Gregorius Agung Pradipto, S.Pt instagram : greg_pradipto

Rabu, 25 Desember 2013

PENGARUH LEVEL PROTEIN PADA PENGGANTIAN PAKAN KOMERSIAL BROILER STARTER DENGAN DEDAK JAGUNG TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG SUPER UMUR 3 – 7 MINGGU

PENGARUH  LEVEL PROTEIN PADA PENGGANTIAN PAKAN KOMERSIAL BROILER STARTER DENGAN DEDAK JAGUNG TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG SUPER UMUR 3 – 7 MINGGU



                    

TUGAS AKHIR












Oleh:


GREGORIUS AGUNG PRADIPTO
NIM : 091299 / APB
Jurusan : Produksi Ternak


AKADEMI PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2013



PENGARUH  LEVEL PROTEIN PADA PENGGANTIAN PAKAN KOMERSIAL BROILER STARTER DENGAN DEDAK JAGUNG TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG SUPER UMUR 3 – 7 MINGGU



TUGAS AKHIR




Diserahkan Guna Melengkapi Sebagian Ayarat
Yang Diperlukan Untuk Memperlukan Gelar
Ahli Madya Peternakan



Oleh:
GREGORIUS AGUNG PRADIPTO
NIM : 091299 / APB
Jurusan : Produksi Ternak


AKADEMI PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2013



PENGESAHAN


PENGARUH 
LEVEL PROTEIN PADA PENGGANTIAN PAKAN KOMERSIAL BROILER STARTER DENGAN DEDAK JAGUNG TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG SUPER UMUR 3 – 7 MINGGU
Disusun oleh :
GREGORIUS AGUNG PRADIPTO
NIM : 092199 / APB

Telah Diprtahankan Di hadapan Dosen Penguji Pada tanggal 18 Juni 2013
Dan Diterima Guna Memenuhi Sebagian Syarat Yang Dipertukan Untuk

Memperoleh Gelar Ahli Madya Peternakan
Di
AKADEMI PERTERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA

Tim Penguji
               Penguji 1          : Ir. Dwi Kusmanto, M.P                                            (                      )
Penguji 2          : Ir. Wahyu Prihtiyantoro, M.P                                    (                      )
Pembimbing     : Ir. Harimurti FT, M.P                                                (                      )


Mengantuhi
Akademi Peternakan Brahmaputra Yogyakarta
Direktur



(drh. Khusnan, M.P)





BAB I
PENDAHULUAN

Latar Balakang

Rasyaf (1992) menyatakan pertambahan jumlah penduduk di indonesia semakin cepat dengan peningkatan laju pertumbuhan roda pambangunan yang diikuti dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Kesadaran akan meningkat, maka meningkat pula kebutuhan protein hewani akibatnya kebutuhan akan daging dan telur sebagai sumber protein mengalami peningkatan. Untuk mengimbangi adanya pertambahan penduduk serta menambah permintan akan kebutuhan protein, maka selah satu upaya yang dianjurkan oleh pemerintah adalah pengembangan ayam kampung.
Wibowo (1996) menyatakan ayam kampung memiliki potensi yang lebih besar jika dibanding ayam lainnya karna ayam kampung dapat beradaptasi secara cepat terhadap lingkungan, juga nilai gizi dari telur dan daging ayam kampung sangat tinggi. Dengan demikian kemampuan ayam kampung dalam beradaptasi sangat cepat menjadikan ayam kampung cukup tahan terhadap penyakit dan perubahan iklim di indonesia.
Aman Yaman (2011) menyatakan bahwa eksistensi ayam lokal atau populer dengan sebutan ayam kampung ditengah masyarakat sebagai sumber protein, baik sebagai hasil telur maupun daging, sampai  sekarang belum mampu digantikan oleh jenis ayam ras. Banyak upaya yang telah dilakukan masyrakat untuk memperdayakan dan mengembangkan fungsi dan manfaatan ayam kampung. Disisi lain juga, telah diyakini bahwa potensi ayam ini hanya dapat ditingkatkan dan dijaga kemurniannya melaui proses pemulihbiakan (breeding) yang tepat dan terarah serta dilakukan secara berkesinabungan. Upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis sekaligus daya saing ayam kampung dapat dilakukan dengan cara mengali potensinya sebagai ayam pedanging, seperti halnya upaya pengembangan Ayam Lokal Pedaging Unggul (ALPU) yang dihasil kan dengan pengalian genetik ayam lokal pedaging unggul yang sering kita sebut juga ayam kampung super.
Anonimus (2012) bahwa ayam kampung super merupakan hasil persilangan genetik ayam kampung dengan ayam-ayam lain yang memiliki genetik lebih baik dibandingkan dengan ayam kampung pada umumnya. Ayam kampung super yang ada dilapangan selama ini diproduksi oleh breeder-breeder lokal, hasilnya pun bervariasi jika dilihat dari performa pertumbuhan, daya tahan, tekstur daging dan yang terpenting adalah warna bulu. Ayam kampung jenis ini kebanyakan saat ini didominanasi warna putih, hanya beberapa warna hitam dan beberapa warna lain. Ayam kampung super yang disukai peternak terutama di jawa adalah yang berwarna hitam dengan postur besar dan gagah.
Pemaliharan ayam kampung super bagi sebagian besar masyarakat dilakukan secara ekstensif sehingga hasil yang diperoleh kurang mencakupi kebutuhan konsumen, baik dalan hal kualitas dan kwantitas produksinya dan untuk memperbaiki dan maningkatkan produksi ayam kampung diperlukan pemeliharan internsif dengan perbaikan potensi dan juga dikuti dengan perbaikan lingkungan, utama perkandangan dan pakan yang bargizi.
Rasidi (2000) menyatakan bahwa keberhasilan usaha peternakan unggas ditentukan oleh faktor produksi dan pemasaran. Faktor produksi ysng perlu diperhatikan adalah pemberian pakan. Untuk menekan biaya pakan dan meningkatkan efisiensi produk maka perlu diupayakan pakan yang dapat dibuat sendiri.
Pengunaan dedak jagung sebagai penambahan pengganti pakan Broiler Starter, karna dedak jagung mempunyai kandungan protein yang tinggi, kandungan asam lemak linoleat, karotein, xantofilnya tinggi, selain itu dedak jagung lebih ekonomis karna harganya murah. Dedak jangung mempunyai serat kasar yang sangat tinggi sehingga dilihat dari bentuk fisiknya agak kasar dan berserat, hal ini yang membedakan dengan tepung jagung yang kandungan serat kasarnya rendah.
Tujuan dan Manfaat
            Untuk mengembangkan usaha ayam kampung yang masih mengalami kendala, yang antara lain sistem pemeliharannya masih tradisonal,produktifitas rendah, variasi mutu genetik beragam, tingat kematian tinggi dan pemberian pakan belum sesuai dengan kebutuhan, baik kualitas maupun kualitasnya. Dengan hasil penelitian ini sebagai bukti potensi ternak ayam kampung di indonesia yang harus terus dikembangkan.
            Penggantian dedak jagung pada pakan komersial broiler starter (BR-1) untuk ayam kampung dapat diusahakan bisa untuk mengontrol dan mengeatahui efisiensi produksi dan berat badan ayam, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sebarapa pengaruh pengantian pakan komersial broiler dangan dedak jagung terhadap performas ayam kampung super umur 3-7 minggu. Degan performans yang dimaksudkan adalah pertambahan berat badan, konversi pakan, konsumsi pakan,dan IOFC (Income over feed cost).
            Kemudian dari hasil ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengunaan pakan komersial BR-1 dengan penambahan dedak jagung sehingga dapat menentukan yang mana yang baik efisiannya dalam meningkatkan prformans ayam kampong super usia 3-7 minggu. Dan dalam penelitian ini diharapkan dapat menunjang dari barbagai aspek pengembanga ayam kampung super.
            Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengunaan pakan komersial Broiler Starter dangan penambahan dengan dedak jagung yang berbeda-beda kualitas dan biayanya sehingga dapat menentukan persentase mana yang lebih efisien dalam meningkatkan produksi yang kampung super. Penenelitian ini berharapkan dapat menunjang pengenbangan ayam kampung super sebagai panghasil daging.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam

