Gregorius Agung Pradipto, S.Pt instagram : greg_pradipto

Minggu, 25 September 2016

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA (KUDA)



LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA
(KUDA)





 


        Disusun oleh :
             Gregorius Agung Pradipto             092199
                       Agung Setyo Nugroho                     102207
                                               Soekarno Putro Yuwono                 102218

  










AKADEMI PETERNAKAN BRAHMAPUTRRA
YOGYAKARTA
2012


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan praktikum “ILMU MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA”
Dalam penyusunan laporan ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan laporan ini meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerja sama antara  pembimbing dan penulis serta beberapa kerabat yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya praktikum ini. Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada pihak diatas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan laporan praktikum ini. Demikian semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.



DAFTAR PUSTAKA
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar pustaka
Bab I Pendahuluan
1.1  Latar belakang
1.2  Tujuan
Bab II Tinjauan pustaka
            2.1 Kuda
            2.2 Perkandangan kuda
            2.3 Pakan
            2.4 Penyakit pada kuda
            2.5 Reproduksi kuda
            2.6 Perawatan kuda bunting
            2.7 Pakan kuda bunting
Bab III Materi dan Metode
            3.1 Materi
            3.2 Metode
Bab IV Hasil dan Pembahasan
            4.1 Pakan kuda pacu
            4.2 Pakan kuda potong
Bab V Kesimpulan
Daftar pustaka


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan terjadi sejak 2000 SM. Namun ini tetaplah sebuah bukti bahwa kuda telah dikenal begitu lama oleh peradaban manusia.
Kuda sebenarnya hewan liar yang telah didomestikasi, telah dikelola oleh manusia dan masih satu ras dengan keledai dan zebra. Sebagian kuda masih ada yang tetap instinctive, yaitu masih mampu bertahan untuk tetap hidup tanpa campur tangan manusia. Pada zaman purbakala kuda diburu dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Namun semakin berkembangnya pola pikir manusia, dengan dirasakannya bahwa kuda dapat membantu pekerjaan manusia, beberapa kuda dijadikan sebagai sahabat, yaitu alat transportasi. Secara tidak sadar, manusia telah mendomestikasi kuda. Seiring pula dengan kemajuan zaman, manusia melakukan penelitian dan identifikasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kuda-kuda. Akhirnya, sekarang teridentifikasi begitu banyak bangsa kuda yang terdapat di seluruh dunia yang saat ini justru masih banyak yang belum mengenal banyaknya keragaman bangsa kuda tersebut. Walaupun demikian, hingga sekarang ini kuda masih dijadikan sahabat manusia dalam banyak bidang.


1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain, praktikan dapat mengetahui secara langsung mengenai hal-hal yang terkait dengan manajemen pemeliharaan dan perawatan kuda, kandang, pakan, dan  kesehatan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            2.1 Kuda
            Kuda digolongkan kedalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui anaknya), ordo Perssodactyla, famili Equidae, dan spesies Equus Cabalus (Blakely dan Blade). Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda yang liar, kini kuda sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda, atau bajak. Pada beberapa daerah, kuda digunakan sebagai sumber pangan. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejaktahun 4.500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk manusia baru ditemukan sejak 2.000 SM (Wikipedia, 2012).
Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging kuda dan air susu), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, untuk olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan untuk alat pengangkutan. Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi pada npemiliknyab (Parakkasi, 1986).
                Populasi kuda di seluruh dunia mencapai kira-kira 62 juta ekor, yang terdiri dari 500 bangsa, tipe dan varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai hewan yang berkaitan dengan lokasi geografis tempatnya dikembangbiakkan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara khusus (Bowling dan Ruvinsky, 2004).
Domestikasi kuda terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Kuda pertama kali digunakan sebagai sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda tersebut digunakan untuk alat transportasi cepat untuk mengangkut orang dan memindahkan muatan yang berat. Kuda juga menjadi ternak penting dalam bidang pertanian, pertambangan, dan kehutanan (Bogart dan Taylor, 1983).
                Kuda dapat diklasifikasikan menjadi tipe ringan, tipe berat maupun kuda poni sesuai ukuran, bentuk tubuh, dan kegunaan. Kuda tipe ringan mempunyai tinggi 1,45-1,7 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri, dengan bobot badan lebih dari 700 kg dan biasa digunakan untuk pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1,45 m jika berdiri dan bobot badan 250-450 kg, berbeda kuda berukuran kecil biasanya juga terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Ensminger, 1962).

