk jenis besar)
• Cara mengawinkan : kelinci betina dimasukkan ke dalam kandang pejantan.
• Management kebuntingan
1. Pemeriksaan kebuntingan : kelamin diraba, bila berminyak, berarti bunting
2. Waktu pemeriksaan kebuntingan : 5 hari sudah kelihatan buntingnya.
3. Persiapan menjelang melahirkan : dari kawin 25 hari, lalu menyiapkan kotak anak
4. Tanda birahi : 3A (abang, aboh, anget)
• Management setelah melahirkan
1. Metode penyusuan : disusui sendiri ( anak ada didalam kotak anak, lalu kotak dimasukkan dalam kandang induk)
2. Lama penyusuan : 2 bulan (untuk bibit)
3. Perkawinan lagi : 2 minggu
Contoh :
Pada peternakan tersebut ada kelinci yg baru melahirkan :
Jenis induk : New Zealand White
Jumlah anak : 8 ekor
Umur anak : 10 hari
BB induk : 4,5 kg
• Cara mengawinkan : kelinci betina dimasukkan ke dalam kandang pejantan.
• Management kebuntingan
1. Pemeriksaan kebuntingan : kelamin diraba, bila berminyak, berarti bunting
2. Waktu pemeriksaan kebuntingan : 5 hari sudah kelihatan buntingnya.
3. Persiapan menjelang melahirkan : dari kawin 25 hari, lalu menyiapkan kotak anak
4. Tanda birahi : 3A (abang, aboh, anget)
• Management setelah melahirkan
1. Metode penyusuan : disusui sendiri ( anak ada didalam kotak anak, lalu kotak dimasukkan dalam kandang induk)
2. Lama penyusuan : 2 bulan (untuk bibit)
3. Perkawinan lagi : 2 minggu
Contoh :
Pada peternakan tersebut ada kelinci yg baru melahirkan :
Jenis induk : New Zealand White
Jumlah anak : 8 ekor
Umur anak : 10 hari
BB induk : 4,5 kg
Diatas
adalah data dari kelinci yang kami amati di peternakan kelinci Prima rabbit,
disana disebutkan umur pertama kali induk dikawinkan adalah 7 bulan. Dalam
literature disebutkan adalah berkisar antara 5-6 bulan. Perbedaaan anatar keduanya
tidak terlalu mencolok. Disebutkan pula dalam literature Imbangan sex ratio
adalah 1:10, artinya seekor pejantan melayani 10 ekor induk. Untuk cara
mengawinkan adalah mayoritas orang memasukkan kelinci betina ke kandang jantan,
bukan sebaliknya. Bila menurut penuturan pemilik peternakan, bila pejantan yang
dimasukkan ke kandang betina, maka pejantan memerlukan adaptasi yang berlebih,
biasanya hanya berputar-putar didalam kandang, sehingga proses perkawinan
terganggu.
Untuk
pemeriksaan kebuntingan bila dari hasil kunjungan kami adalah, peternak meraba
kelamin, bila kelaminnya berminyak,berarti kelinci tersebut sedang bunting.
Biasanya kebuningan usia 5 hari sudah kelihatan, peternak pun biasanya, sesaat
sebelum menjelang kelahiran adalah menyiapkan kotak anak.
Sedangkan
dalam literature disebutkan Secara umum tanda-tanda kelinci yang sedang hamil
adalah si kelinci betina akan menolak untuk didekati oleh kelinci pejantan
setelah masa kawinnya, kemudian dengan berjalannya waktu, si calon induk akan
mulai terlihat mengumpulkan jerami-jerami atau sobekan kertas koran serta
disertai dengan perontokan bulu untuk membuat sarangnya kira-kira seminggu
sebelum masa kelahirannya. Kelinci yang sedang hamil juga memiliki nafsu makan
atau minum yang bertambah, maklum makanan yang tadinya hanya untuk si calon
induk kini harus berbagi dengan calon bayi yang dikandungnya. Kadang-kadang
prilaku agresive juga ditunjukan dan biasanya ini dialami oleh kelinci yang
baru pertama kali mengalami proses kehamilannya. Dapat pula dengan teknik
palpasi, yakni perabaan bagian bawah perut. Melakukan teknik palpasi pada masa
kehamilan yang telah melewati 2 minggu adalah lebih mudah menemukan embrio
dibandingkan yang 10 hari karena pada janin yang berusia 2 minggu
biasanya embrio sudah mulai turun kebawah.
Perbedaannya
disini adalah, peternak mengatakan, kebuntingan pada usia 5 hari sudah
terlihat, sedangkan pada literature, apabila dengan menggunakan teknik palpasi,
usia 10 hari, saja masih dibilang cukup sulit, untuk menentukan apakah yang
diraba benar embrio atau bukan, minimal terlihat adalah 2 minggu. Disinilah
letak perbedaannya.