            Murtidjo (1992) menyatakan ayam yang dikenal sekarang merupakan ayam hutan liar yang telah mangalami selaksi dan selanjutnya dijinakan oleh manusia. Ayam hutan spesies Galus mengalami seleksi ilmiah melalui penyebaran dengan imigrasi separti yang dilakukan bangsa burung. Antara lain melalui perkawinan antara jenis ayam hutan sehingga tercipta varietas-verietas yang baru.
            Murtidjo (1992) menyatakan ada empat Gallus yang dikenal, yakni :
1.      Gallus bankiva atau Gallus ferrygineus, ciri khas ayam hutan ini berbulu merah dan berjengger tunggal dangan bentuk gerigi. Ukuran badan dan telurnya lebih kecil jika dibanding ayam hasil perjinakan yang kita kenal sekarang.
2.      Gallus sonnerati, ciri khas ayam hutan ini selain berbulu kelabu, tidak jauh berbeda dengan Gallus bankiva.
3.      Gallus lafeyetti, ciri-ciri ayam hutan ini berbulu jingga dan marah, jangger warna kuning yang dikelilingi warna merah pada pinggirnya. Warna merah jingga terdapat pada bulu dada dan sebagian dibawahnya.
4.      Gallus varius, ciri khas ayam hutan ini berbulu hitam agak kehijauan dan berjengger tunggal dengan bentuk licin.   

Ayam Kampung
            Boer (1993) menyatakan ayam lokal indonesia atau ayam kampung tidak jelas asal-usulnya, tetapi  diduga merupakan keturuanan ayam hutan merah dan ayam hutan hijau. Selanjutnya disebutkan bahwa evolusi yang berabad-abad menghasilkan ayam kampung yang telah beradaptasi dangan iklim dan lingkungan.
            Sarwono (1988) menyatakan bahwa ayam kampung tidak memiliki ciri-ciri khusus dan tidak tergantung tujuan kegiatan dan arah usaha peternakannya, sering juga disebutan sebagai ayam buras atau ayam bukan ras untuk membedakan dengan ayam yang diternakan secara komersial yang khusus menghasilkan daging atau telur di perusahan peternakan ayam ras.
            Anonimus (1979) mengukakan bahwa pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan terutama terhadap tinggi rendahnya produksi. Hal ini dapat di buktikan pada kelompok ayam yang di berikan pakan baik, produksinya akan lebih tinggi dibandingkan dangan yang pakannya kurang baik, tetapi bukan berarti bahwa pakan yang baik itu akan membentuk ayam yang produktifitasnya rendah menjadi tinggi, melainkan kasalahan dan kekurangan dalam pemberian pakan ini akan mengakibatkan ternak yang produksinya tinggi akan sanggup berproduksi dengan kemampuannya dan bahkan mengganggu kesehatannya. Pakan yang sempurna adalah pakan yang mengandung semua zat yang di perlukan tubuh ternak, disusun dalam pakan dengan kesimbangan yang tepat untuk kebutukan ternak selama 24 jam.
Ayam secara zoologi termasuk genus Gallus dari famili Phasianidae (Nesheim, 1979). Selanjutnya disebutkan bahwa ayam piaraan disebut secara sederhana sebagai Galus domesticus. Nenek moyangnya yang hidup liar mungkin berasal dari asia tenggara. Empat spesies unggas liar hidup di hutan masih diketahui terdapat di daerah adalah : Gallus gallus, ayam hutan merah, Gallus lafayetti, ayam hutan sailan, Galus varius, ayam hutan hitam atau ayam hutan hijau, Gallus sonnerati, ayam hutan kelabu, dari keempat spesies liar tersebut dan merupakan nenek moyang utama dari ayam piaraan.
Ayam kampung lokal indonesia atau ayam kampung, tidak jelas asal usulnya, tetapi diduga merupakan keturuanan ayam hutan merah dan ayam hutan hijau (Boer, 1993). Selanjutnya disebautkan bahwa proses evolusi yang berabad-abad menghasilkan ayam kampung yang telah beradaptasi dengan keadan iklim dan lingkungan.
Hardjosubroto (1994) membedakan ayam lokal indonesia menjadi ayam kampung (ayam buras), ayam kedu, ayam pelung, dan ayam nunukan. Bahwa manyebaut juga bahwa warna bulu ayam kampung sengan beragam dan bula ayam jantan warnanya bagus, kulit berwarna kuning pucat. Selanjutnya disebutkan bahwa bentuk jengger pada ayam jantan maupun betina tidak seragam, jengger warna merah pada betina lebih kecil dibanding jantan, pial ayam betina lebih kecil berwarna merah, pada yang jantan lebih basar, muka berwarna merah dan bentuk tubuhnya segi empat pada yang betina dan lonjong pada yang jantan.