            2.2 Perkandangan kuda
            Membangun kandang di daerah tropis, diusahakan agar ada ventilasi sehingga pertukaran udara bisa berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalamnya. Air hujan jangan sampai masuk ke dalam kandang. Untuk kuda yang akan beranak, dipergunakan kandang yang agak tertutup (Jacoeb, 1994).
Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyaman kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk puncak pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penangan masalah kuda. Jendela pada kuda juga harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (McBane, 1991).
McBane (1991) menyatakan bagian kandang harus tersedia air bersih. Air minum harus diperhatikan bagi kuda betina yang sedang menyusui, karena jika kuda betina tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas, dan lain sebagainya.
Kuda betina dan anaknya yang ditempatkan dalam satu kandang harus memiliki ukuran kandang lebar agar anak kuda dapat bergerak bebas, sedangkan kandang pejantan harus lebih kuat daripada kandang betina atau kandang anak. Letak kandang jantan lebih jauh dari kandang betina agar kuda betina tidak terganggu terutama saat merawat anaknya (Jacoebs,1994).
Alas kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas yang lunak bertujuan agar melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyaman kuda serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu (McBane,1994).
Peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda (McBane,1994).

2.3 Pakan
Ketersediaan pakan yang baik akan menunjangkelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan faktor penting dalam peternakan kuda. Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai jenis rumput seperti Panicum maticum dan Brachiaria mutica. Pakan rumput hanya cukup untuk digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan kacang (McBane,1994).
Pakan kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda tersebut. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu 1-6 bulan, 6-12 bulan, 12-24 bulan, dan diatas 24 bulan. Kuda yang berumur 1-6 bulan tidak disediakan pakan khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya. Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk menyusui dan induk bunting memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan mineral, kacang-kacangan dan bungkil yang dapat membantu pembentukan air air susu dalam jumlah yang cukup. Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari yaitu pagi, siang, sore hari tergantung dari kuda dan  fungsi kuda tersebut (Jacoebs, 1994).


            2.4 Penyakit pada kuda
            Beternak kuda seperti layaknya beternak sapi atau kambing maupun ayam, setiap saat penyakit bisa menjadi ancaman yang membahayakan bahkan mematikan. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai adalah perut kembung, mencret, flu atau pilek, bahkan luka-luka sekalipun.
Salah satu yang biasa terjadi adalah perut kembung. Gejalanya, jika kuda mengalami perut kembung, maka ia suka berguling-guling di tanah seperti perut melilit. Hal ini disebabkan oleh pemberian pakan berupa hijauan yang masih segar, karena hijauan segar masih banyak kandungan gas sebagai pemicu perut kembung. Atau bisa juga disebabkan oleh penyebab lain, seperti memandikan ternak sehabis pulang kerja. Hal ini akan mengakibatkan ternak mengalami masuk angin.
Jika kuda menderita penyakit perut kembung atau kholik, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Di antaranya mengajak kuda jalan- jalan, kemudian lama kelamaan diajak lari lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan kotoran. Makanan yang diberikan berupa pakan hijau sebaiknya yang sudah dilayukan sebelumnya. Minumannya berupa parutan buah papaya yang dikombinasikan dengan garam dan minyak goreng secukupnya.
Cara lain bisa juga memberikan soda yang ditambah dengan garam
Penyakit lain yang sering dialami kuda adalah flu atau pilek. Gejala yang timbul akibat penyakit ini adalah hidung berlendir, sehingga nafas tidak teratur. Jika ternak kuda Anda menderita flu atau pilek, ajaklah kuda jalan-jalan, kemudian lama kelamaan diajak berlari lari. Langkah selanjutnya adalah memandikan kuda hanya sebatas kepala dan kakinya saja, dan memberikan pakan dalam kondisi kering.
Kuda pun bisa menderita mencret. Gejala yang timbul akibat penyakit ini adalah mencret atau diare yang berlebihan, sehingga menyebabkan ternak menjadi lemas, tidak nafsu makan. Jika ternak kuda menderita mencret, hal yang sama juga harus dilakukan, yaitu mengajak kuda jalan-jalan, hingga berlari-lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan kotoran.

