Gregorius Agung Pradipto, S.Pt instagram : greg_pradipto

Minggu, 25 September 2016

LAPORAN PRAKTIKUM TERNAK POTONG KOMPARATIF (KAMBING PERANAKAN ETAWA)



LAPORAN PRAKTIKUM
TERNAK POTONG KOMPARATIF
(KAMBING PERANAKAN ETAWA)



Disusun oleh :
Agung Setyo Nugroho 102207
Gregorius Agung Pradipto 091299
Stivanus Dwi Handoko 102210







AKADEMI PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2012

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan praktikum “TERNAK POTONG KOMPARATIF ”
Dalam penyusunan laporan ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan laporan ini meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerja sama antara  pembimbing dan penulis serta beberapa kerabat yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya praktikum ini. Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada pihak diatas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan laporan praktikum ini. Demikian semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.




DAFTAR PUSTAKA
Halaman judul
Kata pengantar
Pasta pustaka
Bab I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
1.2  Tujuan
Bab II Tinjauan Pustaka
            2.1 Jenis- jenis kambing di Indonesia
                        2.1.1 Kambing kacang
                        2.1.2 Kambing boer
                        2.1.3 Kambing gembrong
                        2.1.4 Kambing peranakan etawa
            2.2 Pakan kambing
                        2.2.1 Pakan hijauan
                        2.2.2 Pakan limbah industri dan pertanian
                        2.2.3 Pakan tambahan
            2.3 Syarat dan lokasi kambing
                        2.3.1 Ukuran kandang kambing
                        2.3.2 Bahan penyusun kandang kambing
            2.4 Teknik pemilihan bibit kambing
            2.5 Teknik pemeliharaan
                        2.5.1 Pengelolaan reproduksi
                        2.5.2 Sistem pemeliharaan
            2.6 Ransum pakan
                        2.6.1 Hijauan
                        2.6.1 Pakan penguat atau konsentrat

2.7 Penyakit dan pengendalian
                        2.7.1 Penyakit mata
                        2.7.2 Penyakit batuk
                        2.7.3 Penyakit cacingan
                        2.7.4 Penyakit gatal
                        2.7.5 Penyakit tetanus
                        2.7.6 Penyakit Diare
Bab III Materi dan Metode
            3.1 Materi
            3.2 Metode
Bab IV Hasil dan Pembahasan
            4.1 Penetuan kelas kambing PE
            4.2 Perkandangan
            4.3 Pemeliharaan dan pengelolaan reproduksi
            4.4 Pemberian pakan
            4.5 Penyakit
            4.6 Analisis usaha
Bab V Kesimpulan
Daftar pustaka

  
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup tinggi. Kambing di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara umum memiliki beberapa keunggulannya antara lain mampu beradaptasi dalam kondisi yang ekstrim, tahan terhadap beberapa penyakit, cepat berkembang biak dan prolifik (beranak banyak).
Populasi kambing di Indonesia sendiri masih tergolong rendah, saat ini berjumlah sekitar 15,20 juta ekor dengan pertumbuhan populasi 5,52% per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2010). Data mengenai bangsa kambing perah di Indonesia sendiri belum ada, padahal kebutuhan dan konsumsi akan protein hewani dari daging dan susu meningkat dari tahun ke tahun. Umumnya, pemenuhan kebutuhan protein hewani, khususnya susu diperoleh dari ternak sapi perah. Produksi susu di Indonesia pada tahun 2010 baru mencapai sekitar 26% dari kebutuhan nasional (Direktorat Jenderal Peternakan, 2010). Defisit penyediaan susu yang tidak terpenuhi dari sapi perah ini merupakan peluang bagi pengembangan ternak kambing perah. Namun demikian, peternak masih banyak menghadapi kendala dalam mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan ternak kambing, khususnya kambing perah.
Lingkungan dan genetik merupakan dua faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, produksi dan reproduksi makhluk hidup. Secara genetik, spesies yang berbeda memiliki gen yang berbeda pula, sehingga perlu diketahui perbedaan tiap gen pada bangsa maupun populasi yang sama. Kemampuan seekor ternak mengkonsumsi pakan tergantung pada hijauan, temperatur lingkungan, ukuran tubuh ternak dan keadaan fisiologi ternak. Konsumsi makanan akan bertambah jika aliran makanan cepat tercerna atau jika diberikan makanan yang berdaya cerna tinggi. Penambahan makanan penguat atau konsentrat ke dalam pakan ternak juga dapat meningkatkan palatabilitas pakan yang dikonsumsi dan pertambahan berat badan (Anggorodi, 1990).

