Gregorius Agung Pradipto, S.Pt instagram : greg_pradipto

Rabu, 25 Desember 2013

LAPORAN MAGANG TERNAK UNGGAS DI PETERNAKAN AYAM BROILER Dsn. Kali waru, Ds. Purwomanthani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman

LAPORAN MAGANG TERNAK UNGGAS
DI PETERNAKAN AYAM BROILER
Dsn. Kali waru, Ds. Purwomanthani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman










Disusun oleh :
1.      Grogerius Agung Pradipto        : 092199
2.      Agung Setyo Nugroho                : 102207
3.      Stifvanus Dwi Handoko             : 102210









AKADEMI PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2013





KATA PENGATAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan magang di peternakan ayam broiler serta dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
            Maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah merupakan salah satu syarat dari mata kuliah magang bidang ternak unggas di Akademi Peternakan Brahmaputra Yogyakarta.
            Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak drh. Khusnan, MP selaku Direktur Akademi Peternakan Brahmaputra.
2.      Bapak drh.Khusnan, MP juga selaku koordinator pembimbing magang bidang ternak unggas I.
3.      Bapak Ir. Harimurti F.T, MP selaku koordinator pembimbing magang bidang ternak unggas II.
4.      Bapak Ponimen selaku pemilik peternakan ayam broiler.
5.      Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya.


                                                                        Yogyakarta,  Juni 2013
                                                                                   
                                                                                    Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.................................................................................   ii
DAFTAR ISI..............................................................................................   iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................   iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................   v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................   1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Ayam Broiler....................................................................   3
Pemilihan DOC..................................................................................   4
Perkandangan.....................................................................................   4
Kebutuhan Nutrisi Broiler dan Air Minum........................................   6
Program Vaksin..................................................................................   8
Konveksi Pakan..................................................................................   9
Pertambahan Bobot Badan.................................................................   10
Konvensi Ransum...............................................................................   11
Periode Panen.....................................................................................   12
BAB III MATERI DAN METODE
Materi.................................................................................................   14
Metode...............................................................................................   15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen Pemeliharaan Periode Starter
Lokasi Kandang.................................................................................   16
Sterilisasi Kandang.............................................................................   18
Persiapan Pemeliharaan......................................................................   19
Perlakuan Saat DOC datang..............................................................   20
Manajemen Pemeliharaan Periode Pertubuhan
Pemberian Ransum dan Air Minum...................................................   23
Kandungan Nutrien Ransum..............................................................   24
IP ( Indeks Prestasi)...........................................................................   24
BAB V KESIMPULAN............................................................................   29
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................   30








DAFTAR TABEL
1.      Performans Broiler...........................................................................   3
2.      Kebutuhan Zat Nutrien Broiler Umur 0-6 Minggu..........................   6
3.      Perbandingan bagian Ukuran Kandang Selatan dan Utara.............   17
4.      Kandungan Nutrisi Ransum Ayam Pedaging di Peternakan...........   24
5.      Hasil Pemeliharaan Kandang Selatan..............................................   26
6.      Hasil Pemeliharaan kandang Utara..................................................   27
                                                          DAFTAR GAMBAR
1.      Kandang Selatan dan Utara.............................................................   17
2.      Penyemprotan Kandang bagian Luar dan Dalam............................   19
3.      Persiapan Lingkaran Pemanas Sebelum DOC datang.....................   20