Ayam Kampung Super
             Aman Yaman (2011) istilah ayam lokal pedaging unggul atau ayam kampung super merupakan untuk membedakan ayam kampung pedaging asli lokal yang diturunkan melelui proses panjang dari indukan dan pejantan (parent) yang telah mengalami seleksi yang nantinya memenuhi kriteria sebagai penjantan ayam pedaging yang lebih produktif dibandingkan ayam lokal asli, dengan cara perkawian IB (inseminasi buatan) ke dalam alat reproduksi betina indukan yang mencakupi umur betina sehingga telur yang dihasilkan fertil selama kurun waktu tertentu.
            Sularno (2013) berpendapat bahwa ayam kampung super hasil dari persilangan jenis pejantan ayam kampung bangkok dengan betina ras petelur dihasilkan dengan cara IB (Inseminasai Buatan) sehingga menghasilkan telur fertil kemudian ayam kampung super dihasikkan dengan di inkubator (mesin tetas).
Syunur (2012) berpendapat bahwa Ayam jantan super , Ayam jenis ini merupakan limbah dari pembibitan ayam ras petelur. Karena produk utama pembibitan ayam ras petelur adalah DOC betina dengan warna kemerahan. DOC jantan petelur diangap sebagai limbah yang biasanya dimusnahkan oleh perusahaan penetasan telur. Dulu belum banyak orang yang mau menernakkan jantan petelur ini sebagai ayam pedaging. Namun sekarang DOC jantan layer dapat dimanfaatkan sebagai pedaging dengan bobot 0.8 – 1 kg dengan masa pemeliharan 10 minggu.
Pakan
            Kebutuhan pakan ayam sebaiknya disesuaikan dengan setiap tehapan perkembangan ayam kampung dan tujuan produksinya, Nawawi (2011) juga berpendapat pakan yang diberikan kepada ayam jumlahnya berbeda-bada, tergantung pada umur, barat badan, serta tujuan produksinya. Untuk ayam kampung, karna secara genetik masih alami, kebutuhan pakannya cukup dikalifikasikan berdasarkamn umur ayam. Logikanya adalah bertambah umur, terjadi pertambahan berat badan, sekaligus terjadi kebutuhan zat gizi.
            Anonimus (1979) mengemukakan bahwa pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan terutama terhadap tinggi rendahnya produksi. Hal ini bisa dibuktikan pada kelompok ayam yang diberi pakan baik, produksinya akan lebih tinggi dari pada yang pakannya kurang baik, tetapi bukan berarti bahwa pakan yang baik itu akan menbantuk seekor ayam yang produktivitasnya randah menjadi tinggi, melainkan kesalahan dalam pembarian pakan ini akan mengakibatkan ternak yang produksinya tinggi tidak sanggup berproduksi sesuai dangan kemampuan dan bahkan menganggu kesehatannya. Pakan yang sempurna adalah pakan yang mengandung semua zat yang dibarikan tubuh ternak, disusun dalam bantuk pakan dengan keseimbangan yang tepat untuk kebutuhan ternak selama 24 jam. Rasyaf (2002) berpandapat secara garis besar nuterien yang dibutuhkan ayam terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air.
            Murtidjo (1992) mengukakan bahwa pakan ayam bermacam-macam jenisnya, maka dipilih pakan yang mudah didapatkan sepanjang masih memenuhi prinsip-prinsip kebutuhan ayam akan zat-zat yang dibutuhkan, karna fungsi pakan sangat penting, disamping untuk memenuhi kebutuhan hidup yang juga membentuk dan menganti sel-sel yang rusak serta berproduksi dan bertenaga bagi ternak-ternak dewasa. Pakan juga berfungsi untuk memelihara daya tahan tubauh dan kesehatan.
            Pemberian air minum bagi ayam juga merupakan hal yang penting. Tillman (1986) menyatakan air adalah nuterien yang penting. Ternak akan lebih menderita dengan kekeurangan air dari pada kekurangan pakan. Air merupakan penyusun kira-kira 75% dari jaringan-jaringan yang bebas lemak didalam tubuh dan air merupakan bagian yang langsung dari semua jaringan lunak dalam tubuh.
            Murtidjo (1992) menyatakan bahwa ayam yang kekurang air biasa mengalami penurunan yang nyata dalam penurunan efisiensi pengunaan pakan dalam air sangat diperlukan ayam untuk melelukan pakan dalam proses pencernaan sehingga nutrien-nuterien mengalir keseluruh tubuh, dan juga menbantu mengeluarkan sisa-sisa makan keluar tubuh.
            Nawawi (2011) menyatakan bahwa syarat-syarat bahan pakan sebaiknya bukan dari bahan pokok manusia, terjamin pasokannya, banyak terdapat disekitar kita dan baik kualitasnya.