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk memahami karakteristik kambing PE secara kualitas, melakukan penimbangan beberapa jenis pakan kambing PE, mengetahui manajemen pemeliharaan yang dilakasanakan dalam peternakan dengan partsipasi secara langsung serta dapat mengetahui analisis usaha yang digunakan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            2.1 Jenis kambing di Indonesia
Populasi kambing terbanyak dan tersebar luas di Indonesia adalah kambing lokal, yang biasa disebut kambing kacang. Kambing yang berukuran kecil tersebut sudah sangat terkenal sejak tahun 1900-an. Setelah pemerintah Hindia Belanda mengimpor bibit kambing dari India dan Eropa, jenis-jenis kambing di Indonesia menjadi semakin beragam.
Meskipun populasi ternak kambing yang berkembang di Indonesia terdiri dari banyak jenis (ras), tetapi dalam pemeliharaannya hanya dapat dibedakan untuk tiga tujuan, yaitu penghasil daging, susu, atau serba guna (daging & susu). Namun, pada dasarnya, ternak kambing di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu kambing penghasil daging (potong) dan penghasil susu (disamping daging).

            2.1.1 Kambing kacang
Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit, bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana.
Ciri-ciri kambing Kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam dan coklat). Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor.
Table . Karakteristik morfologik tubuh kambing Kacang
Tidak
Uraian
Betina
Jantan
1
Bobot/kg
22
25
2
Panjang badan/cm
47
55
3
Tinggi pundak/cm
55,3
55,7
4
Tinggi pinggul/cm
54,7
58,4
5
Lingkar dada/cm
62,1
67,6
6
Lebar dada/cm
-
-
7
Dalam dada/cm
-
-
8
Panjang Tanduk/cm
7
7,8
9
Panjang telinga/cm
4
4,5
10
Lebar telinga/cm
-
-
11
Type telinga
Tegak
Tegak
12
Panjang ekor/cm
12
12
13
Lebar ekor/cm
2
2,5

Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6% dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72 hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg.

            2.1.2 Kambing boer
Kambing Boer aslinya berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer merupakan kambing pedaging yang sesungguhnya karena pertumbuhannya sangat cepat Kambing ini pada umur lima hingga enam bulan sudah dapat mencapai berat 35 – 45 kg, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Kambing Boer jantan akan tumbuh dengan berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun), sedangkan Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 – 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya. Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga sangat panas (43 derajat celcius) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada rumput.
Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi dengan pantat yang berotot. Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam karena hal ini untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada umur 7-8 bulan, tetapi disarankan agar satu pejantan tidak melayani lebih dari 8 – 10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar satu tahun. Boer jantan dewasa (2 – 3 tahun) dapat melayani 30 – 40 betina. Disarankan agar semua pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar tidak terjadi perkawinan yang tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat mengawini hingga selama 7 – 8 tahun.
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan kepala dan leher ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan, tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1 – 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga, bahkan empat.  Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi yang cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2½ – 3½ bulan induk mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga empat puting, tetapi kadangkala tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat disebut “flagging”. Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 – 8 tahun.

            2.1.3 Kambing gembrong
Kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Pertama kali melihat hewan ini seperti melihat anjing berbulu panjang dan lebat, padahal kambing. Melihat badannya memang mirip kambing, tetapi bila melihat bulunya yang lebat mirip anjing. Dari badan hingga kepala, hewan ini juga hampir tertutup seluruhnya oleh bulu. Itulah kambing Gembrong, kambing asal Bali yang hampir punah.
bobot badan kambing dewasa 32-45 kg. Kambing diikat di dahi. Jumbai terkadang menutupi bagian mata dan wajah kambing.
Kambing gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah Bali.  Beberapa peternak mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan kambing Peranakan Ettawah (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing gettah alias gembrong ettawah.


            2.1.4 Kambing peranakan etawa
Kambing Peranakan Ettawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawah (asal India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip Ettawah tetapi lebih kecil. Kambing PE tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip Kacang disebut Bligon atau Jawa randu yang merupakan tipe pedaging.
Ciri khas kambing PE antara lain bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut, telinga panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang, bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha, bulu paha panjang dan tebal. Warna bulu ada yang tunggal; putih, hitam dan coklat, tetapi jarang ditemukan. Kebanyakan terdiri dari dua atau tiga pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam.  Kambing peranakan Ettawah (PE) hampir menyebar diseluruh Indonesia
Tabel . Karakteristik morfologik tubuh kambing Peranakan Ettawah (PE)
Tidak.
Uraian
Betina
Jantan
1
Bobot/kg
40,2
60
2
Panjang badan/cm
81
81
3
Tinggi pundak/cm
76
84
4
Tinggi pinggul/cm
80,1
96,8
5
Lingkar dada/cm
80,1
99,5
6
Lebar dada/cm
12,4
15,7
7
Dalam dada/cm
-
-
8
Panjang Tanduk/cm
6,5
15
9
Panjang telinga/cm
12
15
10
Lebar telinga/cm
-
-
11
Type telinga
Jatuh
Jatuh
12
Panjang ekor/cm
19
25
13
Lebar ekor/cm
2,5
3,6