4.      DOC dalam Lingkaran Pemanas......................................................   22



 BAB I
PENDAHULUAN
Ayam pedaging merupakan jenis varietas unggul saat ini. Hal ini dikarenakan jenis ayam ini mampu berproduksi 4x lebih cepat dibandingkan jenis ayam kampung. Ayam ras ( ayam pedaging ) dapat dikembangkan secara tradisional maupun sacara modern. Pengembangan tradisional yang dimaksud adalah dengan pemeliharaan yang dilakukan sebagai usaha sambilah tanpa memperhitungkan untung rugi dan dalam pemeliharaannya tanpa menggunakan teknologi maju. Sedangkan pengembangan secara modern merupakan sistem  yang aspek pemeliharaannya dilakukan secara intensif meliputi upaya seleksi dalam pemilihan bibit ( DOC ), perkandangan, pakan, vaksin, dan ekonomi.
Sistem pemeliharaan merupakan suatu aspek penting dalam pengembangan usaha ini. Karena dengan pemeliharaan yang baik, pastilah tumbuh kembang ini akan jauh berbeda dengan sistem pemeliharaan yang kurang baik. Perbedaan tersebut akan tampak kelihatan dari hasil akhir ( output ) produksi yang dihasilkan.
Dalam dunia bisnis, memperoleh keuntungan besar dalam waktu cepat merupakan target utama bagi pengelola. Hal ini akan tercapai jika pengelola mampu memanajemen seluruh aspek produksi seefisien mungkin. 
Magang ternak  unggas merupakan mata kuliah yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ternak unggas mulai dari  proses reproduksi sampai kepada manajemen pemeliharaan ternak unggas. Dalam magang ini diharapkan dapat menguasai bagaimana teknik- teknik ataupun manajemen pemeliharaan ayam broiler mulai dari persiapan kandang sampai ayam siap untuk di panen.
Adapun tujuan magang ini adalah untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan dalam tatalaksana pemeliharaan ayam broiler, serta menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dan belajar membekali diri dengan keterampilan untuk tujuan dunia kerja. Selain itu, tujuan praktikum ini yaitu untuk belajar bekerja sama, melatih sikap mandiri, bertanggung jawab, disiplin dan hidup bermasyarakat.

  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Ayam Broiler
Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya broiler ini siap panen pada usia 28-45 hari dengan berat badan 1,2-1,9 kg/ekor (Priyatno, 2000). Broiler sangat potensial diternakkan karena memiliki performans yang baik seperti pada Tabel. 1. Tabel. 1 Performans Broiler


Usia(Minggu)                          Berat Badan (Kg)       Konversi Pakan (Kg)
1                                              0,159                           0,92
2                                              0,418                           1,23
3                                              0,813                           1,40
4                                              1,265                           1,52
5                                              1,765                           1,65
6                                              2,255                           1,79
7                                              2,715                           1,93

8                                              3,135                           2,07
Sumber : Murtidjo (1987).
Rasyaf (2000) menyatakan bahwa karakteristik Abror Acress CP-707 yang dihasilkan oleh PT. Charoen Phokphand yaitu: berat badan 8 minggu : 2,1 kg, konsumsi ransum : 4,4 kg, konversi ransum : 2,2 kg, daya hidup : 98%, warna kulit : kuning, warna bulu : putih.

Pemilihan DOC
DOC ini sebenarnya berasal dari singkatan ''Day Old Chick'', yang dapat diartikan sebagai anak ayam yang berumur 1 hari. Bibit yang baik mempunyai kriteria sebagai berikut sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih, berat badan 37 g, dan posisi dalam kelompok menyebar. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima.
Perkandangan
Menurut Zainal Abidin (2002) kandang merupakan tempat hidup, tempat berproduksi, dan berfungsi untuk melindungi ayam dari gangguan binatang buas, melindungi ayam dari cuaca yang tidak bersahabat, membatasi ruang gerak ayam, menghindari resiko kehilangan ayam, mempermudah pengawasan, pemberian pakan dan air minum, serta pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
            Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
            Lokasi kandang dekat dengan sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah. Menurut Fadilah (2004), lokasi yang dipilih untuk peternakan harus tersedia sumber air yang cukup, terutama pada musim kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk ayam karena kandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah air yang dikonsumsi ayam bergantung pada jenis ayam, umur, jenis kelamin, berat badan ayam dan cuaca.
            Kandang dicuci dengan sprayer tekanan tinggi dari bagian atas, dinding dan tirai, hingga lantai. Proses pencucian ini harus meliputi semua bagian jangan sampai ada bagian yang terlewatkan serta menaburkan atau menyemprotkan kapur
tohor ke bagian dalam, lantai, dan sekeliling luar kandang Fadilah (2004). Rasyaf (2008) menjelaskan lebih lanjut bahwa kandang harus sudah dibersihkan dengan air bersih yang telah dicampur dengan pembunuh kuman/desinfektan. Semua peralatan, termasuk tempat ransum dan tempat minum.



Kebutuhan Nutrisi Broiler dan Air Minum
Untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi, ayam membutuhkan sejumlah nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Rasyaf, 1997). Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan produksi. Di samping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.  Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar  antara 2800-3400 kkal energi metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985). Kebutuhan zat nutrisi broiler pada fase yang berbeda tertera pada Tabel 2.