2.5 Reproduksi kuda
Kuda betina dara mencapai pubertas pada umur 12-15 bulan, dan jantan 15 bulan tetepi hendaknya tidak dikawinkan terlebih dahulu hingga mencapai umur 2 tahun. Lebih baik lagi bila betina dikawikan pada usia 3 tahun dan jantan 3 juga, jika dikawinkan diusia muda biasanya tingkat kebuntingan rendah . jumlah anak yang dihasikkan dari kuda yang dikawinkan pada umur lebih dari 3 tahun mencapai 10-12 ekor karna kuda betina masih dapat beranak meskipun telah mencapai umur 20 tahun, bakan lebih. Sadangkan masa sapi anak kuda sekitar 6-8 bulan dan muali dilatih pacuan mulai umur 2,5 tahun. Sedangkan perkawian kuda dilakukan 1-2 kali hingga bunting dan kawin lagi setelah melahirkan setelah 30 hari.

2.6 Perawatan Kuda bunting
Pendeteksian Kuda Bunting Bagi pemula kadang tidak tahu sama sekali kalau kuda dalam kondisi sedang bunting muda. Bahkan karena ketidak tahuannya tersebut sering kita lihat kuda bunting dilarikan dalam pacuan. Untuk itu cara-cara sederhana untuk mendeteksi kuda bunting harus dipahami oleh setiap pemilik kuda maupun pelatih dan perawat kuda. Cara sederhana yaitu dengan mendeteksi apakah kuda betina itu mengalami “beger” pada siklus waktu yang sudah diprediksi sebelumnya Pengamatan kuda betina bunting juga dilakukan lewat pengamatan fisik si kuda betina tersebut. Seekor kuda betina yang bunting muda (sebelum 5 bulan) akan sulit dibedakan apakah kuda itu memang sedang bunting atau “gemuk”. Kuda betina bunting muda sebenarnya bisa dilihat dari perubahan bentuk tubuh dibagian perut, juga warna bulunya yang cenderung lebih “mengkilat”. Juga nafsu makan yang lebih besar dibandingkan dengan saat sebelum bunting.
Dia juga sangat tidak senang didekati oleh kuda jantan. Biasanya akan “menjerit” dan “menggigit” kuda jantan yang mendekati. Perbedaan kuda bunting dan gemuk terdapat pada sisi bawah perut. Kuda bunting bagian bawah perutnya akan membesar. Sedangkan kuda gemuk cenderung pembesaran perut kearah samping. Juga kadang terjadi pembesaran pada punting susu bila kuda sedang hamil. Perawatan kuda bunting perlu gerak dan jalan yang cukup untuk memelihara otot dan stamina tubuhnya. Oleh karena itu perlu dibebaskan bergerak di “lahan pelepasan” yang cukup. Bila pad dock pelepasan tidak ada, maka kuda dibawa berjalan-jalan atau “stap” dengan jarak yang cukup setiap pagi dan sore. Perawatan kebersihan kuda juga perlu dilakukan, terutama sekitar puting susu. 


2.7 Pakan kuda bunting
Makanan kuda diberikan sesuai usia, keadaan dan kegunaannya. Usia kuda dapat dibagi dalam beberapa tahap, usia 1-6 bulan, 6-12 bulan, 12-24 bulan, 24 bulan keatas. Untuk kuda berumur 1-6 bulan tidak disediakan makanan khusus, karena masih ikut dengan induknya yaitu menetek atau ikut makan makanan induknya.
 Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah makanan induknya. Induk kuda yang menyusui makan untuk 2 ekor (dia sendiri dan anaknya). Jika induk itu sudah bunting lagi maka dia makan untuk 3 ekor. Dalam hal ini maka pemberian makanan harus tiga kali lipat,khususnya pemberian multivitamin dan mineral. Kekurangan multivitamin dan mineral mengakibatkan pertumbuhan anaknya di luar dan di dalam kandungan kurang sempurna di samping induknya juga akan menjadi lemah. Pemberian kacang-kacangan dan bungkil membantu pembentukan air susu dalam jumlah cukup. Pengaturan makanan di berikan pagi, siang dan sore.
Umur 6 bulan anak kuda sudah dipisahkan dari induknya. Karena dia sudah terbiasa makan dengan induknya. Maka tidak banyak terjadi perubahan pada dirinya. Untuk beberapa hari dia akan kehilangan induknya, kemudian dia akan terbiasa karena akan berkumpul dengan anak kuda lainnya yang sebaya. Pengaturan makanan diberikan pagi dan sore, karena dia akan diumbar sepanjang hari dari pagi sampai sore. Keadan ini berlangsung sampai anak kuda berumur 24 bulan (2 tahun). Pada umur 24 bulan (2 tahun) ke atas anak kuda sudah di anggap dewasa, mulai dia dengan kehidupan baru sesuai keturunannya, jika dia kuda pacu maka dia mulai dilatih secara bertahap dan pemberian makanan pun disesuaikan.