2.2 Pakan kambing
Dalam kehidupannya, ternak kambing memerlukan beberapa jenis pakan.


            2.2.1 Pakan hijauan
Pakan hijauan terdiri dari dua jenis, yaitu pakan dari rumput-rumputan dan pakan dari legume. Pakan rumput-rumputan diantaranya rumput gajah, rumput benggala, rumput raja dan turi. Sedangkan contoh pakan legume antara lain seperti lamtoro, kaliandra, kacang-kacangan, dan harendong. Namun, daun-daunan hijau lebih disukai oleh kambing dibandingkan rumput. Komposisi masing-masing pakan tergantung pada kebutuhan ternak, yaitu antara kambing menyusui, pemacek dan dewasa.
Campuran daun-daunan dan rumput dengan perbandingan 1 : 1 akan saling melengkapi dan menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik. Di samping itu, kambing tidak cepat bosan melahap pakan hijau yang tersedia. Hindari pemberian hijauan yang masih muda. Jika terpaksa digunakan hendaknya diangin-anginkan terlebih dahulu selama 3-4 jam, untuk menghindari terjadinya bloat (kembung) pada kambing.

            2.2.2 Pakan limbah industri dan pertanian
Selain pakan hijauan, kambing juga menyukai pakan yang berasal dari limbah pertanian. Limbah industri yang dapat dijadikan pakan antara lain seperti ampas tahu, ampas tempe, ampas singkong, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, dedak padi, dan dedak jagung. Sementara contoh limbah pertanian antara lain seperti jerami padi, jerami jagung, daun singkong, daun nangka dan limbah kelapa.

            2.2.3 Pakan tambahan
Pakan tambahan berguna untuk memenuhi kebutuhan mineral dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu, pakan tambahan ini bermanfaat untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terdapat pada hijauan. Sumber pakan tambahan berupa campuran mineral (mineral mix) dari garam dapur, kapur, dan premix.

2.3 Syarat lokasi dan kandang
Lokasi kandang kambing sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk, berada diatas tanah yang padat atau tidak mudah becek ketika hujan, cukup sinar matahari, kelembapan 60-70%, dekat dengan sumber air, dan mudah dijangkau oleh kendaraan umum. Kandang hendaknya dibuat membujur dari arah timur ke barat, diusahakan juga kandang menghadap timur agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang.
Apabila lokasi peternakan berada di daerah yang embusan anginnya kencang, peternak hendaknya menanami sekeliling kandang dengan pepohonan agar dapat melindungi kandang dari embusan angin keras secara lansgung. Selain mengurangi embusan angin, daun dan buah pohom dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.

2.3.1 Ukuran kandang kambing
Seekor kambing dewasa membutuhkan ruang seluas 1 x 1.5 m. Dengan begitu, kandang seluas 1.5 x 10 m cukup untuk menempatkan 10 ekor kambing. Tinggi lantai dari permukaan tanah 75-100 cm. Sekat kandang sebaiknya dapat digeser agar mudah mengatur ruangan sesuai kebutuhan dan tingginya 70-80 cm. Dasar kolong kandang dibuat dari bahan semen untuk menampung dan mempermudahkan peternak membersihkan kotoran.


2.3.1 Bahan penyusun kandang kambing
Atap dari kandang kambing disarankan terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Sebaiknya menggunakan rumbia, seng, asbes, alang-alang, genting sebagai bahan yang digunakan sebagai atap kandang. Untuk daerah yang bersuhu panas, disarankan menggunakan bahan yang daya serapnya kecil seperti rumbia atau genting. Sementara itu, untuk lokasi yang bersuhu dingin disarankan atap terbuat dari bahan yang daya serap panasnya tinggi.
Untuk alas kandang kambing bisa langsung menggunakan tanah atau terbuat dari semen, papan, atau belahan bambu, tergantung jenis kandang yang digunakan. Lantai kandang dibuat miring kurang lebih 10 derajat dan bahannya harus mudah menyerap air agar kandang tetap kering ketika dibersihkan. Dinding kandang dapat dibuat dari belahan bambu, kayu bekas bangunan atau bahan-bahan lain yang mudah diperoleh di daerah setempat.