Tabel. 2  Kebutuhan Zat Nutrien Broiler Umur 0-6 Minggu

No       Umur                           Kandungan nutrisi ransum

Protein (%) EM (kkal) Lemak (%) SK(%) Ca (%) P (%)
1          Starter                         23        3200        4                  3-5       1          0,45

2          Finisher                       20        3200       3-4                3-6       0,9       0,4
Sumber : (NRC, 1984)
Daya cerna karbohidrat yang berupa pati cukup tinggi, sekitar 95%. Akan tetapi bila ada unsur-unsur pembangunan dari tanaman seperti selulosa dan hemisellulosa, lignin dan lain sebagainya menyebabkan daya cerna karbohidrat akan menurun. Zat-zat tersebut merupakan salah satu unsur penentu daya cerna energi. Kadar serat kasar yang tinggi akan menurunkan nilai daya cerna dari bahan ransum, sehingga dapat menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan ternak (Anggorodi, 1985).
Menurut Rasyaf, 1993 ransum untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua yaitu ransum untuk periode starter dan ransum untuk periode finisher . Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus yang digantung. Fadilah (2004) menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum berbentuk: tepung pada periode starter, butiranpecah pada periode finisher dan terkadang diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang tepat (Sudaro dan Siriwa, 2007). Alamsyah (2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada ternakdisesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC.
Pemberian air minum dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006).
Program Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami.Vaksin dibagi menjadi dua yaitu vaksin aktif adalah vaksin yang mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada vaksin inaktif atau pasif.
            Vaksin inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau dimatikan tanpa merubah stuktur antigenik, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, tetapi keuntungannya dapat disuntikan pada ayam yang diduga sakit. Adapun persyaratan dalam vaksinasi, ayam harus sehat, dosis dan kemasan vaksin harus cepat, sterilisasi alat alat, lebih efektif  dilakukan pagi hari. Vaksinasi yang penting pada ayam broiler yaitu vaksinasi ND/tetelo.  Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 - 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap kering. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata. Dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.
Konversi Pakan
Sesuai dengan tujuan pemeliharaannya yaitu memproduksi daging sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah pemberian pakan tidak dibatasi (ad libitum) artinya berapa saja jumlah pakan yang dapat dihabiskan, itulah yang diberikan (Kartadisastra, 1994).
Menurut Wahyu (1992), konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum, umur, aktivitas ternak, palatabilitas ransum, tingkat produksi dan pengelolaannya. Parakkasi (1983) menyatakan bahwa komposisi kimia dan keragaman ransum erat hubungannya dengan konsumsi ransum.  Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa palatabilitas merupakan sifat performans dari bahan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki bahan-bahan pakan tersebut, hal ini tercermin oleh organolektif seperti penampilan, bau, rasa dan temperatur.
Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energi, sehingga jumlah pakan atau ransum yang dikonsumsi tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila konsentrasi protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi energi metabolis tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi pakan atau ransum untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman et al, 1991). Anggorodi (1985) menyatakan bahwa bloiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Sedangkan Widodo (2002) menyatakan bahwa ayam cenderung meningkatkan konsumsi jika diberi pakan energi rendah.

Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan.
Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi ransum dan terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami.
Untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang maksimal maka sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Yamin, 2002).
Kartadisastra (1997), menyatakan bahwa bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobot tubuhnya, makin tinggi pula tingkat konsumsinya terhadap ransum. Bobot tubuh ternak dapat diketahui dengan penimbangan. Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam ransum.

Konversi Ransum
Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi pakan pada broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 pounds atau 1 kg berat hidup.
 Konversi ransum dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan keadaan unggas (Anggorodi, 1985).
Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien.
Lestari (1992), menyatakan angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai gizi rendah.
Konversi ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan pada minggu itu (Rasyaf, 1994).


Rumus konversi ransum :

Jumlah ransum yang dikonsumsi
Konversi ransum :       n =       Bobot badan pada waktu yang sama