Apabila
yang diharapkan dari ternak kelinci adalah bakalan maka induk bisa dikawinkan
7-10 hari setelah beranak. Tapi apabila yang diinginkan nantinya adalah sebagai
ternak pengganti (stock replacement) maka sebaiknya induk dikawinkan kembali
40-45 hari setelah beranak atau setelah anak-anak lepas sapih. Bila dalam hasil
pengamatan kami, induk dikawinkan kembali setelah 2 minggu. Untuk mengetahui
tanda birahi pada ternak kelinci sebelum dikawinkan, bila dari hasil kunjungan
adalah dengan 3A (Abang, aboh,anget) pada kelaminnya. Bila dari literature
disebutkan, kelinci akan , gelisah, menggosok-gosokkan dagunya pada sesuatu, vulva
basah berwarna merah jambu atau merah.
4.5 Penyakit
Dalam
peternakan tersebut ada beberapa kelinci yg sakit,
•
Jenis penyakit : scabies (kudis)
•
Tanda : pada bagian yg terserang rambutnya rontok, karena gatal biasanya
kelinci menggaruknya dengan menggesek-gesekkan bagian yg gatal ke kandang.
•
Jenis obat yg diberikan : formatin dan ipomex (mahal)
•
Pencegahan : biasanya pada saat pergantian cuaca diberi kencur (sebagai jamu)
•
Cara memberikan obat adalah dengan injeksi atau suntikan.
•
Selain scabies, penyakit yang pernah menyerang kelinci-kelinci disini adalah
kembung.
Hasil
pengamatan tentang berbagai penyakit yang menyerang kelinci sesuai hasil
kunjungan adalah seperti yang tertulis diatas. Sedangkan dalam literature,
disebutkan berbagai macam penyakit lainnya, diantaranya :
Coccidiosis
(berak darah). Penyebabnya adalah coccidia, gejala penyakit ini digolongkan
menjadi 3 tipe yang ringan tanpa gejala, yang sedang mencret dan kehilangan
berat badan, yang berat perut tampak besar, mencret bercampur darah yang
diikuti pneumonia. Pencegahan dengan membersihkan dan mengeringkan kandang.
Pengobatan dengan obat sul-Q-Nox, Noxal, Sulfa Strong.
Pneumoia
(radang paru-paru). Disebabkan oleh sebangsa bakteri yaitu pasturella
multocida. Gejalanya antara lain pernafasan lewat hidung dan sesak nafas, mata
dan telinga berwarna kebiruan, paru-paru lembab dan kadang-kadang berisi nanah,
dan diikuti dengan mencret (scours). Dapat diobati dengan sul-Q-Nox yang
dicampurkan pada makanan atau minuman.
Mastitis
(radang susu). Disebabkan oleh bakteri Staphylococcus. Gejalanya antara lain
temperatur naik, susu dalam keadaan panas, serta kemerah-merahan. Air susu
keruh, hitam keunguan, puting berwarna merah tua atau kebiruan dan nafsu makan
berkurang. Penyakit ini dapat diobati dengan injeksi dengan penicillin 2 kali
sehari. Kandang didesinfektan dan tidak boleh memindahkan anak dari induk sakit
ke induk yang sehat.
Bloat (kembung). Penyebabnya udara dalam kandang lembab/basah, angin langsung, salah makan. Gejalanya antara lain biasanya kelinci berdiri dengan posisi membungkuk, kaki depan agak maju, telinga turun, mata surut dan memicing, gigi berkerat menahan haus selalu mendekati tempat minum, kotoran berwarna hijau gelap dan berlendir. Penyakit ini dapat diobati dengan Stop Diare dan Gastrop, Hermohagil, Diarrheal Enteritis.
Bloat (kembung). Penyebabnya udara dalam kandang lembab/basah, angin langsung, salah makan. Gejalanya antara lain biasanya kelinci berdiri dengan posisi membungkuk, kaki depan agak maju, telinga turun, mata surut dan memicing, gigi berkerat menahan haus selalu mendekati tempat minum, kotoran berwarna hijau gelap dan berlendir. Penyakit ini dapat diobati dengan Stop Diare dan Gastrop, Hermohagil, Diarrheal Enteritis.
Coriza
atau pilek (Snuff). Penyebabnya adalah bakteri. Gejalanya adalah bersin-bersin,
nafsu makan menurun dan kaki selalu menggaruk-garuk lubang
hidung. Pencegahannya sanitasi kandang, kepadatan kandang
diperhatikan, peningkatan gizi pakan, pemberian vitamin dan vegetable harus
cukup. Pengobatan dengan memberikan Cavia Drops (diberikan 3 sampai 5 tetes per
hari per ekor).