Energi dan Protein
            Wahju (1985) menyatakan energi adalah “api atau nyata” dari hidup (the flame of life). Dari semua makan yang dikonsumsi, dipergunakan paling utama untuk menghasilkan energi. Mekanisme yang terjadi didalam tubuh (inner machanism) menghasilkan pembantukan energi yang diharapkan.
            Nawawi (2011) berpendapat bahwa energi penting sebagai sumber tenaga bagi ternak, jika ayam kekurangan energi, zat lain yang terdapat dalam tubuh ayam seperti protein dan lemak akan diubah menjadi energi.
            Iswanto (2002) mengemukakan bahwa seluruh aktivitas tubuh ayam kampung, baik yang tempak oleh mata kita maupun aktifitas yang berlangsung didalam tubuh yaitu menimbulkan energi, bila kebutuhan energi kurang terpenuhi, maka ayam akan memutamakan energi untuk hidupnya dulu dan hal inilah yang menimbulkan produksi telur terganggu. Ayam mengunakan lemak dan protein tuhuh untuk membentuk energi, sehingga secara fisik ayam akan menjadi kurus. Sebaliknya, apabila ayam kelebihan energi makan akan disimpan dalam bentuk lemak daging dan ditempat-tempatkan cadangan lemak lainnya sebagai cadangan energi bila suatu saat terjadi kekurangn energi.
            Wahju (1985) menyatakan bahwa energi diukur dengan kalori. Satu gram kalori adalah panas yang dipergunakan untuk meneikan panas 1 gram air dari 14,5-15,5oC. Satu kilo kalori (kcal) adalah pemanas yang diperlukan untuk manaikan panas 1 kilogram air 1oC (14,5- 15,5oC). Satu megakalori (megcal) = 1000 kcal.
            Wahju (1985) mengemukakan bahwa ayam muda Leghorn Putih yang diberikan pakan dangan kadar serat tinggi dan rendah energinya (2350 kcal/kg) dari umur 1 hari sampai 10 minggu, kadar lemak ditubuhnya menjadi berkurang. Pakan dengan kadar energi yang rendah ini dimaksutkan untuk mengurangi pertumbuhan. Anak-anak ayam ini tetep mengandung lemak yang tipis pada bagian dinding perutnya.
            Tillman (1986) menyatakan bahwa energi termetabolismekan (ME) dalam makanan adalah energi total dikurangi energi ekskerta (fases, urine dan matane). Energi untuk metabolosme adalah untuk kepentingan pemeliharan jaringan-jaringan tubuh dan berfungsi produksi serta berubah jadi panas.
            Rasyaf (1992) berpendapat bahwa jagung atau Zea mays mempunyai kandungan protein yang rendah kualitas dan beragam dari 8% hingga 13%, tetapai kandungan serat kasarnya rendah dan kandungan metabolismenya tinggi, oleh karna itu jagung merupakan sumber energi yang baik. Kandungan serat kasarnya rendah memungkinkan jagung digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi.
            Rasyaf (1992) menyatakan bahwa indonesia jagung kuning bisa diberiakan kepada ayam kampung. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam pembarian langsung digunakan jagung kuning butiran pecahan untuk anak ayam kampung dan ayam kampung remaja, sedangkan jagung kuning yang digunakan dalam formula pakan adalah jagung kuning halus untuk formula pakan ayam kampung digunakan antara 25% hingga 35% dari total formula pakan.
            Wahju (1985) berpendapat bahwa untuk menyatakan asam amino dapat dinyatakan dengan : (1) banyaknya gram dari tiap asam amino perekor per hari; (2) banyak gram tiap asam amino per 1000 kilokalori energi metabolisme; (3) persentase pakan; dan (4) prentase protein dalam pakan.
            Murtidjo  (1992) meyebebutkan kebutuhan anak ayam buras yang berumur 0 – 3 minggu terhadap energi dan protein kasar yang tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Pedoman kebutuhan energi dan protein ayam umur 0 – 13 minggu.
Nutrisi Makanan
Umur Ayam (Minggu)
0 – 8
8 – 13
Energi (kcal/kg)
2.900
2.900
Protein kasar (%)
18
15
Murtidjo (1992)
Pakan Sumber Energi
            Menurut, Nawawi (2011) bahwa bahan pekan yang merupakan sumber energi bagi ayam dibutuhkan dalam jumlah banyak, sekitar 25-60% dari total pakannya. Seperti diketahui, energi penting sumbar tenega bagi ternak. Jika ayam kekeurangan energi, zat yang laindapat dalam tubuh ayam separti protein dan lemak skan diubah menjadi energi.
Jagung
            Nawawi (2011), berpandapat bahwa sumbar energi jagung memegang penting dan sebagai peran utama dalam penyusuanan pakan unggas, baik ayam. Sebanarnya ada tiga jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih, dan jagung merah, namun yang sering di pakai adalah jagung kuning karna kelebihannya mengandung karoten (provitamin A).
            Jagung atau Zea mays mempunyai kandungan protein yang rendah kualitasnya dan baragam dari 8% hingga 13%, tetepi kandungan serat kasarnya rendah dan kandungan energi metabolismenya tinggi, oleh karna itu merupakan sumbar energi yang baik. Kandungan serat kasarnya rendah memungkinkan jagung digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi (Rasyaf, 1992).
Dedak
            Dedak merupakan bahan dari hasil proses pengelolan gabah menjadi beras. Di indonesia, ketersediannya berlimpah dan harga nya murah. Kandungan vitamin B1 dan vitamin E dedak tinggi.kelamahannya adalah kandung EM (Metabolisme Energi) randah 1.640kkal/kg. Selain itu kandungan serat kasarnya sangat tinggi (12%) dan kandungan proteinnya rendah. Bahkan, dedak kasar yang masih tercampur dengan kulit padi mengandung serat kasar yang sangat tinggi (25%). Serat kasar tidak dapat dicerna oleh unggas digunakan maksimal 30%.
Dedak jagung
            Dedak Jagung adalah  bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Dedak jagung berasal dari biji jagung yang diproses sehingga menjadi serbuk dengan butiran agak kasar yang sangat baik untuk hewan ternak seperti ayam, bebek, dan sapi serta ternak lainya. Dedak Jagung mengandung energi sebesar 356 kilokalori, protein 9 gram, karbohidrat 64,5 gram, lemak 8,5 gram, kalsium 200 miligram, fosfor 500 miligram, dan zat besi 10 miligram.  Selain itu di dalam Dedak Jagung juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 1,2 miligram dan vitamin C 0 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Dedak Jagung, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
Tepung Ubi Kayu
            Tepung ubi kayu terbuat dari ubi kayau dengan kandungan EM relatif cukup tinggi (2.970 kkal/kg). Tepung tersebut banyak mengandung pati dan dapat berfungsi sebagai zat perekat (binder) dalam pembuatan pakan. Kelemahannya adalah proteinnya rendah dan kandungan HCNnya tinggi. Tepung ubi kayu tidak boleh terlalu banyak dalam pakan dan dan dapat digunakan sebagai subtitusi sebagian pengunanan jagung.
Pakan Sumber Protein
            Umumnya harga pakan sumbar protein mahal harganya deri pada pakan sumbar energi. Bahan pakan sumber protein ini barasal dari proterin hewani (dari hewan) atau proten nabati (dari tumbuhan).
Tepung Ikan (fish meal)
            Tharmrin Nawawi (2011) mengemukakan bahwa tepung ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang amat baik bagi ayam. Tepung ikan terbuat dari ikan yang dikeringkan lantas dijadikan tepung, tepung ikan merupakan produk sisa-sisa olahan industri ikan. Secara umum bahan tersebut memiliki kandungan protein yang sangat tinggi antara 50 - 70 %. Selain protein , tepung ikan merupakan sumber kalsium dan fosfor yang baik. Bahan-bahan yang terkandung dalam tepung ikan amat diperlukan oleh ayam kampung yang sedang tumbuh dan yang sedang bertelur.umumnya tepung ikan diberikan sedikit saja pada pakan ayam kampung sekitar 2 – 15%  dari total campuran bahan.
            Kandungan protein tepung ikan tinggi 60 – 70%. Namun, tepung lokal di indonesia umumnya memiliki kadar protein rendah, sekitar 50 – 55%, karna di buat dari ikan kecil-kecil yang porsi tulangnya terlalu banyak, Aman Yaman (2011), Beliau juga berpendapat bahwa tepung ikan kandungan energi metabolisme nya sangat tinggi 2.640 – 3.190 kkal/kg dan tepung ikan mempunyai supplementary effect bersama-sama denagn jagung dan bungkil kedelai. Tepung ikan biasanya digunakan 5 – 12%, jika digunakan tidak lebih dari 20%.
Tepung Daging
            Tepung daging terbuat dasri sisa-sisa hasil pemotongan ternak, kecuali tanduk, bulu, kuku, feses (kotoran), darah dan isi rumen. Kandungan protein tepung daging sangat besar 60%. Tepung dagingmerupakan sumber lisin, tetapi agak kurang dalam metionin, sistin, dan triptofan. Tepung danging dapat digunakan dalam pakan sekitar 8 – 9 %, dan tergantung pada kualitasnya.
Tepung Bekicot
            Tepung bekicot dapat digunakan sebagai untuk penganti tepung ikan. Bahan baku pakan ini dapat dipisahkan dari kulitnya ataupun tanpa dipisah keseluruhannya. Kandungan protein tepung daging bekicot tinggi, yaitu sebesar 51,2 – 61%. Namaun, apabila tidak  dipisah kandung proteinnya randah, yaitu sebasar 32,6%. Pengunaan tepung bekicot dalam pekan sebaiknya tidak lebih dari 5%.
Tepung Kepala Udang (rese)
            Tepung kepela udang dibuat dari udang termasuk kulitnya. Kandungan protein tepung udang tinggi. Kelemahan tepung udang sangat mahal karna digunakan untuk konsumsi manusia. Tepung kepala udang dibuat dari kepala udang termasuk kulitnya. Kandungan proteinnya tinggi 33,21% dan EM juga tinggi 2.900 kka/kg.
Konsumsi Pakan
            Konsumsi pakan (feed intake) adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ayam atau ternak lain untuk lain untuk fungsi normal tubuh pada periode tertentu. Ayam mempunyai sifat khusus yaitu menkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energinya sehingga jumlah pekan yang dikonsumsinya cenderung berhubungan erat dengan energinya (Tilman, dkk, 1983). Banyaknya konsumsi pakan ayam terutama dipengarauhi oleh kandungan energi dan protein dalam pakan, juga dipengarauhi oleh kandungan energi dan protein dalam pakan, juga dipengarauhi keaktifan tubuhnya sehari-hari, stran, umur dan ukuran tubuh (Siregar, dkk, 1986). Selain itu juga bahwa pakan dalam bantuk tepung juga mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsinya kurang sehingga menyebapkan kekurangan kadar nutrisi. Selain itu pakan dalam bentuk tepung kurang sehingga meyebabkan kekurangan kadar nutrisi (Murtidjo 1989). Selain itu pakan dalam bentuk tepung kurang disukai oleh ternak unggas, walau pun pakan sudah diacak secara sempurna. Dengan demikian kesanggupan optimal ternak unggas dalam pertumbuhan dan produksi lebih kecil dibanding ternak unggas yang diberi pakan dalam bentuk butiran pecah atau pun pellet.
            Anggorodi R (1980) jumlah konsumsi pakan cukup banyak, bukanlah merupakan jaminan mutlak bagi ayam untuk mencapi puncak produksinya. Kualitas bahan pakan yang digunakan untuk membuat ransum dan keserasian komposisi nilai zat gizi yang terkandung di dalam ramsum itu, agar sesuai dengan kebutuhan ayam mengkonsumsinya merupakan hal yang mutlak untuk menentukan tercapainya pucak pertumbuhan ayam.
Konversi Pakan
            Konversi pakan adalah perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan bobot badan pada waktu yang sama, Siregar, dkk, (1986). Sedangkan menurut Wahyu J (1985) menerangkan bahwa konversi pakan juga diartikan dalam jumlah kilogram pakan yang menghasilkan kilogram pakan di pengaruhi oleh jumlah konsumsi dan penembahan bobot dimana keduanya menentukan tinggi randahnya konversi pakan.
            Anggorodi R (1985) konversi pakan merupakan indeks yang dapat memperlihatkan sampai sebarapa jauh efisiensi usaha peternakan ayam dan menentukan besar kecilnya keuntungan yang diterima peternak. Semakin besar bobot badan ayam dan semakin lama ayam dipelihara, semakin besar pula jumlah ransum yang dibutuhkan. Daya cerna, kulitas pakan serta keserasian nilai gizi pakan yaitu atas protein dan atas energi pakan merupakan faktor yang didapat memepengaruhi besar kecilnya angka konversi pakan.
            Rasyaf (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan ayam yang diusahakan sesuai dengan amabang atas genetisnya, maka pada segi bisnis berarti waktu penjualan semakain cepat dicapai. Selain itu mencerminkan efisiensi dalam pengunaan pakan yang baik atau pakan yang dikonsumsi lebih baik atau pakan yang dikonsumsi lebih sedikit.
            Muslim (1990) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah jenis ayam, besar, suhu tubuh, fase produksi, sistem perkandangan, tempat pakan, tingkat penyakit, kondisi air minum, kepadan ayam dalam kandang dan kandungan dalam pakan.
            Rasyar (1992) mengumukakan bahwa konsumsi pakan merupakan usaha atau tindakan untuk memesukan makanan memelui paruh ayam  kedalam tubuh ayam tersebut. Ayam atau unggas mengonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energinya sesuai dengan perubahan zat gula didalam darahnya. Apabila konsentrasi zat gula yang penting untuk energi teleh normal, maka ia berhenti mengonsumsi pakan dan tidak peduli apakan kebutuhan akan protein dan asam – asam aminonya sudah terpenuhi atau belum. Konsusmsi pakan tidak hanya sekedar memindahakan dari luar kedalam tubuh ayam, intinya adalah memindahakan suatu nutrisi (protein, asam-asam amino, karbohidrat, lemak, vitamain, mineral, dan air) kedalam tubuh ayam.
            Hardjosubrito (1994) berpendapat bahwa konversi pakan adalah perbandinagn antara unit pakan yang dibarikan dangan unit produk yang dihasilkan , sedangkan menurut Sarwono (1994) konversi pakan adalah jumlah pakan yang habis dikonsumsi ayam dalam jangka waktu tertentu dibanding dengan berat hidup atau untuk menghasilkan satu kg telur pada ternak ayam itu.
Pertambahan Berat Badan
            Rasyaf (1987) pertambahan berat badan ini sering dijaikan pegangan bagi berproduksi peternakan maupun para ahli, kemudian pertambahan barat badan yaitu dengan mengunakan berat badan pada waktu tertentu denagn berst bdadan pada waktu lalu. Hal ini dapat dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaan sehari-hari, sehinggga untuk mendapatkan pertumbuhan berat badan perlu diartikan dengan konsumsi pakan karena ada bibit yang menambah berat badan nya cepat tetapi pada pakan yang dihabiskan juga banyak.
            Aman Yaman (2011) berpendapat bahwa berdasarkan sistem manajemen pemeliharaan dan sifat tubuhnya ayam kampung super memiliki tahap pertumbuhan yang terdiri dari fase awal, fase pertumbuhan, dan komersial dengan pertamabahan umur. Barat badan ayam kampung super dan ayam kampung umur tetas sampai pada minggu ke 16 yang tercantum dalam tabel 2.