BAB III
MATERI DAN METODE
            Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 Juni 2012 pukul 08.00- 10.30 WIB, peternakan kuda yang beralamatka di desa Segarayoso, Pleret, Bantul, Yogyakarta

3.1Materi
Adapun alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kuda dengan berbagai jenis diantaranya kuda sumbawa, kuda jawa, kuda poni, alat tulis untuk mencatat hasil kunjungan, meteran untuk mengukur ukuran kandang kuda, mesin cover untuk memotong rendeng, ember, timbangan berat, sedangakan bahan yang digunakan bekatul, weight brain, rendeng.

3.2 Metode
Adapun data yang diambil dalam praktikum ini adalah data diambil dengan survei atau wawacara langsung dengan pemilik peternakan yang diselingi dengan tanya jawab seputar manajemen beternak kuda.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
            4.1 Pakan kuda pacu
            Biasanya pemeliharaan kuda pacu oleh masyarakat tradisional hanya diberi hijauan pakan ternak saja tanpa diimbangi nutrisi – nutrisi yang sebenarnya sangat penting untuk kuda itu sendiri. Namun seiring dengan perkembangan teknologi pakan atau ransum kuda ini sudah disempurnakan dalam bentuk tidak hanya hijauan ternak saja namun sudah dihasilkan pakan berupa dedak padi, dedak jagung, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, dan onggok. “Dedak padi meru­pakan hasil sisa dari penumbukan atau penggilingan gabah padi. Dedak terdiri atas 3 bagian.” (manglayang.blogsome.com, 2006). “Dedak jagung merupakan hasil sisa ikutan dari penggilingan jagung yang banyak terdapat di daerah-daerah yang makanan pokok dari penduduknya adalah jagung. Dedak jagung sangat baik diberikan pada ternak hanya cara penyim­panannya yang agak sukar karena bersifat higroskopis sehingga mudah menjadi lem­bab sehingga cepat rusak. Analisa nutrisi: 9.9% air, 9.8% protein, 61.8% bahan ek­strak tanpa N, 9.8 serat kasar, 6.4% lemak dan 2.3% abu serta nilai Martabat Pati (MP) adalah 68.” (manglayang.blogsome.com, 2006).
Bungkil kelapa adalah sisa dari pembuatan dan ekstraksi minyak kelapa dari daging kelapa yang sudah dikering­kan. “Pemberiannya tergantung pada berat badannya yaitu antara 1.5 - 2.5 kg/ekor/hari. Sedangkan untuk babi antara 0.75 - 1.5kg/ekor/hari. Baik pula diberikan pada ayam dengan pemberian sampai +/- 25%. Untuk kuda juga dapat diberikan hanya dalam jumlah sedikit dan dicampur dengan gabah atau dedak, sebab apabila terlalu banyak dapat menyebabkan diare. Analisa nutrisi: 11.6% air, 18.7% protein, 45.5% bahan ekstrak tanpa N, 8.8% serat kasar, 9.6% lemak dan 5.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) 81.” (manglayang.blogsome.com, 2006).
 Bungkil kacang tanah mempunyai ka­dar protein yang paling tinggi diantara bungkil-bungkil yang lain. “Analisa nutrisi: 6.6% air, 42.7% protein, 27% bahan ekstrak tanpa N, 8.9% serat ka­sar, 8.5% lemak dan 6.3% abu serta nilai MP adalah 80.” (manglayang, 2006).
Onggok merupakan hasil sisa dari pembuatan tepung kanji. Ampas ketela pohon ini berguna sebagai sumber karbohidrat. “Analisa nutrisi: 18.3% air, 0.8% protein, 78% bahan ekstrak tanpa N, 2.2% serat kasar, 0.2% lemak dan 2.5% abu serta nilai MP adalah 76.” (manglayang.blogsome.com, 2006). Jika ransum, nutrisi, dan konsentrat terpe­nuhi secara seimbang, maka kualitas kuda pacu ini akan tinggi dan siap untuk ber­tanding.