2.4 Teknik pemilihan bibit kambing
Salah satu faktor keberhasilan dalam beternak kambing, adalah keterampilan memilih bibit ternak (bakalan). Dari bibit yang baik akan menghasilkan keturann yang baik dan cepat tumbuh, terlebih dengan teknik pemberian pakan yang baik dan teratur. Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.  Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit kambing antara lain,
Umur ternak : 8 - 12 bulan, berat badan : 10 - 15 kg
Ciri-ciri,
  • warna kebanyakan tunggal yaitu coklat, hitam, putih, sawo matang atau kombinasi.
  • temperamen lincah
  • Kepala kecil dan ringan
  • Telinganya panjang dan bertanduk
Ciri untuk calon induk kambing,
Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk,  jinak dan sorot matanya ramah, kaki lurus dan tumit tinggi, gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata, dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda, ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.
Ciri untuk calon pejantan kambing,
Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi, kaki lurus dan kuat, dari keturunan kembar, umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
2.5 Teknik pemeliharaan
            2.5.1 Pegelolahan reproduksi
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
  1. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan
    mencapai 55 - 60 kg.
  2. Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari.
  3. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila
    dinaiki.
  4. Ratio jantan dan betina = 1 : 10
    Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :
    1. Masa bunting 144 - 156 hari (.... 5 bulan).
    2. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.

2.5.2 Sistem pemeliharaan
            Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dansulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampungkira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambingyang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns,1994). Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapatmencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atautanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne1993).
 Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampaicukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harusdikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994).Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaanterkontrol dan pemberian pakan konsentrat tambahan ( Williamson dan Payne 1993).

            2.6 Ransum pakan
            Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daundaunan tertentu(daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor kambing dewasamembutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, pagi dan sore, tetapikambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di alam terbuka. Untuk kambingjantan yang sedang dalam periode memacek sebaiknya ditambah pakan penguat (konsentrat) ± 1kg. Konsentrat yang terdiri dari campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian bungkil kelapaditambah garam secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan penguat tersebutdiberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental (Sosroamidjojo, 1985). Kambing makanpakan yang tidak biasa dikonsumsi oleh hewan lain. Pakan utama kambing adalah tunas-tunassesuai dengan sifat alamiah kambing (browser). Kambing sangat efisien dalam mengubah pakanberkualitas rendah menjadi protein yang ber kualitas tinggi (Blakely dan Bade , 1994). Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan kambing Peranakan Ettawa sebenarnya hanyaterdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar,pakan penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiridari rumput dan dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna sepertikonsentrat, ampas tahu dan bubur singkong. Sementara pakan pengganti merupakan pakanhijauan yang sudah difermentasi. Menurut Mulyono dan Sarwono (2008), pada dasarnyakambing tidak selektif  dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput disukai,tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput. Hijauan yang baik untuk pakanadalah hijauan yang belum terlalu tua dan belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masihmuda memiliki kandungan PK (protein kasar) yang lebih tinggi. Hijauan yang diperoleh padamusim hujan sebaiknya dilayukan atau dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pakan kambing.
2.6.1 Hijauan
Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1992).Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansiadan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral.Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak kambing harus disuplementasikandenga n makanan penguat atau konsentrat agar kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapatterpenuhi. Tujuan suplementasi makanan penguat dalam makanan ternak kambing adalahuntuk meningkatkan daya guna makanan atau menambah nilai gizi makanan, menambahunsur makanan yang defisien serta meningkatkan konsumsi dan kecernaan makanan.Keuntungan yang diperoleh dari pemberian pakan kasar bersama makanan penguatadalah adanya kecenderungan mikroorganisme dalam rumen dapat memanfaatkanmakanan penguat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya memanfaatkanmakanan kasar yang ada. Dengan demikian mikroorganisme rumen lebih mudah danlebih cepat berkembang populasinya, sehingga akan semakin banyak makanan yang harusdikonsumsi ternak kambing.
Siregar (1995) menambahka n bahwa pemberian hijauan terbagi menjadi 2 macam yaitu hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar dengan kadar air 70%dan hijauan yang diberikan dalam keadaan kering atau awetan. Hijauan kering dapatberupa hay, sedangkan awetan dapat berupa silase. Hijauan merupakan bahan pakanberserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan.
Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70% dari total pakan (Setiawan dan Arsa, 2005). Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila pakan berupa campuran daun – daunan dan rumputan dicampur dengan perbandingan 1 : 1. dengan komposisi demekian, zat gizi yang terdapat pada masing-masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan menjami ketersedian gizi yang lebih baik.
           