Tabel 2. Perbandingan berat badan ayam kampung super dan ayam kampung.
Umur (minggu)
Barat jantan kampung super (gram)
fase
Barat ayam jantan kampung (gram)
Tetas
39,5
Fase Awal
31
1
110
87
2
278
172
3
417
351
4
610
Fase Pertumbuhan
478
5
653
601
6
780
Fase Komersial I
667
7
853
789
8
1.100
836
9
1.230
Fase Komersial II
983
10
1.279
1.153
11
1.373
1.204
12
1.445
1.302
13
1.561
Fase Komersial III
1.398
14
1.575
1.414
15
1.587
1.477
16
1.596
1.487
Sumber : Aman Yaman (2011)
            Aman Yaman (2011) menyatakan bahwa penyebap lamanya masa pemeliharan ayam kampung yang dilakuan peternak pada umumnya disebabkan dari fakter genetik yang berupa penggunan bibit yang kurang baik dan tidak adanya peleksanan program seleksi, sedang kan dari faktor lingkungan yang berupa penetapan manajeman pemeliharan belum terpadu dan juga belum sepenuhnya menetapakan teknologi pakan serta lemahnya pengedalian penyakit. Berikut merupakan hasil dari analisis antara ayam kampung super dan ayam kampung.


IOFC (Income Over Feed Cost)
            IOFC (Income over feed cost) adalah pendapatan usaha peternakan yang dibandingan dengan biaya makanan. Pendapatan usaha merupakan pandapatan hasil produksi peternakan (dalam kilogram hidup), sedangkan harga pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan kilogram ayam hidup tersebut (Rasyaf, 2003).
            Menurut Rasyaf (1990) bahwa produksi pangan dan pakan tergantung pula pada harga permintan dan penawaran. Tetapi untuk pakan, kandungan nutrisi bahan makanan juga memegang berperan penting disamping harga bahan makanan itu. Sehingga, dalam meramu ransum unggas disusun dengan biaya yang semurah mungkin, tetepi kandungan nutrisi ransum tetap memenuhi kebutuhan nutrisi unggas tersebut. Karena unggas itu diharapkan mampu mencapai tujuan usaha yaitu keuntungan yang wajar.
            Apabila dikaitkan dengan pegangan produksi dari teknis maka dapat diduga bahwa semaikin efisien ayam dalam mengubah makanan menjadi daging yang artinya konfersi ransum sangat baik, semaikin baik pula nilai IOFC-nya. Besarnya nilai ini memegang dapat terjadi tanpa disadari olah para peternak, walaupun ia sudah melakuan usaha penghematan kerena sebagai pertumbuhan atau berat badan memepengaruhi pendapatan tadi dipengaruhi oleh bibit ayamnya sendiri, kualitas pakan, kuantitas pakan dan cara pemberian pakan.
            Aman Yaman (2011) mengemukakan bahwa asumsi harga jual ayam kampung super dan ayam kampung dapat dilihat pada Tabal 2. Niali jual komoditas tersebut akan terus meningkat tajam sejalan meningkatnya pertambahan barat badan.
Tabal 3. Harga jual ayam kampung super dan ayam kampung.
Umur (minggu)
Kisaran Berat Badan (kg)
Harga Jual (Rp)
6
0,78 – 0,85
25.000 – 27.000
7 – 8
1 – 1,5
28.000 – 30.000
9 – 10
1,6 – 1,8
32.000 – 35.000
11 – 12
1,9 – 2,1
45.000 – 55.000
≥ 13
≥ 2,2
60.000 – 75.000
Sumber : Aman Yaman (2011)