Periode Panen
Jadwal pertama panen biasanya telah ditentukan ketika ayam akan dipelihara (Fadilah, 2005). Selanjutmya, ayam yang akan dipanen harus dikurangi pakannya atau dipuasakan (tidak diberi makan) selama 4 sampai 6 jam sebelum ditangkap agar sisa pakan tidak terlalu banyak (tembolok ayam tidak penuh). Tembolok ayam yang penuh tidak disukai rumah potong ayam (RPA). Ayam harus bebas antibiotik 5 hari hingga 2 minggu sebelum panen tergantung jenis antibiotik.
Jumlah dan ukuran ayam yang akan ditangkap harus sesuai surat permintaan (delivery order) (Fadilah, 2005). Selanjutnya, berat ayam biasanya diklasifikasikan menjadi ukuran kecil (0,8-1,2 kg), sedang (1,3-1,6 kg), besar (lebih dari 1,7 kg). Ayam yang dijual ke RPA harus ditimbang bersama keranjangnya untuk menghindari banyak ayam yang rusak. Timbangan yang dipakai berupa timbangan duduk kapasitas 50 kg. Ayam yang akan ditimbang dimasukan ke keranjang plastik standar (7,8 kg). Kapasitas 1 keranjang bisa diisi 12-15 ekor ayam ukuran kecil atau 8-10 ekor ayam ukuran sedang dan besar. Hasil penimbangan ayam yang ditangkap dicatat secara benar dan jelas pada nota penimbangan.
Kegiatan yang dilakukan pasca panen adalah mengumpulkan peralatan kandang, membersihkan, menghitung pakan yang tersisa, dan menghitung presentasi produksi ayam (Fadilah, 2005). Selanjutnya, peersentasi kematian (deplesi) dapat dihitung : jumlah ayam awal dikurangi jumlah ayam yang dijual dikalikan 100 % kemudian dibagi jumlah ayam awal, rerata berat ayam yang dijual dapat dihitung : total berat ayam yang dijual dibagi dengan total ayam yang dijual, konversi pakan (FCR) dapat dihitung : total pakan yang diberikan dikurangi total pakan sisa dibagi dengan total berat ayam yang dijual,  dan rerata umur panen dapat dihitung : umur ayam yang dipanen dikalikan dengan jumlah ayam yang dijual dibagi dengan total ayam yang dijual.


  

BAB III
MATERI DAN METODE
            Magang ternak unggas ini dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2013 sampai 26 April 2013 di peternakan ayam broiler milik Bapak Ponimen. Di Dusun Kali waru, Desa Purwomathani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Materi
            Materi yang digunakan dalam magang ternak unggas ini adalah ayam broiler yang berjumlah 8000 ekor dan 7500 ekor tipe CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm , pakan yang terdiri dari tiga jenis yaitu S- 10, S- 11 dan S-12 GL produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia, vitamin yang diberikan adalah Perfexsol- L produksi PT. Trouw Nutrition Indonesia, untuk disinfektan kandang menggunakan Virukill produksi PT. Novindo Agritech Hutama. Alat – alat yang digunakan antara lain tempat pakan dan minum otomatis, 2 kandang ayam yang bertipe panggung dengan lantai dari bambu, lingkar pemanas, pemanas dengan menggunakan gas olek, sekam, jaring pada lantai, karung bekas tempat pakan untuk melapisi lantai.


                                                                 
Metode
Metode yang digunakan dalam magang ini adalah metode observasi dengan mengambil data primer. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dengan berpartisipasi aktif di lapangan meliputi persiapan kandang dan sterilisasi kandang, pemberian sekam, pemasangan pemanas serta lingkar pemanas, pemberian tempat pakan dan minum, perlakuan terhadap DOC yang baru datang, penghitungan kematian, pemberian pakan dan minum, perhitungan pakan yang dihabiskan, membersihan tempat pakan dan minum, pembersihan sekam serta periode panen  dan wawancara langsung dengan pemilik peternakan ayam juga anak kandang.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen Pemeliharaan Periode Starter
Lokasi dan kandang
Lokasi kandang yang digunakan untuk magang 2 km dari keramaian,perumahan dan dikelilingi dengan persawahan , serta kolam – kolam. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakakan bahwa lokasi peternakan ayam pedaging sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau dipilih lokasi yang sunyi. Sudaryani (1995) menyatakan bahwa lokasi kandang sebaiknya 1 km jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi kandang dekat dengan sumber air tetapi tidak becek serta sarana transportasi mudah. Menurut Fadilah (2004),  lokasi yang dipilih untuk peternakan harus tersedia sumber air yang cukup, terutama pada musim kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk ayam karena kandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah air yang dikonsumsi ayam bergantung pada jenis ayam, umur, jenis kelamin, berat badan ayam dan cuaca.
Kandang ayam yang digunakan dalam magang  ini berupa 2 kandang panggung dengan alas terbuat dari bilah bambu yang lapisi dengan sekam yang sering disebut dengan kandang litter sehingga lantai kandang tidak menyebabkan kaki terluka akibat terjepit bilah bambu dan kaki tidak mengeras. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa kandang dengan tipe litter pengelolaannya lebih mudah dan praktis, hemat tenaga dan waktu, lantai kandang relatif tahan lama, lantai tidak mengakibatkan telapak kaki ayam terluka, dan mengeras serta litter merupakan media yang baik untuk mencakar-cakar debu atau mandi debu yang memberikan kenyamanan bagi ayam. Untuk ukuran bagian- bagian kandang dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 3. Perbandingan bagian ukuran kandang selatan dan utara