2.6.1 Makanan penguat (konsentrat)
. Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (Hartadi et al., 1980).Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa konsentrat untuk ternak  kambing umumnya disebutsebagai pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Pakan penguat dapat berupa dedak jagung, ampastahu, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, atau campuran pakan tersebut.
Patokan umum bahan makanan yang diperlukan adalah 10% dari berat badan. Namun karena jumlah hijauan yang tidak dimakan cukup besar, dikarenakan sudah tua atau tidak disenangi ternak, maka perhitungan di dua kalikan. Sebagai contoh perhitungan untuk kambing dengan berat badan 30kg, maka hijauan yang harus disediakan adlah : 30X10/10X2= 6 kg/ekor/hari
Sedangkan untuk kebutuhan air pada ternak kambing berkisar antara 1,5 - 2,5 liter air, karena tubuh terdiri 70% air. Apabila sampai mengalami kekurangan air 20% akan berakibat kematian. Air tersebut dibutuhkan untuk pencernaan, sehingga air harus bersih, tidak beracun, dan harus selalu ada.

            2.7 Penyakit dan pengendalian
                        2.7.1 Penyakit mata
Penyakit ini bisa menyerang kambing etawa pada saat cuaca kurang baik serta adanya penurunan daya tahan tubuh kambing etawa , biasanya mudah sekali terserang penyakit mata.
Untuk pengobatan sementara dan pertama yang dilakukan dengan  daun sirih, garam dan air panas, sedangkan cara pembuatan obatnya cukup mengambil 3 lbr daun sirih,kemudian di tuangkan air panas kedalam gelas yang di campur oleh garam,Setelah air garam bercampur daun sirih tersebut agak dingin kita kompreskan ke bagian mata kambing etawa yang terjangkit penyakit tersebut lakukan 1 kali sehari selama 2 hari .

            2.7.2 Penyakit batuk
Penyakit ini kadang juga menyerang kambing etawa dan biasanya jiga di sertai pilek atau semacam flu ,pada penyakit ini kambing biasanya susah bernafas dan sering batuk batuk layaknya manusia ,penyakit batuk pada kambing etawa kadang terjadi karena makanan hijauan yang agak basah terkena air hujan yang berlebihan  .
Untuk pengobatan penyakit ini para peternak biasanya menggunakan beras kencur, sedangkan caranya cukup mengambil beberapa potong kencur ditumbuk di campur dengan beras kemudian di kasih air panas, setelah itu minumkan ke kambing etawa yang sakit setelah seduhan beras kencur tersebut dingin.

            2.7.3 Penyakit cacimgan
Penyakit cacingan hampir selalu di jumpai oleh setiap kambing etawa karena faktor makanan yang biasanya membawa benih cacing kedalam perut kambing etawa.
Untuk pengobatan penyakit ini biasanya para pelaku peternak melakukan tindakan preventif setiap 3 bulan dengan memberikan minuman campuran temu hitam  dengan gula merah ,Jika kurang nafsu makan kita juga bisa gunakan temu ireng di campur dengan garam sebagai perangsang nafu makan, untuk kambing etawa yang terserang cacingan cukup parah hingga kurus sekali sebaiknya di berikan makanan daun jimitri untuk beberapa hari.

            2.7.4 Penyakit gatal
Penyakit jenis ini biasanya menyerang pada sebagian kulit kaki, kepala dan sebagian tubuh kambing ettawa, jenis penyakit ini mudah sekali menular pada kambing yang lain.
Untuk pengobatan dan penangananya pertama sebaiknya pisahkan kambing etawa yang sakit gatal ini dengan kambing yang lain kemudian pengobatanya kita bisa ambil bebara butir lirang, oli bekas di campur dengan minyak goreng dan garam, di tumbuk sampai halus dan dioleskan ke bagian yang gatal dan sakit , lakukan beberapa kali hingga luka kurap mengering.

            2.7.5 Penyakit tetanus
Penyakit ini paling sulit untuk bisa di obati namun ada bebarapa cara untuk pencegahan,yauitu dengan cara  melakukan prefentif dengan cara memotong plasenta yang basah dan agak panjang dan kemudian mengolesinya dengan kunyit dengan tujuan agar tidak terkena baksil tetanus yang biasanya melalui ujung plasenta ini.