BAB III
MATERI DAN METODE

            Penelitian ini dilakukan di Kandang Kampus Akademi Peternakan Brahmaputra Yogyakarta, Jl. Ki Ageng Pemenahan, Nitikan, Yogyakarta salama tujuh minggu (35 hari). Waktu pemeliharan ayam 0 – 3 minggu dengan  perlakuan yang sama, kemudian 3 – 7 minggu mulai dilakukan penelitian dengan dua perlaukan pakan.
Materi
            Materi yang digunakan di penelitian adalah dengan 16 ekor ayam kampung super unsexed umur tiga minggu.
Kandang
            Kandang yang digunakan merupakan kandang yang terbuat dari bambu dengan ukuran setiap kandangnya 100cm x 100 cm x 40 cm. Dan setiap kandang disekat menggunakan  bambu kemudian jadikan dua ruangan.
Peralatan
            Peralatan kandang terdiri dari tempat pakan dan minum berupa galon dan lampu penerang. Tempat pakan dan minum berjumlah satu pasang untuk satu ruangan dan diberi penarang lampu, kemudian penyadian timbangan digital bermerk netthendelen yang berkapasitas 5 kg.
Pakan
            Pakan barupa campuran Kandungan dedak jagung (Wahju, 1985)  dan pakan komersial broiler starter yang barupa BR-1 dari comfeed yang di produksi PT.Japfa Comfeed.
Tabel 4. Kandungan nutrien bahan pakan.
Zat Gizi
BR-11)
Dedak Jagung 2)
Protein Kasar (%)
21
10,6
ME (kcal/kg)                    
2900
2950
Lemak (%)
4                  
6
SK (%)
4,5
5
Ca (%)
0,9-1,1
0,04
P (%)
0,7-0,9
0,5
1)PT.Japfa Comfeed Indonesia
2)Dedak Jagung(Wahju, 1985)
Metode
            Metode penelitian yang dilaksanakan meliputi sebagai berikut :
Pemeliharan
            Dalam pemeliharan yang dilaksanakan mengunakan 16 ekor ayam kampung super umur 3 minggu, yang nantinya akan diberi 2 perlakuan dengan pakan Broiler Sterter (BR-1) dengan campuran dedak jagung dan denagn hanya mengunakan Broiler Sterter (BR-1). kemudian penelitian ini mengunakan sampel perlakauan P1 dan P2.
            Ayam dibagi menjadi dua perlakuan tiap kelompok perlakuan mengunakan 8 ekor ayam yang mengunakan 4 kali ulangan. Setiap kelompok diberi perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan pakan I (P1) yaitu berupa pakan dengan BR-1 100% dengan kandungan Protein 21% dan ME 2900 kkal per kg. Perlakuan (P2) berupa 75% BR-1 dengan penambahan 25% dedek jagung dengan kandungan Protein 18,4% dan ME 2912,5 kkal per kg. Enam belas ekor ayam diperlakukan secara acak kedalam tiap ulangan yang terdapat 2 ekor ayam, dengan pemberian pakan dilakuan pagi dan sore hari. Dan untuk air minum di berikan secara terus menerus.
Tabel 5. Kandungan nutrien pakan perlakuan.
Zat Gizi
P1 1)
P2 2)
Protein Kasar (%)
21
18,4
ME (kcal/kg)
2900
2912,5
Lemak (%)
4
4,5
SK (%)
4,5               
4,62
Ca (%)
0,9-1,1
0,76
P (%)
0,7-0,9
0,73
1)        PT. Japfa Comfeed Indonesia
2)        Dedak Jagung (Wahju, 1985) 25% + BR-1 75%

Pengambilan Data
            Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu meliputi, FCR, Konsumsi pakan adalah di hitung setiap seminggu dengan mengurai barat badan pakan yang di berikan dengan pakan sisa (g/ekor/minggu) selama penelitian, PBB adalah Pertambahan barat badan (g/ekor) dihitung tiap minggu dengan mengurangi berat badan pada minggu ini dengan berat minggu sebelumnya, selanjutnya akan diketahui PBB selama penelitian (g/ekor), IOFC (Income over feed cost) adalah selisih antara harga pertambahan barat badan (Rp/kg) dengan harga pakan yang dikonsumsi (Rp/Kg) yang diartikan nantinya akan diperolah hasil untung atau rugi yang didasarkan pada biaya pakan , Analisa data yang didapat dengan dengan mengunakan  statistika T-test (Satrosupadi,1995).