            Bagian- bagian                                                Ukuran dan Bahan

Kandang selatan         Kandang utara
            Panjang                                               62 m                            57 m
            Lebar                                                   14 m                            12 m
            Tinggi panggung                                 2 m                              2 m
            Tinggi kandang                                   2 m                              2 m
            Kemiringan atap                                  30 derajat                    30 derajat
            Alas kandang                          Lantai bambu              Lantai bambu

            Atap                                        dari genting                 dari asbes dan genting                                   


            Gambar 1.  Kandang selatan dan utara.

Sterilisasi Kandang
Sterilisasi dilakukan sebelum dan sesudah pemeliharaan yaitu pada saat kandang kosong selama 8 hari  yaitu meliputi pembersihan lantai kandang, dinding dan atap kandang, pengapuran kandang, penyemprotan kandang dengan desinfektan, serta pencucian tempat ransum dan minum serta kotoran ayam. Desinfektan kandang dengan menggunakan Virukill dilakukan 2 -3 hari sebelum DOC tiba. Usaha pencegahan penyakit yang lain adalah senantiasa menjaga kebersihan kandang dan peralatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa kandang harus sudah dibersihkan dengan air bersih yang telah dicampur dengan pembunuh kuman atau desinfektan. Semua peralatan, termasuk tempat ransum dan tempat minum. Fadilah (2004) menjelaskan lebih lanjut, mencuci kandang dengan sprayer tekanan tinggi dari bagian atas, dinding dan tirai, hingga lantai. Proses pencucian ini harus meliputi semua bagian jangan sampai ada bagian yang terlewatkan serta menaburkan atau menyemprotkan kapur tohor ke bagian dalam, lantai, dan sekeliling luar kandang. ( Gambar. X )


Gambar 2. Penyemprotan kandang bagian luar dan dalam.

Persiapan Pemeliharaan


            Setelah kandang dibersihan dan diistirahatkan selama 8 hari, mulai dilakukan persiapan pemeliharaan untuk periode yang baru. Sebelum DOC datang kandang perlu dipersiapakan dengan baik, mulai dari alas kandang. Untuk tahap persiapan alas dilapisi dengan jaring, selanjutnya dipasang kantong bekas pakan ayam yang bersih baru ditabur dengan sekam yang kering dengan ketebalan 2 -3 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2004), bahwa jenis litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji. Selanjutnya dilakukan pemasangan lingkaran pemanas dengan diameter kurang lebih 5 meter, pemanas itu sendiri menggunakan gas olek, hal ini dirasa lebih bisa mempertahankan kehangatan dan biaya lebih murah, setiap kandang terdapat 10 lingkaran pemanas, dengan setiap lingkaran terdapat 10 tempat minum otomatis dan 10 tempat pakan. Untuk tahap akhir persiapan sebelum DOC datang adalah pemasangan tirai dan penyemprotan disinfektan pada sekam.


Gambar 3.  Persiapan lingkaran pemanas sebelum DOC datang.

Perlakuan Saat DOC Datang
            Pemeliharaan ayam broiler meliputi pemilihan bibit, perkandangan, pemeliharaan, pencegahan penyakit dan pola pemberian ransum. Bibit ayam broiler yang dipelihara dipeternakan tersebut berupa anak ayam umur sehari (DOC) galur CP 707 yang berasal dari PT. Charoend Pokphand Jaya Farm dengan bobot badan awal rata-rata 37 gram per ekor, dengan harga Rp. 6.500 per ekor yang telah di vaksin ND Kill, IBD dan IB. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2004) yang menyatakan bahwa kegiatan pertama yang harus dilakukan ketika DOC datang adalah memperhatikan dan memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan, baik kualitas maupun kuantitasnya. DOC yang berkualitas baik antara lain mempunyai ciri kakinya besar dan basah seperti berminyak, bulu cerah dan penuh, DOC terlihat aktif dan beratnya tidak kurang dari 37 g. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima. Untuk selanjutnya DOC ditempatkan pada lingkaran pemanas, setiap lingkaran pemanas berisi 750 ekor untuk kandang utara sebanyak 10 lingkaran pemanas dan 800 ekor untuk kandang selatan sebanyak 10 lingkaran pemanas, dengan suhu pemanas diatur sesuai fisiologis DOC, tahap berikutnya diberi larutan gula dengan harapan mengembalikan energi yang hilang selama perjalanan menuju tempat peternakan, setelah larutan gula habis, barulah diberi multivitamin untuk siang harinya dan antibiotik untuk malamnya atau sebaliknya secara ad libitum dengan tujuan ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup
lebih lama tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006). Pakan diberikan jenis S-10 dengan butiran yang lebih halus mulai dari umur 1 – 10 hari, diberikan secara ad libitum. Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus yang digantung. Alamsyah (2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada ternak disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC.