Beberapa
penyakit tersebut diatas juga dapat menyerang kelinci, selain yang disebutkan
oleh bapak Johan sebagai peternak kelinci yang telah kami kunjungi. Dalam
literature juga disebutkan, bahwa kelinci yang terserang penyakit pada umumnya
menunjukkan gejala-gejala antara lain lesu, nafsu makan tidak ada, mata sayu,
suhu badan naik turun, dan beberapa tanda khas dari penyakit yang
menghinggapinya. Kelinci yang menunjukkan tanda-tanda seperti ini sebaiknya
langsung dipisahkan untuk menghindari penyakit menular. Dalam peternakan milik
bapak Johan, bila ada ternak yang sakit, beliau memang memisahkan antara ternak
yang sakit dan yang tidak. Biasanya, ternak yang sakit lebih sering dilepas
daripada dikandangkan. Saat kami berkunjung, ada satu ternak yang sakit dan
dipisahkan dari ternak yang lain, namun dilepas, tidak dikandangkan.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari kujungan peternakan kelinci “rabbit menoreh”
milik bapak Johar arifin yang beralamatkan di Dlaban, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta
adalah memilih bibit kelinci potong , BB besar, proporsi tubuh sesuai standard
contoh Giant, Kelinci hias, rambutnya halus contoh Angora. Calon induk yang baik, postur tubuh (panjang, perut kendor), rambut (mengkilap), putting (panjang), calon pejantan yang baik alat kelaminnya besar . Perkandangan , untuk bahan alas : bambu, dinding : kawat (ram), atap : asbes. Jenis : battery . Ukuran p x l x t = 100 x 75 x 50 cm. Untuk pakan yang diberikan berupa ampas tahu yang diberikan pagi hari, sedangkan pada malam hari diberikan bekatul, ampas tahu dan hijaunan (rendeng). Reproduksi , umur pertama induk kawin 7 bulan, BB 1,5 kg (jenis Inggris), 4,5 kg (jenis Giant). Umur pertama jantan pemacek 12 bulan, BB 5 kg (jenis besar), 2 kg (jenis kecil). Cara mengawinkan betina dimasukkan ke kandang pejantan. Pemeriksaan kebuntingan kelamin diraba, bila berminyak, berarti bunting atau dengan tekni palpasi (perabaan bagian bawah perut). Induk dapat dikawinkan lagi setelah berjarak 2 minggu, setelah masa sapih. Penyakit yang sering menyerang peternakan “Rabbit menoreh”, adalah scabies dan kembung. Scabies seperti kudis, ternak biasanya menggrukkan bagian yang terserang ke kandang, karena gatal. Jenis obat yang diberikan biasanya adalah formatin atau ipomex (mahal). Saat pergantian musim, biasanya ternak diberi kencur (sebagai jamu). Cara pemberian obat adalah dengan injeksi. Penyakit lain yang dapat menyerang ternak kelinci adalah pilek, radang paru-paru, radang usus, berak darah.
contoh Giant, Kelinci hias, rambutnya halus contoh Angora. Calon induk yang baik, postur tubuh (panjang, perut kendor), rambut (mengkilap), putting (panjang), calon pejantan yang baik alat kelaminnya besar . Perkandangan , untuk bahan alas : bambu, dinding : kawat (ram), atap : asbes. Jenis : battery . Ukuran p x l x t = 100 x 75 x 50 cm. Untuk pakan yang diberikan berupa ampas tahu yang diberikan pagi hari, sedangkan pada malam hari diberikan bekatul, ampas tahu dan hijaunan (rendeng). Reproduksi , umur pertama induk kawin 7 bulan, BB 1,5 kg (jenis Inggris), 4,5 kg (jenis Giant). Umur pertama jantan pemacek 12 bulan, BB 5 kg (jenis besar), 2 kg (jenis kecil). Cara mengawinkan betina dimasukkan ke kandang pejantan. Pemeriksaan kebuntingan kelamin diraba, bila berminyak, berarti bunting atau dengan tekni palpasi (perabaan bagian bawah perut). Induk dapat dikawinkan lagi setelah berjarak 2 minggu, setelah masa sapih. Penyakit yang sering menyerang peternakan “Rabbit menoreh”, adalah scabies dan kembung. Scabies seperti kudis, ternak biasanya menggrukkan bagian yang terserang ke kandang, karena gatal. Jenis obat yang diberikan biasanya adalah formatin atau ipomex (mahal). Saat pergantian musim, biasanya ternak diberi kencur (sebagai jamu). Cara pemberian obat adalah dengan injeksi. Penyakit lain yang dapat menyerang ternak kelinci adalah pilek, radang paru-paru, radang usus, berak darah.
Daftar pustaka
Anonymous,
1986. Pemeliharaan Kelinci dan Burung Puyuh. Yasaguna, Jakarta.
Kartadisastra. HR, 1995. Beternak Kelinci Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono. B, 1985. Beternak Kelinci Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yunus. M dan Minarti. S, 1990. Aneka Ternak. Universitas Brawijaya, Malang.
Kartadisastra. HR, 1995. Beternak Kelinci Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono. B, 1985. Beternak Kelinci Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yunus. M dan Minarti. S, 1990. Aneka Ternak. Universitas Brawijaya, Malang.
MANTAP JIWA MAS. SEMOGA SUKSES SELALU. GOD BLES YOU
BalasHapustnkz, to you... :)
Hapus