            2.7.6 Penyakit diare
Penyakit ini juga kadang menyerang kambing etawa yang biasanya di sebabkan makanan sejenis yang berlebihan atau karena kambing memakan hijauan makanan ternak yang berupa daun yang masih terlalu muda  yang berlebihan
Untuk mengatasi penyakit Mencret pada kambing etawa cukup menggunakan mahkota dewa, jika di daerah anda tersedia buah mahkota dewa itu bisa kita gunakan untuk obat mencret, cara nya adalah dengan mengiris iris beberapa buah mahkota dewa kemudian campukan dengan garam serta air panas ,sesaat setelah dingin minumkan pada kambing yang terserang diare atau mencret tersebut , jika di daerah anda susah menemukan buah mahkota dewa anda bisa melakukan terapi makanan kambing dengan mencampur daun jambu biji yang di campur dengan garam secukupnya.

BAB III
MATERI DAN METODE
            Praktikum ternak potong komparatif ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 27 April 2012 bertempat di kelompok peternakan kambing peranakan etawa(PE) Ngudi mulyo ketua bapak Harjono yang beralamatkan Dusun puluhan lor trimurti, Desa Srandakan, Kecamatan Bantul, Kabupaten Yogyakarta, dimulai pukul 13.00 sampai 17.00 WIB.

            3.1 Materi
            Adapun  alat alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya, meteran ukur, pita ukur, alat tulis, timbangan berat, ember pakan, sabit, sedangkan bahan yang digunakan adalah 20ekor kambing betina PE, 3 ekor kambing jantan PE, rumput gajah, ampas tahu.

            3.2 Metode
            Dalam praktikum ini data diambil dari partisifasi aktif didalam kandang meliputi pengukuran kriteria kambing jantan dan betina PE, pengukuran kandang, penimbangan bahan pakan, serta penghitungan analisis usaha.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
            4.1 Penentuan kelas kambing PE
            Dengan melakukan pengukuran pada kriteria kambing jantan dan betina PE, didapatkan tinggi gumbal jantan 100 cm, betina 90 cm, lingkar dada jantan 112 cm, betina 99 cm, panjang badan 110 cm, betina 92 cm, kepala tegak, profil wajah melengkung, tanduk sejajar mengarah ke belakang, telinga jantan panjang 34cm, lebar 13cm,lipatan ujung 6,5cm, telinga betina panjang 33cm, lebar 12cm, lipatan ujung 6cm, lingkar scrotum 23cm, ambing kenyal,simetris,punting berjumlah 2, bulu gembol lebat, warna buluh putih dengan bercak hitam, sedangkan untuk kriteria kambing PE kaligesing jantan badan besar, tinggi gumba 90-110 cm, berat hidup 65-120 kg, panjang badan 85-115 cm, kepala tegak, garis profil melengkung, memiliki tanduk mengarah ke belakang, telinga lebar menggantung panjang serta melipat pa da ujungnya,  panjang jantan 25-41 cm, lingkar testis bisa mencapai 23 cm, warna bulu bervariasi antar hitam, putih, coklat kekuningan atau kombinasi keduanya, paha kaki belakang berbulu lebat dan panjang, untuk betina badan besar, tinggi gumba 70-90 cm, berat hidup 45-80 kg,  panjang badan jantan 65-85 cm, kepala tegak, Jenong menyerupai ikan Louhan, garis profil melengkung, memiliki tanduk mengarah ke belakang ( kebanyakan pendek ), telinga panjang 10 cm - 28 cm serta melipat pada ujungnya lebar menggantung, ambing berkembang baik, puting susu besar dan panjang, pola warna bulu bervariasi antar hitam, putih, coklat kekuningan atau kombinasi keduanya, paha kaki belakang berbulu lebat dan panjang ( Rewos ).


            4.2 Perkandangan
            Dalam praktikum ani kandang yang digunakan berupa kadang panggung, yang terbuat dari kayu, beratapkan genting, dengan jarak kanang dengan rumah 5 sampai 20 meter, kandang kambing meliputi kandang kambing jantan, kandang laktasi, betina, kandang dara, kandang anakan, dan kandang bunting, panjang ukuran kandang 1 meter lebar 2 meter per sekat, ukuran tempat pakan panjang 1 meter, lebar 50cm, tinggi 30 cm, kandang menbujur dari timur ke barat,tinggi dari kolong 50 cm, dasar kolong terbuat dari bahan semen sedangkan untuk ukuran kandang normal seekor kambing dewasa membutuhkan ruang seluas 1 x 1.5 m. Dengan begitu, kandang seluas 1.5 x 10 m cukup untuk menempatkan 10 ekor kambing. Tinggi lantai dari permukaan tanah 75-100 cm. Sekat kandang sebaiknya dapat digeser agar mudah mengatur ruangan sesuai kebutuhan dan tingginya 70-80 cm. Dasar kolong kandang dibuat dari bahan semen untuk menampung dan mempermudahkan peternak membersihkan kotoran.