Gambar 4.  DOC dalam lingkaran pemanas.
Manajemen Pemeliharaan Periode Pertumbuhan
Pemberian Ransum dan Air minum
            Pemberian ransum ayam pedaging yang diberikan ada 2, yaitu: ransum
pada periode starter dalam bentuk butiran yang lebih halus secara adlibitum. Ransum diletakkan pada litter yang diberi tempat pakan khusus DOC. Periode finisher ransum diberikan dalam bentuk crumble secara adlibitum. Ransum diletakkan dalam tempat pakan yang digantungkan dan pemberian dilakukan 2 kali sehari pada jam 07.00 WIB dan 14.00 WIB. Rasyaf (1992) menyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan dua sampai tiga kali sehari akan menguntungkan secara teknis maupun ekonomis dalam pengelolaan pakan ayam. Pemberian ransum secara adlibitum supaya pertumbuhan ayam dapat berjalan cepat (Fadilah, 2004).
Pemberian air minum dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi. Air minum ditambahkan vitamin dan antibiotik untuk menjaga kondisi tubuh ayam.  Hal ini sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1993) yang menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari keran otomatis. Dijelaskan lebih lanjut oleh Rizal (2006) bahwa konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya.

Kandungan Nurtien Ransum
Pakan yang digunakan pada fase starter adalah S-10 yang diberikan pada umur 1-10 hari dan S-11 yang diberikan pada umur 1-21 hari, tetapi di peternakan diberikan setelah umur 10- 21 hari yang diproduksi PT. Charoen Pokphand Indonesia merupakan ransum komplit yang dapat langsung diberikan pada ayam. Ransum yang digunakan pada fase finisher adalah S-12 GL yang diproduksi PT. Charoen Pokphand Indonesia. Kandungan nutrisi ransum tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.  Kandungan Nutrisi Ransum Ayam Pedaging di Peternakan

Nutrisi Ransum                       Ransum*                                 Standar**

                                    Starter             Finisher           Starter             Finisher
EM ransum(kkal/kg)   -                       3100-3200       2800-3200       2800-3300
Protein (%)**              21-23               19-21               18-23               18-22
SK (%)***                  5                      5                      5                      5
Ca (%)***                   0,9                   0,9                   0,9-1                0,9-1
P (%)***                     0,6                   0,6                   0,7-1                0,7-1               