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

     Konsumsi Pakan
            Bardasarkan data yang diperoleh selama penelitian, yaitu dengan penimbangan jumlah pakan yang dilakuanan pada masing – masing perlakuan di awal minggu dikurangi dengan sisi pakan pada akir minggu dan dibagi jumlah ayam yang ada, maka akan didapatkan rata-rata konsumsi pakan per ekor per minggu dan ditinjukan pada Tabel 6.
 Tabel 6. Analisa rata-rata konsumsi pakan selama penelitian (gram/ekor).
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
1
1466
1286
2
1802
1439
3
1477
1604,5
4
1768
1417
Total
6513
5746,5
Rata-ratans
1628,25
1436,62
 ns : nonsignifikan
Rata-rata konsumsi pakan per ekor per minggu terus bertambah seiring bertambahnya berat badan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang meyatakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh anak ayam, ayam remaja dan ayam dewasa tergantung pada umur ayam, besar kecilnya tubuh ayam, jenis kelamin dan aktifitas ayam. Keadaan tersebut tidak sesuai dengan pendapat Wahju (1985) yang menyatakan bahwa konsumsi makanan akan meningkat kalau diberi pakan dengan energi rendah dan akan menurun kalau diberi pakan dengan energi tinggi.
Wahju (1985) menyatakan bahwa tingkat energi didalam pakan menentuksn banyaknya pakan yang dikonsumsi pakannya. Selain itu konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas (rasa) dan juga konsentrasi gula darah Rasyaf (1992).
Berdasarkan analisis statistika menujukkan bahwa pengantian dedak jagung terhadap pakan komersial Broiler Starter menunjukan pengaruh berbedaan  yang tidak nyata (nonsingnifikan) terhadap konsumsi pakan ayam kampung super. Dari Tabel diatas diketahui pakan ayam kampung super selama penalitian yang tertinggi adalah perlakuan 1 (P-1) sebasar 1628,25 gram, sedangakan pakan perlakuan 2 (P-2) konsumsi pakannya terendah sebesar 1436,62 gram, dari hasil tersebuat pakan perlakuan 2 (P-2) memiliki kandungan energi lebih tinggi dari pakan perlakuan 1 (P-1) sehingga menyebapkan konsusmsi pakan pada perlakuan 2 (P-2) lebih rendah.
Pertamabahan Berat Badan
Pertumbuhan ayam kampung diamati dengan melihat berat badan rata-rata per ekor ayam sejak awal sampai akir penelitian, yaitu mulai ayam berumur tiga minggu sampai umur tujuh minggu. Rata-rata pertambahan berat badan pada awal minggu dengan berat badan akir minggu selama masa penelitian, seperti yang tercantum pada tabel 7.
Tabel 7 : Analisa pertambahan berat ayam kampung super (gram/ekor).
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
1
808,5
756
2
804
855
3
851
872
4
1040
754,5
Total
3503,5
3237,5
Rata-ratans
875,87
809,37
ns : nonsingnifikan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata pertambahan berat badan ayam kampung super per ekor per minggu terus bertambah mulai minggu ke tiga hingga minggu ke tujuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslim (1990) yang menyatakan bahwa pertambahan berat badan terus bertamabah hingga umur tujuh minggu, selanjutnya disebutkan bahwa pertamabahan berat badan merupakan salah satu faktor untuk menghitung kebutuhan metabolisme dan protein tiap hari untuk dibandingkan dengan konsumsinya. Berdasarkan analisa statistik juga bahwa P1 dan P2 dalam masing-masing ulangan berbedaan yang tidak nyata (nonsingnifikan) tertahap pada pertambahan berat ayam kampung super.
            Rata-rata berat ayam kampung super sangat bervariasi. Anonimus (2004) pengemukakan bahwa rata-rata berat ayam kampung memeng relatif rendah. untuk pejantan saja berat tidak terlalu besar, apalagi berat betina yang lebih rendah lagi. Selanjutnya disebutkan ketidak seragaman berat ayam diakibatkan antara lain oleh pemberian pakan ayam yang tidak memadahi atau kurang merata dalam pemberiannya, ayam-ayam yang lebih kuat akan makan lebih dahulu dan yang lebih lemah akan makan sisa atau setalah ayam yang kuat selesai makan.
            Kemudian diketahui pertumbuhan berat badan ayam selama penelitian yang tertinggi adalah perlakuan 1 (P-1) sebesar 875,87 gram, sedangkan pertambahan berat badan terrendah pada perlakuan 2 (P-2) sebasar 809,37 gram, dapat kita ketahui bahwa pertamabahan berat badan P2  lebih rendah dari P1 kerna pada tingkat konsumsi pakan pada P2 juga lebih rendah dari P1, sehingga berpengaruh pada tingkat pertumbuhan berat badan ayam.
Konversi Pakan
            Rata- rata konversi pakan per ekor per minggu dapat dihitung dari rata-rata konsumsi pakan setiap minggu dibagi dengan rata-rata pertambahan berat badan ayam kampung super setiap minggu selama penelitian, dan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 : Analisis konversi pakan ayam kampung super . 
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
1
1,81
1,70
2
2,24
1,68
3
1,73
1,84
4
1,7
1,87
Total
7,48
7,09
Rata-ratans
1,87
1,77
ns : nonsingnifikan
            Sarwono (1994) berpendapat bahwa semakin baik mutu pakannya, semakin kecil pula konversi pakannya. Mutu pakan ditentukan oleh seimbang tidaknya zat gizi pada pakan itu dengan yang dipertukan oleh tubuh ayam. Kemudian disebutkan bahwa faktor lain yang mempengaruhi konversi pakan adalah tata cara pemberian pakan.
            Berdasarkan data yang tercantum dari Tabel 8, diketahui total konversi pakan untuk perlakuan 1 (P-1) sebasar 7,48 dan perlakuan pakan 2 (P-2) sebasar 9,09. Rata-rata konversi pakan selama penelitian dihitung dari total konsumsi selama penelitian dibagi dengan pertamabahan berat badan selama penelitian dan didapatkan angka konversi pakan untuk perlakuan pakan 1 (P-1) sebesar 1,87 dan rata-rata perlakuan pakan 2 (P-2) sebesar 1,77.
            Berdasarkan analisa ststistika menunjukan pengantian dedek jagung pada pakan Broiler Starter berbedaan yang tidak nyata (nonsingnifikan) terhadap konversi pakan ayam kampung super. Diketahui konversi pakan ayam kampung super selama penelitian yang tertinggi pada perlakuan 1 (P-1) sebasar 1,87 dan konversi pakan terendah pada perlakuan 2 (P-2) sebasar 1,77, hal ini kerena kandungan protein pada pakan P2 lebih rendah dari pada P1, sehingga menyebapkan konversi pakan P1 lebih tinggi dari P2. Hal ini menujukan bahwa kandungan protein yang tinggi sekitar 21% kurang ekfektif untuk konversi pakan ayam kampung super dengan perbandingan protein yang kandungannya hanya sekitar 18%, Dari hal tersebut bahwa semakin kecil konversi pakan maka akan semakin baik hasil yang diperoleh.
            Rasyaf (2003) mengemukakan bahwa pertumbuhan ayam yang diusahakan sesuai dengan ambang atas geneitisnya, sedangkan dengan segi bisnis berarti waktu penjualan semakin cepat dicapai. Selain itu mencerninkan efisensi dalam pengunakan pakan yang baik atau pekan yang dikonsumsi lebih sedikit.
IOFC (Income Over Feed Cost)
            Menurut Rasyaf  (2003) menyatakan bahwa dikaitkan dengan pengangan produksi dari segi teknis maka dapat diduga bahwa semakin efisien ayam dalam mengubah makanan menjadi daging yang artinya konversi ransumnya sangat baik semakin baik juga pula nilai IOFC-nya
            Berdasarkan hasil penelitian data income over feed cost pada penelitian dengan pertambahan berat badan ayam yang dikalikan dengan  harga ayam per kg, dikurangkan dengan hasil konsumsi pakan kemudian dilalikan dengan harga pakan per kg terhadap ayam kampung super pada setiap perlakuan seperti tercantum pada Tabel 9.
Tabel 9 : Analisis IOFC ayam kampung super selama penelitian (Rp/kg).
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
1
31473,25
32140
2
26824
36528,75
3
33986,5
35647,1
4
42016
30506,5
Total
134299,75
134822,35
Rata-ratans
33574,94
33705,5
ns : nonsingnifikan
            Berdasarkan analisis statistika menujukakan bahwa pengantian dedak jagung terhadap pakan komersial Broiler Starter terhadap ayam kampung super berbeda yang tidak nyata  (nonsingnifikan) pada IOFC-nya. Dengan harga/kg  pada saat penelitian Rp 31.250,00,- sedangkan harga pakan pada saat penelitian Rp 6.500,00,- per kg pakan Broiler Starter, Rp 4.000,00,- per kg pakan Dedek jagung.
            Pada Tabel 9 diketahui IOFC ayam kampung super selama penelitian diperoleh biaya pakan terbesar pada perlakuan 2 (P-2) sebesar Rp 33.705,59,- per ekor, sedangakan sedangkan biaya terrendah pada perlakuan 1 (P-1) sebesar Rp 33.574,94,- per ekor. Bahwa dapat diketahui biaya pakan terbesar adalah P-2 maka dapat dikatakan bahwa pada P-2 harga pertambahan berat badan lebih tinggi dari harga pakan sehingga nantinya dapat diperoleh keuntungan.
            Aman Yaman (2011) berpandapat bahwa pemberian pakan dengan kadar gizi secupnya (low nutrient concentration) bertujuan untuk menekan pakan sehingga biaya produksi lebih efisien, dan akan mendapatakan IOCF lebih baik.