4.3 Pemeliharaan dan pengolahan reproduksi
Untuk pemeliharan cukup terjamin, kandang dibersihan setiap hari, kotoran dikumpulan setiap kali ada, bulu kambing bila sudah ckup lebat dicukur, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam pemerahan dam memutus sumber berkembangnya penyakit, pemotongan kuku dilakukan bila kuku sudah panjang ini bertujuan agar tidak mengganggu saat jalan dan pada saat perkawinan.
Kambing mengalami dewasa kelamin sekitar umur 7 bulan, tetapi umur satu tahun baru dikawinkan, untuk penjantan siap dikawinkan umur 12 bulan dan betina umur 10 bulan, betina laktasi dikawinkan bila produksi susu tinggal ½ liter, adapun tanda tanda kambing birahi, alat kelamin luar bengkak, basah, berlendir, diam saja bila dinaiki ternak lain, gelisah nafsu makan turu. Kambing bunting selama kurang lebih 5 bulan ditandai dengan tidak ada tanda tanda birahi pada siklus berikutnya, perut sebelah kanan membesar, ambing menurun, dan kelihatan lebih tenang, bila kebuntingan sudah memasuki umur 5 bulan kelahiran akan terjadi, hal ini ditandai dengan pinngul mengendur, ambing membesar, punting terisi penuh, vulva bengkak,keluar cairan lendir yang banyak, apabila terjadi kesulitan dalam proses kelahiran hendaknya dibantu dengan dirogoh, setelah anak cempe lahir tali pusar tidak dipotong, diberi larutan iodium atau gusanek biar tidak terjadi infeksi,  lendir dibantu dibersihkan dengan kain kering, dan diberikan susu kolostrum dari induknya.

4.4 Pemberian pakan
Hijauan diberikan dua kali sehari yaitu siang dan malam hari, untuk indukan dan penjantan dewasa rumput diberikan siang hari 6kg, malam hari ditambah 6 kg, untuk kambing lepas sapih diberikan siang 2 kg dan malam hari 6 kg, sedangkan untuk pakan campuran jantan dewasa diberikan 550gr kulit kedelai, 30gr mineral kambing, 3 kg ampas tahu, indukan betina diberikan 2150 gr ampas tahu, kulit kedelai 550gr dan mineral 30 gr, untuk kambing lepas sapih ampas tahu diberikan 1,1kg, kulit kedelai 550 gr, dan mineral 15 gr, diberikan pagi dan sore hari, dengan pemberian sebelum hijauan diberikan.
Pada umum bahan makanan yang diperlukan adalah 10% dari berat badan. Dan komposisi rumput dan dauanan untuk kambing, Kambing dewasa membutuhkan 75% rumput dan 25% daunan
Kambing bunting membutuhkan 60% rumput dan 40% daunan
Kambing menyusui membutuhkan 50% rumput dan 50% daunan
Kambing Anak lepas membutuhkan 60% rumput dan 40% daunan.



4.5 Penyakit
Penyakit atau gangguan yang biasanya menyerang atau terjadi pada pemeliharaan kambing di perdesaan bersifat umum, diantaranya keracunan bahan pakan, biasanya peternak memberikan makutadewa, bila kembung biasanya diminumkan minyak goreng pada kambing, dan bila kambing diare biasanya diberikan daun jambu biji atau biasa juga dengan air rebusan jantung bunga pisang.
4.6 Analisis usaha
A. BIAYA INVESTASI (TETAP)
            1. Pembuatan kandang                                    Rp.   20.000.000
            2. Pembelian 20 ekor kambing betina             Rp.   80.000.000
            3. Pembelian 3 ekor kambing jantan               Rp.   10.500.000
            4. Peralatan peralatan kandang                       Rp.        500.000
                        Total biaya investasi                          Rp. 111.000.000
B. BIAYA PRODUKSI (VARIABEL)
            (Dihitung dalam hari)
1.      Biaya pemeliharaan betina dan pejantan (23 ekor)
-          Biaya pembelian konsentrat                      Rp.    500
-          Biaya pembelian hijauan                           Rp.  1000
-          Biaya obat obatan Rp.1.000.000/30         Rp. 3.333
Total Biaya pemeliharaan per ekor/hari       Rp. 4.833
Total biaya pemeliharaan selama 1 tahun
Rp.4.833 x 12 bulan x 23 ekor x 30 hari     Rp. 40. 017.240