*Data Magang (2013)
**Rasyaf (1994)
***Siregar (1970)
Energi metabolis dari ransum yang digunakan pada periode starter adalah -kkal/kg dan untuk periode finisher sebesar 3100-3200 kkal/kg. Energi metabolis pada ransum sudah mencukupi kebutuhan pada ayam broiler. Standar energi ransum ayam pedaging untuk periode starter adalah 2800-3200 kkal/kg dan untuk periode akhir atau finisher energi metabolis sebesar 2800-3300 kkal/kg (Rasyaf, 1994). Kandungan energi metabolis perlu ditingkatkan bila cuaca lebih dingin dan diturunkan pada cuaca yang lebih panas. Ayam yang dipelihara pada suhu yang lebih tinggi membutuhkan energi untuk mempertahankan suhu tubuh lebih sedikit dibandingkan yang dipelihara pada suhu yang lebih rendah (Amrullah, 2004).
Kandungan protein ayam pedaging periode starter adalah 21-23 % sedangkan untuk periode finisher adalah 19-21 %. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa standar protein untuk periode starter adalah 18-23 % dan periode finisher adalah 18-22%. Ayam yang lebih tua membutuhkan protein yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang muda. Masa awal ransum harus mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum masa pertumbuhan dan masa akhir (Amrullah, 2003).
Kandungan serat kasar ransum pada fase starter 5 % dan pada fase finisher
sebesar 5%. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1970) yang menyatakan bahwa penggunaan serat kasar dalam ransum ayam sebesar 5%. Anggorodi (1994)
menyatakan bahwa kesanggupan ternak dalam mencerna serat kasar tergantung dari jenis alat pencernaan yang dimiliki oleh ternak tersebut dan tergantung pula dari mikroorganisme yang terdapat dalam alat pencernaan.
Kandungan kalsium dan fosfor ransum pada fase starter 0.9 % dan ransum
untuk fase finisher 0.9 %, sedangkan kandungan fosfor 0,6 %. Nilai tersebut dapat dinyatakan telah mencukupi kebutuhan Ca untuk fase starter dan finisher, tetapi untuk P masih kurang.  Siregar (1970) menyatakan bahwa kebutuhan anak ayam (starter) akan Ca adalah 0,9-1,0% dan ayam sedang tumbuh adalah 0,9-1,0%. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kebutuhan fosfor untuk ayam pedaging adalah 0,7-1.0. Ransum ternak unggas perlu mengandung mineral Ca dan P dalam jumlah yang cukup.
IP (Indek Prestasi)
            Dari pemeliharaan ayam broiler pada peternakan setelah panen diperoleh data-data dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 5. Hasil pemeliharaan kandang selatan
1.      Populasi awal  8.000 ekor
2.      Populasi akhir  7750
3.      Umur panen 42 hari
4.      Berat panen total 15580,8 Kg
5.      Jumlah pakan total 26350 Kg
6.      Berat DOC 37 gram/ ekor
7.      Ayam mati / afkir 250 ekor
8.      Waktu panen
-Umur 29 hari panen 300 ekor berat rata-rata 1,0 kg
-Umur 30 hari panen 240 ekor berat rata-rata 1,05 kg
-Umur 34 hari panen 1456 ekor berat rata-rata 1,75 kg
-Umur 35 hari panen 647 ekor berat rata-rata 2,02 kg
-Umur 38 hari panen 1344 ekor berat rata-rata 2,02 kg
-Umur 40 hari panen 2385 ekor berat rata-rata 2,25 kg

-Umur 42 hari panen 1378 ekor berat rata-rata 2,23 kg
Data harian dipeternakan (2013)
a.       Tingkat kematian (deplesi)
D         =          Populasi awal – jumlah ayam panen x 100%

                                    Populasi awal

            =          8000 – 7750 x 100%
                        8000
            =          250/8000 x100%
            =          3,12 % (presentasi deplesi maksimal 5 %)
b.      Berat badan
BB       =          Bobot timbang (kg)

                        Jumlah ayam (ekor)

            =          15580,8
                                    7750
                        =          2,01 kg
c.       FCR

Fcr       =          Jumlah pakn yang dikonsumsi (kg)
                                                Berat badan yang dihasilkan (kg)
                       



                        =          26350 kg
                                    15580,8 kg – (0,037 kg x 8000 ekor)
                                    Karena menghitung berat yang dihasilkan berarti harus dikurangi berat awal (DOC = 37 g).
                         =         26350 kg

                                    15284,8 kg
                         =         1,7 kg
d.      Rata-  rata umur panen

A/U      =         É› ( U x P )
                                     Total populasi terpanen
                         = ( 29 x 300) + (30 x 240) + (34 x 1456) + (35 x 647) +
(38 x 1344) + (40 x 2385) + (42 x 1378)

                                                7750
                         =         37,7 hari
e.       Indeks Prestasi (IP)

IP         =         (100 – D) x BB x 100
                        FCR x ( A/U )

             =         ( 100% - 3,12%) x 2,01 kg x 100
                                                         1,7 kg x 37,7 hari
                         =         303, 83 ( Standar IP ≥ 300)
                                    ( Peternakan telah berjalan dengan optimal)

Tabel 6. Hasil pemeliharaan kandang utara
1.     
Populasi awal  7500 ekor
2.      Populasi akhir  7174 ekor
3.      Umur panen 42 hari
4.      Berat panen total 14113,2 kg
5.      Jumlah pakan total 22450 kg
6.      Berat DOC 37 gram/ ekor
7.      Ayam mati/ afkir 326 ekor
8.      Waktu panen
-Umur 30 hari panen 360 ekor berat rata-rata 1,06 kg
-Umur 34 hari panen 2912 ekor berat rata-rata 1,9 kg
-Umur 35 hari panen 549 ekor berat rata-rata 1,83 kg
-Umur 36 hari panen 698 ekor berat rata-rata 1,85 kg
-Umur 39 hari panen 513 ekor berat rata-rata 2,14 kg
-Umur 40 hari panen 1763 ekor berat rata-rata 2,19 kg