BAB V
 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Bedasarkan uraian yang telah dibahas pada bab sebalumnya dapat disimpulkan bahwa:
1.      Pengantian dedak jagung 25% pada pakan broiler starter (BR-1) terhadap ayam kampung super umur 3 – 7 minggu tidak berpengaruh nyata (Nonsingnifikan). Pada konsumsi pakan ayam kamapung super tertinggi adalah perlakuan P-1 1628,25 gram dan P-2 sebesar 1436,62 gram.
2.      Dari pengantian dedak jagung terhadap pakan komersial broiler starter (BR-1) tidak berpengaruh nyata (Nonsingnifikan). Pada pertambanhan berat badan ayam kampung super rata-rata tertinggi pada perlakian P-1 sebasar 875,87 gram sedangkan perlakuan P-2 sebesar 809,37 gram.
3.      Dari hasil terhadap pengaruh pengantian dedek jagung terhadap pakan komersial broiler starter (BR-1) pada konversi pakan ayam kampung super tidak berpengaruh nyata (Nonsingnifikan). Kemudian dari hasil konversi pakan tersebut yang tertinggi adalah P-1 sebesar 1,87 dan P-2 sebesar 1,77.
4.      Selama penelitian pengantian dedak jagung terhadap pengaruh income over feed cost (IOFC), pada ayam kampung super tidak berpengaruh nyata (Nonsingnifikan) yang artinya konversi ransumnya baik dan bisa dapat  memperoleh keuntungan. Dari hasil tersebut diperoleh biaya pakan terbesar adalah P-2 sebesar Rp 33.705,59,- sedangakan P-1 sebesar Rp 33.574,94,-.
            Jadi, pengaruh level protein ayam kampung terhadap pengantian dedak jagung pada pakan komersiasl broiler starter untuk ayam kampung super bila diberikan pada umur 3 – 7 minggu ternyata efisien.
Saran
            Pengantian dedak jagung terhadap pakan komersial broiler starter (BR-1) dapat digunakan pakan penganti untuk menunjang pertumbuhan yang baik pada ayam kampung super dalam tingkat pengunannya 25% dalam pakan. Dan perlu diperhatian juga bahwa pada biaya yang dikeluarkan pakan berupa dedak jagung di pasar yang harganya relatif lebih terjangkau.
            Dalam usaha pemeliharan ayam kampung super yang perlu diperhatikan adalah manajemen usaha secara teratur, sehingga dalam usaha peternakan usaha peternakan ayam kampung super diharapkan adanya peningkatan produksi ayam kampaung super dan juga dapat memberikan penghasilan tambahan bagi peternak.



DAFTAR PUSTAKA

Aman Yaman, M. 2011. Ayam Kampung Unggul. Penebar Swadaya,
Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makan Ternak Unggas. Universitas Indonesia, Jakarta.
Anonimus. 2012. http://www.panduan berternak.com/docayamkampung.
Boer, M. 1993 . Berternak Ayam Kampung. Tarsito, Bandung.
Iswanto, H. 2002. Mengenal Lebih Dekat Ayam Kampung Pedanging. Argo Media Pustaka, Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Murtidjo, B. A. 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Muslim, D. A. 1990. Memelihara Ayam Kampung Sistem Battery. Kanisius,Yogyakarta.
Rasidi. 2000. Pakan Lokal Alternatif Untuk Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 1990. Bahan Makanan Unggas Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1992. Seputar makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 2003. Berternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B 1988. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B 1994. Berternak Ayam Buras. Swadaya, Jakarta.
Sastrosupardi, A. 1995. Rencana Percobaan Untuk Bidang Pertanian. Kanisius.
            Yogyakarta.
Siregar A.P, M. Sabarani, M. Dan Pramu S. 1986. Teknik Berternak Ayam Pedaging Di Indonesia. Jakarta.
Sularno, 2013. Praktikum Ternak Unggas Komparatif . APB University.     Yogyakarta.
Thamrin Nawawi, Ir. 2011. Pakan Ayam Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tillam, A. D, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.       Lebdosukojo. 1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wahju, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press,          Yogyakarta.
Wibowo, S. 1996. Pentunjuk Berternak Ayam Buras. Gita Media Press, Surabaya.











LAMPIRAN












Lampiran 1 : Data analisis statistika konsumsi pakan ayam kampung super selama penelitian (gram/ekor).
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
|A-B = d|
1
1466
1286
180
2
1802
1439
363
3
1477
1604,5
-127,5
4
1768
1417
351
Total
6513
5746,5
706,5
Rata-ratans
1628,25
1436,62
191,62


                             
Kesimpulan :  karna didapat T hitung lebih kecil dari T tabel 0,05 = 2,132, maka pengaruh pengantian dedak jagung pada pakan komersial Broiler Starter terhadap konsumsi pakan menunjukan perbedan yang tidak nyata (Nonsingnifikan).

Lampiran 2 : Analisa statistika pertumbuhan berat bedan ayam kampung super                             selama penelitian (gram/ekor)
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
|A-B = d|
1
808,5
756
52,5
2
804
855
-51
3
851
872
-21
4
1040
754,5
285,5
Total
3503,5
3237,5
266
Rata-ratans
875,87
809,37
66,5


                             
       
        
  
Kesimpulan :   karna T hitung lebih kecil dari T tebel 0,05 = 2,132, maka                                         pengaruh pengantian dedak jagung pada pakan broiler terhadap pertumbuhan barat badan menujukan perbedaan yang tidak nyata (nonsingnifikan)





Lampiran 3 :    Analisis data konversi pakan ayam kampung super selama                                        penelitian.
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
|A-B = d|
1
1,81
1,70
0,11
2
2,24
1,68
0,56
3
1,73
1,84
-0,11
4
1,7
1,87
-0,17
Total
7,48
7,09
0,39
Rata-ratans
1,87
1,77
0,097


                             
       
        
     
Kesimpulan:    karna didapat T hitung lebih besar dari T tabel 0,05 = 2,132 maka                mempengaruhi pengantian dedak jagung pada pakan komersial broiler starter terhadap konversi pakan (FCR) bahwa menunjukan perbedan tidak nyata (Nonsingnifikan).

Lampiran 4 :    Data analisa statistika IOFC pakan ayam kampung super selama                              penelitian (Rp/kg).
Ulangan
Perlakuan
P1
P2
|A-B = d|
1
31473,25
32140
-666,75
2
26824
36528,75
-9704,75
3
33986,5
3547,1
-1660,6
4
42016
30506,5
11509,5
Total
134299,75
134822,35
-522,6
Rata-ratans
33574,94
33705,59
-130,65


                            
   
        
Kesimpulan:    didapat T hitung lebih kecil dari T tabel 0,05 = 2,132, maka pengaruh pengantian dedak jagung terhadap pakan broiler starter untuk incomeover feed cost (IOFC) pakan menunjukan perbedaan yang tidak nyata (Nonsingnifikan).

4 komentar:


  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan METHYLEN BLUE untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus
  2. Sugarboo Extra Long Digital Titanium Styler - TITNCY
    Description. mens titanium wedding bands a sugarboo extra ecosport titanium long digital titanium babyliss pro titanium styler from titanium granite countertops TITNCY. Material: Stainless Steel Weight: ‎2.13 pounds; Brand: TIPINGO TECHNICALS, LLC. infiniti pro rainbow titanium flat iron

    BalasHapus