2.      Biaya pemeliharaan cempe selama 4 bulan
-          Biaya pembelian susu(diberikan sampai 3 bulan)
0,5 liter susu sapi x Rp.6000 = Rp. 3000
Biaya pembelian susu per hari(dalam 4 bulan)                  Rp.   1000
-          Biaya pembelian konsentrat(diberikan setelah
Berumur 3 bulan) 0,2 kg x Rp. 600 = Rp. 100
Biaya pembelian konsentrat per hari
(dalam 4 bulan)                                                                 Rp.     100
-          Biaya pemberian hijauan(diberikan mulai umur
2 bulan) 3 kg x Rp. 1000 = Rp. 3000
Biaya pemberian hijauan per hari (dalam 4 bulan)            Rp. 1. 500
-          Biaya obat obatan Rp.15. 000/ 30 hari                             Rp.     500
Total biaya pemeliharaan cempe per hari                          Rp. 3. 100

TOTAL BIAYA PEMELIHARAAN SAMPAI
UMUR 4 BULAN
            Rp.3. 100 x 4 bulan x 30 hari x 104 ekor                Rp.  38. 688.000
C. PROYEKSI PENDAPATAN
1)      Penjualan susu selama 1 tahun                                    Rp.     3.000. 000
2)      Penjualan cempe 104 ekor x Rp. 2.000.000                Rp. 208. 000.000
3)      Penjualan induk afkir 11 ekor x Rp. 1.500.000          Rp.    16.500.000
4)      Penjualan pupuk atau kotoran                                     Rp.      1.000.000
D. REKAPITULASI
1. BIAYA – BIAYA
a)      Biaya investasi                                    Rp. 111. 000. 000
b)      Biaya pemeliharaan penjatan dan
Betina Pe selama 1 tahun                    Rp.   40. 017. 240
c)      Biaya pemeliharaan cempe
Selama 4 bulan                                    Rp.    38. 688.000
TOTAL BIAYA                                 Rp. 189. 705. 270





2.PENDAPATAN
1)      Penjualan susu                                     Rp.      3.000. 000
2)      Penjualan cempe                                 Rp. 208. 000. 000
3)      Penjualan induk afkir                          Rp.   16. 500. 000
4)      Penjualan pupuk atau kotoran             Rp.     1. 000. 000

Rp. 228. 500. 000
            Keuntungan yang diperoleh selama 1 tahun
            = Rp. 228. 500. 000 – Rp. 189. 705. 240
            = Rp. 35. 794. 760
            Penghasilan per bulan Rp. 35. 794. 760 : 12 = Rp. 2. 982. 896
E. ANALISIS KELAYAKAN USAHA (B/C RATIO)
            B/C Ratio        = Keuntungan : total biaya
                                    = Rp. 35. 794. 760 : Rp. 189. 705. 240
                                    = 0,188
  
 BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanan dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan suatu usaha peternakan, baik itu peternakan besar maupun peternakan rakyat (tradisional) sangat ditentukan oleh segitiga produksi yang baik, yaitu Breeding, Feeding, dan Manajemen. Hijauan merupakan makanan utama kambing dan domba, sehingga harus mempunyai nilai gizi dan daya cerna yang tinggi dan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak. Selain hijauan, ternak perlu diberi pakan penguat, yaitu yang berupa konsentrat untuk melengkapi kebutuhan gizi. Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi kandang dan manajemen kelompok peternakan kambing PE NGUDI MULYO ketua bapak Harjono cukup memadai. Perawatan kesehatan mutlak harus di perhatikan karena merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha peternakan.


           
            Daftar pustaka
Devandra dan Burns. 1994. Beternak Kambing di Daerah Tropis.
  Penebar Swadaya. Jakarta
Dwiyanto. 1994 .Penanganan Domba dan Kambing. Penebar Swadaya. Jakarta
Murtidjo. 1992. Memelihara Domba. Kanisius. Yogyakarta
________.1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah.
  Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono. 1990. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Sumoprastowo. 1998. Beternak Kambing yang Berhasil.
 Bhratara Niaga Media. Jakarta
Sumoprastowo, C.D.A., 1986. Beternak Kambing yang Berhasil. Bratara.
  Niaga Media. Jakarta.
Anggorodi, R., 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT.Gramedia. Jakarta.