-Umur 42 hari panen 382 ekor berat rata-rata 2,21 kg
Data harian dipeternakan (2013)


a.       Tingkat kematian ( deplesi)

D         =          Populasi awal – jumlah ayam panen x 100%
                                                Populasi awal

                        =          7500 ekor – 7174 ekor x 100%
                                                7500 ekor

                        =          326 ekor x 100%
                                    7500 ekor
                        =          4, 34 %
b.      Berat badan

BB       =          Bobot timbang (kg)
                        Jumlah ayam (kg)

            =          14113,2 kg
                        7174 ekor
            =          1,96 kg
c.       FCR

Fcr       =          Jumlah pakan yang dikonsumsi (kg)
                        Berat badan yang dihasilkan (kg)

            =          22450 kg
                        14113,2 – (0,037 kg x 7500 ekor)
                                    Karena menghitung berat yang dihasilkan berarti harus dikurangi berat awal ( DOC 37 g).

                        =          22450 kg
                                    13835, 7 kg
                        =          1,6 kg
d.      Rata- rata umur panen

A/U     =          É› ( U x P )
                        Total populasi terpanen
= (30 x 360) + (34 x 2912) + (35 x 549) + (36 x 698) + (39 x 513)

    + (40 x 1763) + (42 x 382)
                                    7174

=          260722
            7174
=          36, 3 hari
e.       Indeks Prestasi

IP        =          (100 – D) x BB x 100
                        FCR x ( A/U )

            =          (100% - 4,34%) x 1,96 kg x 100
                                    1,6 kg x 36,2 hari
            =          322, 81 (Standar IP ≥ 300 )
                        (Peternakan telah berjalan dengan optimal)






BAB V
KESIMPULAN
            Berdasakan hasil magang ternak unggas di peternakan ayam broiler milik Bapak Ponimen dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Ayam pedaging yang digunakan adalah ayam broiler yang berjumlah 8000 ekor dan 7500 ekor tipe CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm , pakan yang terdiri dari tiga jenis yaitu S- 10, S- 11 dan S-12 GL produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia, vitamin yang diberikan adalah Perfexsol- L produksi PT. Trouw Nutrition Indonesia, untuk disinfektan kandang menggunakan Virukill produksi PT. Novindo Agritech Hutama dan tanpa dilakukan program vaksinasi.
2.      Jumlah kematian atau deplesi untuk kandang sebelah selatan sebanyak 3,12 %, berat badan mencapai 2,01 kg, fcr sebesar 1,7 kg, rata-rata umur panen adalah 37,7 hari dan indeks prestasi (IP) 303,83.
3.      Untuk jumlah kematian kandang sebelah utara sebanyak 4,34%, berat badan mencapai 1,96 kg, fcr sebesar 1,6 kg, rata-rata umur panen 36,3 hari dan indeks prestasi  (IP) adalah 322,8.
4.      Secara umum peternakan ayam broiler berjalan dengan optimal.


DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, R. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar Swadaya. Jakarta
.
Amrulah, Ibnu Katsir. 2004. Nutrien Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi.
 Bogor

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas
 PT. Gramedia. Jakarta

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Harto, W. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Karnisius. Yogyakarta.

Kartasudjana, R dan Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
 Swadaya. Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta
Sudaro, Yani dan Anita Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX.
 Penebar Swadaya. Jakarta

Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
 Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanisius.
 Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1993. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Bogor.

Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 2000. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Bogor.

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta

Rizal, Yose. 2006. Ilmu Nutrien Unggas. Andalas University Press. Padang

Siregar, A.P., dan M. Sabrani. 1970. Teknik Modern Beternak Ayam. C.V.
 Yasaguna. Jakarta.

Tillman, A. D., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., S. Lebdosoekoso. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrien Unggas. Cetakan III. Gadjah Mada University
 Press. Yogyakarta.

Williamson, G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Djiwa Darmadja dan Ida Bagus Djagna)


















                                        


Lampiran

Kegiatan magang


1.     
Penyemprotan kandang.
2.      Alat Sancin untuk menyedot air.


3.      Pembersihan dasar kandang dari sisa kotoran.
4.      Kotoran diangkut mengunakan truk.


5.      Pemberian liter.
6.      Pemesangan gascolec.







1 komentar:

  1. Ini lengkap gan, ane titip yak
    http://aminmaulani.blogspot.co.id/2015/05/contoh-proposal-aplikasi-android-dan.html

    BalasHapus