4.2 Pakan kuda potong
Pakan yang diberikan kepada kuda  umumnya dibagi kedalam dua golongan besar, yaitu rerumputan (hijauan) dan makanan penguat (konsentrat) non hijauan. Konsentrat ini bukan merupakan konsentrat dalam arti yang sebenarnya, seperti dalam PERRY et al. (2003). Bahan pakan non rerumputan ini adalah dedak halus dan onggok, yang diberikan masing-masing sebanyak 6 kg per hari. Jumlah yang diberikan ini tidak berdasarkan pada kebutuhan hidup, tetapi lebih kepada kebiasaan yang diperoleh secaara turun-temurun. Pemberian rumput berkisar antara 20 – 25 kg per ekor per hari. Pemberian dedak halus dan onggok disertai dengan penambahan dedak kasar (kulit luar padi). Rata-rata pemberiannya sebanyak 500 g per ekor per hari, dan campuran ini biasa di masyarakat disebut dengan nama lolohan.
Pemberian pakan tambahan berupa mineral masih sangat jarang, kalaupun ada pemberiannya tergantung kondisi keuangan dari para peternak. Hal yang menarik dalam pemberian pakan tambahan berupa suplemen penambah tenaga, seperti minuman penambah stamina untuk manusia dan telur. Waktu pemberian biasanya dilakukan dua minggu sekali dengan jumlah telur yang bervariasi. Jumlah yang diberikan menjadi lebih banyak apabila kuda akan dilombakan untuk kegiatan pacuan. Obat-obatan yang diberikan biasanya berupa jamu-jamu tradisional yang dijual bebas dipasaran untuk ternak kuda.
Para peternak kuda dalam memperoleh rumput ada dua cara, yaitu dengan cara menyabit sendiri dan dengan cara membeli dari para penjual rumput.  Harga satu kilogram rumput bervariasi tergantung pada musim. Pada saat musim penghujan harga rumput Rp. 100/kg, dan pada musim kemarau harganya mencapai Rp. 250/kg. Bahan pakan lain seperti dedak halus dan onggok telah dikirim langsung para penjual kepada peternak setiap hari sesuai dengan banyaknya ternak kuda. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk pakan dalam sehari antara Rp. 7500 – Rp. 12500.

  
BAB V
KESIMPULAN
            Sistem pemeliharaan dan pemberian pakan ternak kuda yang dilakukan berdasarkan pada kebiasaan-kebiasaan yang turun temurun. Jenis-jenis keanekaragaman hayati hijauan pada daerah kunjungan  relatif seragam, dengan hanya komposisi yang berbeda beda, pakan yang diberikan berupa konsentrat dan hijauan. Konsentrat terdiri dari bekatul dan weight brain, untuk hijauan diberikan rendeng kacang yang diberikan pagi dan sore. Tetapi perkandangan sudah dibuat modern dengan bahan yg kuat, atap dari asbes, lantai kandang diisi pasir ini bertujuan agar kaki kuda tidak mudah terluka. Untuk sistem reproduksi Kuda betina dara mencapai pubertas pada umur 12-15 bulan, dan jantan 15 bulan tetepi hendaknya tidak dikawinkan terlebih dahulu hingga mencapai umur 2 tahun. Lebih baik lagi bila betina dikawikan pada usia 3 tahun dan jantan 3 juga, jika dikawinkan diusia muda biasanya tingkat kebuntingan rendah . jumlah anak yang dihasikkan dari kuda yang dikawinkan pada umur lebih dari 3 tahun mencapai 10-12 ekor karna kuda betina masih dapat beranak meskipun telah mencapai umur 20 tahun, bakan lebih. Sadangkan masa sapi anak kuda sekitar 6-8 bulan dan muali dilatih pacuan mulai umur 2,5 tahun. Sedangkan perkawian kuda dilakukan 1-2 kali hingga bunting dan kawin lagi setelah melahirkan setelah 30 hari.
       
 Daftar  pustaka
Blakely, J. Dan D. H. Blade. 1991. The Science of Animal Hubandry. Printice-Hall Inc. New Jersey.
Bogart, R. And R. E. Tylor. 1983. Scientific Farm Animal Production. 2nd Edition.    Macmillan Publishing Company, New York.
Bowling, A. T. Ruvinsky. 2004. The Genetic of the Horses. CABI Publishing. London.
Ensminger, M. E. 1962. Animal Science. Animal AgriculturenSeries. 5th Edit. Printers & Publisher, Inc. Danville, Illinois.
Jacoebs, T. N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius. Yogyakarta.
McBane, S. 1991. Horse Care and Ridding a Thinking Approach. Paperback. United Kingdom.
McBane, S. 1994. Modern Stables Management. Ward Lock. United Kingdom.
Parakksasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik vol. 1b. UI Press Indonesiaq. Jakarta.
Wikipedia. 2009. Kuda. http://id.wikipedia.org/wiki/Kuda (15 Juni 2012)
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar